NovelToon NovelToon
Always Gonna Be You

Always Gonna Be You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

Season 2


Bersama Rendra -The young and dangerous-, Anggi menjalani kehidupan baru seperti menaiki wahana rollercoaster.

Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti.
Sempat jatuh, namun harus bangkit lagi.

Hingga akhirnya Anggi bisa berucap yakin pada Rendra, "It's always gonna be you."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Husband Material, Ever

"Begini Pa, maaf sebelumnya, kami...."

Kalimat Rendra terpotong di udara, "Kenapa? Kurang? Besok Papa tambah lagi sebelum pulang. Tadi udah terlanjur nulis segitu."

"Bukan begitu Pa. Tapi menurutku ini berlebihan."

"Ngasih ke cucu sendiri berlebihan?!" suara Papa tiba-tiba meninggi.

"Bukan ngasih ke cucu yang berlebihan Pa. Tapi nominalnya. Bayinya juga belum la...."

"Berani macam-macam kau?!" telunjuk Papa menunjuk muka Rendra. "Aku bukan ngasih ke kalian! Tapi ke cucu-cucuku!"

"Cucu kembar pertama di keluarga Darmastawa! Harus dirayakan!" lanjut Papa dengan wajah mengeras.

Membuat Rendra tak bisa berkutik lagi. Akhirnya bersedia menerima cek dari Papa. Ia, yang awalnya juga keberatan, jelas tak mampu berbuat apa-apa demi melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kerasnya pendirian Papa.

"Senin langsung kubuka rekening buat our twins," ujar Rendra begitu Papa keluar dari kamar. "Kuharap kamu nggak tersinggung dengan sikap Papa barusan."

"Tersinggung sih enggak, cuman kaget aja. Sampai segitunya. Keluarga crazy rich bener-bener nggak bisa dipahami sama jelata kayak aku," ia mencoba tersenyum, membuat Rendra terkekeh.

"Crazy rich apaan. Banyak yang lebih dari Papa."

"Tapi bagiku ini hal baru. Kalau kakek nenek ngasih seratus dua ratus ribu itu udah biasa. Tapi kalau sepuluh digit?" ia geleng-geleng kepala.

"Papa memang over kalau udah urusan sama cucu. Semua cucunya udah dapat bagian masing-masing bahkan sebelum mereka dilahirkan."

"Begitu?" ia jadi makin heran.

"Papa nggak mau anak keturunannya hidup susah. Mungkin karena Papa tahu, banyak anaknya yang nggak bisa ngelola keuangan."

"Itulah mengapa meski keluarga amburadul, anak-anak Papa jarang ada yang bercerai. Ya karena mereka punya jaminan hidup dari anak-anak mereka, cucu-cucu Papa. Apalagi buat tipe-tipe mokondo. Tinggal kuat-kuatin aja yang jadi istri, punya suami brengsek yang ngandelin harta mertua."

"Ternyata...dibalik semua sifat Papa kamu yang antimainstream, ini yang terbaik," ujarnya sungguh-sungguh. "Menyiapkan masa depan untuk anak keturunannya."

"Nggak juga," Rendra menggeleng. "Semua orang bisa melakukannya. Asal ada duit."

Ia mengernyit.

"Karena niat baik nggak selamanya selalu berakhir baik. Apalagi kalau udah berhubungan sama materi," Rendra menggeleng. "Justru aku salut sama orang yang bisa menanamkan prinsip dan kebahagiaan di hati anak-anaknya," Rendra memegang dadanya. "Karena semua bersumber disini, dan disini," lalu menunjuk kepalanya.

"Warisan materi bisa habis. Tapi warisan prinsip dan kebahagiaan nggak akan habis selama hayat dikandung badan."

Ia tersenyum memandang Rendra takjub. Namun Rendra justru berlutut untuk berbisik di perutnya yang sudah mulai menyembul, "Kamu dengar sayang? Jadi anak yang kuat, tangguh, dan bahagia ya," lalu mencium perutnya lembut. "Papi loves you so muchhh."

Ia yang masih takjub dengan semua ucapan Rendra, spontan membelai kepala orang yang kian hari kian dicintainya itu.

Jelang sore, mereka keluar rumah sebentar, kembali mengunjungi dr. Mazaya untuk memeriksakan kandungannya.

"Bagus," ujar dr. Mazaya saat melihat hasil skrining pertamanya. "Semua normal, sehat, hasil IgG tokso dan rubella negatif. IgM juga negatif."

Ia dan Rendra saling berpandangan sambil bernapas lega.

"Cuma BB masih turun ya," dr. Mazaya membaca buku bersampul hijau miliknya. "Tekanan darah juga masih rendah."

"Masih susah makan Dok," Rendra yang menjawab. "Masih sering muntah juga."

"Ada obat yang bisa mengurangi mual dan muntah nggak Dok?" tanya Rendra penuh harap.

"Kan udah saya resepkan sejak pertemuan pertama. Ada vitamin, asam folat, dan obat untuk mengurangi mual dan muntah," jawab dr. Mazaya sambil menunjuk tulisan di kolom terapi dan lain-lain pada buku catatan kesehatannya.

"Tapi kok masih mual dan muntah ya Dok?" Rendra masih belum puas. "Bahaya nggak Dok?"

"Ya seperti yang saya sampaikan di pertemuan dua minggu lalu, untuk kehamilan kembar memang sebagian besar ibu akan mengalami insiden morning sickness yang lebih hebat dibanding kehamilan tunggal."

"Asal asupan nutrisi seimbang, masih bisa disebut normal."

"Biasanya akan mulai berkurang di trisemester kedua."

Rendra mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Mba Anggi ada keluhan selain mual dan muntah?"

Ia menggeleng.

"Baik."

Kemudian tibalah saat yang paling mendebarkan, yaitu bertemu dengan my lovely twins melalui layar USG.

"Halo sayang-sayangnya Papa Mama.....apakabar kalian di dalam sana?" dr. Mazaya mulai mengerakkan alat USG di atas perutnya yang telah diolesi gel dingin.

"Hmmm," dr. Mazaya bergumam pelan. "Bagus....lihat ini," dr. Mazaya menunjuk garis tipis yang memisahkan dua kantung gelap di layar. "Ada selaput pemisah air ketuban. Jadi baby-nya tidak dempet, bukan kembar siam."

"Alhamdulillah," Rendra mengecup keningnya lembut lalu mengelus kepalanya dengan tangan gemetar.

"Kita lihat udah seberapa besar kalian," dr. Mazaya kembali mengutak-atik mesinnya. "Wah, udah sebesar rambutan ya."

Membuat mereka berdua memandang takjub kearah layar. Begini rasanya mengalami situasi menakjubkan yang tak terbayangkan. Melihat kehidupan lain di dalam dirinya.

"Sudah 12 minggu 2 hari. Panjangnya....5, 20 cm dan 5 cm," lanjut dr. Mazaya. "Beratnya....12 gram dan 10 gram," lalu melihat kearah mereka berdua sambil tersenyum. "Bagus, sehat."

"Minggu depan sudah masuk trisemester kedua. Semoga mual dan muntah sudah semakin berkurang."

"Jangan lupa penuhi kebutuhan nutrisinya, sama jangan lupa, jadwal periksa selanjutnya, dua minggu lagi."

Dan malam hari, dimulailah kesibukan masak memasak untuk acara syukuran empat bulanan besok. Siapa lagi kalau bukan Mamah yang paling semangat, dibantu oleh Mba Suko dan Yu Jum yang malam ini sengaja tidur di rumah.

"Mamah kenapa mesti repot-repot turun ke dapur?" Rendra jelas merasa kurang nyaman melihat ibu mertuanya sibuk di dapur. Bukan kebiasaan crazy rich banget. "Kan udah diurus semua sama anak-anak?"

"Iya Bang, aku juga udah ngelarang," ia memandang Mamah yang sedang memberi instruksi untuk Mba Suko dan Yu Jum. "Tapi Mamah maksa. Katanya spesial buat cucu pertama."

"Pesan aja deh semua yang dimau sama Mamah. Pasti ada disini kan?"

"Iya, tadi aku udah bilang begitu. Tapi Mamah ngotot mau masak sendiri. Lagian juga dibantuin kan sama Mba Suko sama Yu Jum. Mamah cuma kasih tahu a, b, c nya aja. Yang eksekusi Mba Suko sama Yu Jum."

"Iya, tapi tetep aja," Rendra masih gelisah melihat Mamah berkutat di dapur. "Nanti acara 7 bulanan yang kata Mamah itu, kita adain di hotel aja. Biar tahu beres. Mamah nggak usah cape-cape ke dapur."

Ia hanya mengangkat bahu. "Terserah Abang."

"Mau 7 bulanan apa baby shower?"

Lagi-lagi ia mengangkat bahu. "Have no idea."

"Emang Mamah mau masak apa sih?" lanjut Rendra lagi penuh rasa ingin tahu, semakin gelisah demi melihat ibu mertuanya selarut ini masih berjibaku di dapur.

Sesuai dengan tradisi mbobot ngupati patang wulan, Mamah jelas akan menyiapkan kupat, peyek, lepet, dan kluban. Karena tumpeng, rujak, dan buah sudah disiapkan oleh anak-anak EO ManjoMaju yang mengurus keseluruhan acara.

"Ini pengalaman pertama Mamah nyiapin ngupati buat cucu sendiri," ia tersenyum memandang Mamah yang masih sibuk di dapur. "Biasanya cuma rewang ke tetangga. Nyiapin buat cucu orang lain."

"Rewang?" kening Rendra mengernyit. "Apaan tuh?"

Inilah definisi sesungguhnya dari perbedaan dunia diantara mereka berdua yang jelas terbentang lebar. Seperti makhluk asing yang berasal dari dua dimensi berbeda. Namun disatukan oleh dan atas nama cinta, in a very romantic way.

Keesokan hari, pagi-pagi sekali Papa dan Mama Amy sudah datang ke rumah dari hotel tempat mereka menginap. Langsung asyik ngobrol dengan Papah dan Rakai di ruang tengah. Terbahak-bahak entah sedang membahas apa. Sementara Mama Amy sedari datang sibuk sendiri dengan ponselnya, tak menghiraukan kesibukan Mamah, Mba Suko, dan Yu Jum di dapur. Sedangkan anak-anak ManjoMaju sudah mulai berdatangan dan menempati pos masing-masing.

Namun sang empunya acara, Rendra, justru sedang sibuk membantunya di kamar mandi, karena masih saja muntah-muntah. Sambil sesekali ikut bergabung dengan Papa, dan berkali-kali meminta Mamah untuk duduk saja bersama Papah dan yang lain di ruang tengah.

"Udah, nggak papa. Nanti kalau udah selesai semua, Mamah pasti kesana," ujar Mamah sambil tersenyum. "Mumpung masih sehat, bisa ngurus begini buat cucu."

"Wayah (cucu) pertama nggih Mah. Spesial," celetuk Mba Suko yang sedang menyusun box berisi kupat, peyek, lepet, kluban, rujak, dan buah-buahan. Dengan dibantu beberapa anak ManjoMaju.

"Lha iyo," Mamah setuju. Membuat Rendra akhirnya menyerah dan membiarkan ibu mertuanya ikut repot di dapur.

Meski acara pengajian dan syukuran 4 bulanan baru akan dimulai sesudah Ashar, namun di jam makan siang beberapa tamu sudah mulai berdatangan. Terutama teman-teman bisnis Rendra yang kebanyakan hadir bersama kekasih (atau selingkuhan, hmm big no!) masing-masing. Yang memang tak berniat untuk mengikuti acara pengajian.

Para tamu early bird itu mereka jamu di backyard yang telah di setting oleh anak-anak ManjoMaju menjadi senyaman mungkin untuk menikmati hidangan dan bercengkrama.

Diantara beberapa tamu ada yang telah dikenalnya, seperti Darrel yang datang dengan gadis yang berbeda dengan yang mereka temui saat tea walk di Bandung, atau Mas Sada yang datang dengan istri dan anak-anaknya.

Namun yang paling membuatnya terkejut adalah kehadiran Salsa dengan suami dan putri kecilnya.

"Mba Salsa?" ia bahkan sampai berkaca-kaca saat Salsa memeluknya.

"Apakabar, Nggi? Lama nggak ketemu ya," Salsa mengelus punggungnya pelan.

"Kok bisa?" ia masih tak mengerti. "Mba dari Trenggalek langsung kesini?"

"Siapa lagi biang keladinya kalau bukan itu tuh," tunjuk Salsa kearah Rendra yang sedang tertawa dengan Hafidz, suami Salsa.

"Ya ampun," ia mencibir kearah Rendra karena suaminya itu tak pernah bilang akan mengundang Salsa sekeluarga. Tahu begini kan ia bisa mempersiapkan bingkisan khusus untuk Salsa sekeluarga.

"Bang Hafidz kan lagi ambil spesialis, Nggi. Jadi bolak-balik Jogja-Trenggalek," terang Salsa.

"Oya? Disini?" tanyanya antusias.

Salsa mengangguk. "Mereka sering ketemu kok, Abang sama Rendra."

Ia kembali mencibir, karena Rendra tak pernah menceritakan pertemuan dengan Hafidz. Namun yang ia cibiri justru sedang asyik tertawa-tawa dengan seorang balita yang tengah duduk di salah satu Beanbag yang banyak terdapat di halaman belakang. Balita cantik itu, putri Salsa dan Hafidz.

"Ini kebetulan ada acara keluarga di Solo. Jadi sekalian bisa mampir kesini," lanjut Salsa lagi.

Ia hanya mengangguk-angguk sambil ber oh panjang.

"Sayang salihah, ayo kenalan dulu sama Tante," panggil Salsa pada putrinya. Yang begitu mendengar suara Salsa langsung berlari meninggalkan Rendra menuju kearah mereka.

"Kekeekekekek.....," putri Salsa terus saja tertawa karena Rendra berusaha mengejar dan menangkapnya. Namun akhirnya berhasil berlindung di balik kaki Salsa, namun sambil tetap terkekeh, "Kekeekekekek......"

"Hayooo, Om tangkap lagi nih," Rendra berpura-pura memasang aksi untuk kembali menangkap putri Salsa. Namun kali ini justru membuat balita itu ketakutan, "Huaaaakhakhakahak......" putri Salsa sukses menangis dengan membuka mulutnya lebar-lebar.

"Waduh, kok malah nangis sih?" Rendra garuk-garuk kepala bingung. Membuatnya tertawa penuh kepuasan, "Tuh, anak kecil aja takut dikejar-kejar sama Abang. Gimana anak gede....."

"Wah, curcol nih....," Rendra terkekeh sambil merengkuh bahunya lembut.

"Om nakal ya sayang?" namun ia tak menggubris Rendra, lebih memilih bertanya pada putri Salsa yang masih tersedu sedan.

"Nanti Tante jewer Omnya," ujarnya lagi.

"Ayo....udahan nangisnya?" Salsa memeluk putrinya agar berhenti menangis. "Kita kenalan sama Tante cantik."

Putri Salsa akhirnya berhenti menangis, dan dengan wajah takut-takut mulai menatapnya.

"Tante cantik ini namanya Tante Anggi," ujar Salsa lagi. "Ayo kasih salam ke Tante Anggi."

Balita itu dengan cepat meraih tangannya kemudian mencium takzim. Aduh, so sweet.

"Sayang, kamu cantik banget.....gemeeees," ia menjawil pipi chubby itu. "Namanya siapa?"

"Siapa namanya?" Salsa balik bertanya.

"U...pa....," jawab balita itu dengan suara tegas.

"Namaku Tuhfa Tante," Salsa menambahkan.

"Tuhfa sayang....mau ikut sama Tante nggak? Kita cari cokelat sama es krim disana yuk," ajaknya sambil menunjuk booth makanan yang ramai disinggahi para tamu.

Tuhfa kecil mengangguk-angguk.

"Kesananya digendong Om mau nggak?" tawar Rendra sambil memasang wajah seekspresif mungkin.

Diluar dugaan Tuhfa kembali mengangguk.

"Yeeeeay....kita baikan ya....," Rendra langsung meraih Tuhfa ke dalam gendongan. Namun sebelum beranjak ke booth makanan, Rendra lebih dulu berkata, "Sa...nanti laki lu yang mimpin doa ya. Ustadz cuma bisa sampai tausiyah, habis itu langsung cabut ke pengajian di rumah Pak Harland."

Salsa mengangguk. "Udah bilang ke Bang Hafidz belum?"

"Udah barusan. Cuman khawatir elu nya lagi buru-buru."

"Enggak kok. Santai aja."

"Siiip," Rendra mengacungkan jempol. "Ayo kita cari es kriiiim....," seloroh Rendra sambil memainkan Tuhfa di atas kepala. Membuat Tuhfa menjerit-jerit kegirangan.

"Husband material banget Nggi," ujar Salsa begitu Rendra dan Tuhfa pergi ke booth makanan. Membuatnya tersipu malu, sambil berkata dalam hati, "Nggak perlu diragukan lagi Mba. Kating songong, sengak, dan mesum itu telah bertransformasi menjadi suami dan calon ayah yang luar biasa. I'm the luckiest wife, ever."

Menjelang Ashar, teman-teman Rendra yang kebanyakan hits and gaul mulai pamit pulang. Berganti dengan tamu dari tetangga sekitar dan beberapa anak kampus yang masih stay di Jogja. Ada beberapa wajah yang dulu pernah dilihatnya di BEM KM, sekre taekwondo, gelanggang, dan rapat kating high quality person di teras Raudhah, meski ia tak mengenal nama mereka satu per satu.

Tepat pukul 16.00, acara pengajian dan syukuran 4 bulanan dimulai. Diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur'an surat Maryam, Yusuf, dan At Taubah. Dengan filosofi jika bayinya perempuan akan cantik seperti Maryam, jika bayinya laki-laki akan tampan seperti Nabi Yusuf AS, juga agar kelak bayinya menjadi anak-anak yang salih salihah, serta melalui proses persalinan yang gangsar (lancar).

Usai pembacaan Al-Qur'an, acara dilanjutkan dengan tausiyah oleh Ustadz Dwijayanto, ustadz favorit yang kenal baik dengan Rendra, karena dulu Rendra sering mengundang beliau untuk mengisi acara di kepengurusan atau kepanitiaan yang sedang digawangi.

Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh Hafidz, makan-makan, terakhir saling bersalaman dengan seluruh tamu sambil mengucapkan doa dan terimakasih.

Begitu acara selesai, semua tamu kembali ke rumah masing-masing. Termasuk keluarga Mas Sada dan Salsa sekeluarga. Dua tamu spesial yang datang lebih awal namun pulang belakangan.

Dan yang membuat ia semakin kagum dengan Rendra adalah, karena suaminya itu ternyata telah menyiapkan bingkisan khusus untuk keluarga Mas Sada dan Salsa sekeluarga. Bingkisan yang berbeda dengan souvenir tamu lain.

"Abang nggak bilang-bilang udah siapin semua," ia agak merajuk kesal karena merasa tak dilibatkan. "Kapan bikinnya?"

"Bukan aku yang bikin," jawab Rendra sambil terkekeh. "Anak-anak yang nyiapin."

Ia mencibir, "Tapi tetap aja kan idenya dari Abang."

"Bukan sumpah," Rendra masih terkekeh. "Aku cuma bilang ke anak-anak, tolong siapin bingkisan buat keluarga ini sama keluarga ini. Yang spesial. Tahu deh isinya apa, aku juga nggak tahu," Rendra mengangkat bahu.

Membuatnya makin mencibir, "Iya deh...iya deh....yang bos."

Namun Rendra justru gemas. "Lagian kamu juga kan nggak ada waktu buat ngurus hal teknis begini. Mending dipakai buat istirahat. Hayo?"

Usai Maghrib Papah Mamah pulang ke Purwokerto, sementara Papa dan Mama Amy diantar Rakai ke hotel tempat beliau menginap. Dengan anak-anak ManjoMaju yang masih berseliweran membereskan sisa acara. Tak ketinggalan Mba Suko dan Yu Jam yang juga membereskan area dapur dan sekitarnya.

Jam 20.00 keadaan diluar masih ramai dengan anak-anak ManjoMaju, namun Rendra sudah mengajaknya untuk beristirahat.

"Gaes....gua nemenin istri istirahat dulu ya," pamit Rendra yang membuatnya mencibir karena menggunakan dirinya sebagai alasan.

"Kalian feel free aja disini. Kalau perlu apa-apa minta ke Mba Suko apa Yu Jam," lanjut Rendra sambil memasuki kamar.

"Siap, Bang!" jawab anak-anak serempak.

"Istri yang mau istirahat?" cibirnya yang baru keluar dari kamar mandi demi melihat Rendra sudah terkapar di atas tempat tidur. Membuat Rendra yang sebetulnya memang belum tertidur jadi terkekeh. Lalu setengah menegakkan punggung berkata, "Dua hari ini feel tired."

Ia memandang Rendra dari dalam pantulan kaca.

Baiklah, entah keajaiban darimana karena malam ini ia tak lagi merasa mual dan muntah, maka kali ini akan menjadi gilirannya.

"Okey, Mr. Darmastawa.....," ujarnya penuh arti. "Lemme show you something....."

***

Keterangan (dari berbagai sumber yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah) :

IgG. : antibodi G, hubungannya dengan kasus Anggi artinya tidak pernah terinfeksi TORCH

IgM. : antibodi M, hubungannya dengan kasus Anggi artinya tidak sedang terinfeksi TORCH

Mbobot ngupati patang wulan : upacara selamatan memperingati 4 bulan kehamilan di daerah Purwokerto dan sekitarnya

Peyek. : rempeyek, gorengan tepung beras yang dicampur dengan air hingga membentuk adonan kental, diberi bumbu (terutama garam dan bawang putih), dan diberi bahan pengisi yang khas, biasanya biji kacang tanah atau kedelai.

Lepet. : sejenis penganan dari beras ketan yang dicampur kacang, dan dimasak dalam santan, kemudian dibungkus daun janur. 

Kluban. : Makanan khas Banyumas Jawa Tengah, mirip dengan sayur urap. Sama-sama terbuat dari sayur yang direbus kemudian dicampur dengan parutan kelapa yang sudah dibumbui dan diberi sambel.

Janur. : daun muda dari beberapa jenis palma besar, terutama kelapa, enau, dan rumbia. 

Rewang. : salah satu tradisi masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai salah satu cara membantu keluarga atau tetangga yang sedang mengadakan kenduri, pesta maupan perhelatan pesta adat dimana membutuhkan tenaga bantuan untuk mengurus konsumsi dan kesibukan rumah tangga lain.

1
Esti Nengsich
ya ampun...
Mereka ngapain siii...
Afidatul Rifa
Owalahhh jadi pas Cakra masuk ganapati saat Regis ketemu Maba yg namanya Adit itu adeknya MBK Anggi Tah?? 😁 aduhhh baru ngeh pdahal baca novel ini sama si Cakra itu dah berkali" aduhh si othor memang the best bikin alur cerita dari ke 4 karya ini nyambung semua
Ardiansyah Gg
yg gk enak pas bagi raport bang... di panggil menurut absen... auto pulang terakhir kita 😆
"ariani's eomoni"
baca lagi,...gegara nonton jendela seribu sungai

gara² ada yg ngomong ikam, auto ingat Rendra
Erna P
kalo aq dah pingsang Nggi g sanggup.sejam perjalanan aja udah tepar.mabokan orangnya makanya g pernah kemana2 hu hu😭padahal pengen kek orang2.kalopun bisa jauh itu aq harus pake roda 2 baru kuat 3 4 jam jg ku jabanin
Erna P
sekarang justru momen2 sama si abang yg di inget ya bukan Dio 😁
Erna P
aq malah jd keinget momen mabanya Anggi sama si abang🤭kalo ada lagu kebyar2 gini
Erna P
abang Renen aq reread entah yg keberapa kali ini y ampun gamon bgt aq.aq salah satu mantanmu jg kah habisnya susah mupon😝😝
Naimatul Jannati
2025 aku balik lg baca,.nunggu kak thir bikin cerita bang riyadh sm inne ini😍😍
Anna Maria Hendraswari
Luar biasa
Hijri Rifai
sering bgt ku lihat nama KK author ini kl pas buka aplikasi ini... tp blm ada cerita baru... cuma judul ini yg blm di bukukan semua sudah di bukukan.... tp mmg semua ceritanya bagus bgt. apa mungkin KK author sedang melakukan riset dll utk judul baru...😂😂😂 sejujurnya ngarep bgt...
Hijri Rifai: kak nama penulisnya sama jg kl di kbm ... aku udah cari tapi blm ketemu.. aku sampai download kbm lho demi mau baca..
total 5 replies
mainrahasia
kota ini aman damai... ya Alloh... andai benar Jogja aman damai tak ada isu sara yg menjadi pemicu beberapa pertikaian... 😩😩😩
sedangkan utk saat ini sungguh..saudara2 "malika" masih banyak berulah di jogja... shg warga sendiri yg banyak menjadi korban ketidakadilan 😭
Haryo Tawang
Luar biasa
Haryo Tawang
Kecewa
St4891
udah baca gak tau udah yg k berapa kalinya, gak pernah bosen bacanya walaupun karya yg skrang udah banyak revisinya
karya nya smua bagus" bnget ak udah baca smua bnyak pembelajaran d dlam nya
syang gak ad karya yg baru lgi ya, sukses slalu
Esther Lestari
circle pertemanan yg gk kaleng2 nih....
Lala Trisulawati
Keren bngt.....♥️♥️♥️♥️♥️👍
Reni Novitasary
ga prnah bosan..baca lagi..lagi...dan lagi
Reni Novitasary
ngambil master sm dio d jepang/Smile/
Fitri Fitri
kepingin kayak cerita ini ☺☺☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!