Di dunia ini sedang terjadi kekacauan dimana mana. Pembunuhan, Penindasan, Perampokan bahkan tak jarang adanya pemerkosaan. Dirga pemuda yang jiwanya berasal dari dunia modern tiba tiba berpindah ke tubuh seorang pangeran yang cacat tanpa kultivasi.
(Jika ada yang salah mohon di maklumi.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzaty_N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Setelah beberapa saat akhirnya Dirga mendekati tubuh Laniya yang masih bersujud. Beberapa kali ia berkata tidak ada jawaban. Mau tak mau ia menggoyangkan tubuhnya dan tergeser kesamping.
"Lah...Tidur?" Gumamnya sambil menatap wajah cantik Laniya yang sembab.
Mau tak mau, Ia harus mengangkatnya dan keluar untuk meletakkannya di kamar. Baru saja di letakkan, Dirga kaget dengan pekikan Laniya. "Guru!!!"
Menoleh ke segala arah dan hanya melihat Dirga tanpa gurunya. "Dimana guru? Apa guru benar benar meninggalkanku sendirian lagi?" Ucapnya dengan tatapan kosong ke arah Dirga.
Dirga menghela napas panjang dan mendekati Laniya. "Yang sabar ya! Kamu harus menerima kepergiannya...Kamu pasti sudah di beritahu kan? Akan ada saatnya gurumu pergi meninggalkanmu, Dan saat inilah waktu sebenarnya kepergiannya." Hiburnya agar tidak terlalu larut dengan kesedihannya.
Laniya tak menjawab, Melainkan memeluk Dirga sambil membenamkan kepalanya di dada bidang Dirga. "Aku tidak menyangka jika kepergiannya sekarang dan ini terlalu cepat bagiku!" Ucapnya sambil meredam tangisnya di pelukan Dirga.
Dirga terkejut tak bereaksi, Malah membatin. 'Lembut!'. Mau tak mau, Ia membalas pelukannya dan merebahkan tubuhnya menyamping sambil memeluk Laniya dengan tangannya yang mengelus elus kepala Laniya.
Setelah beberapa saat, Ia melihat jika Laniya sudah tertidur nyenyak. Dia harus segera pergi, Bagaimanapun dia laki laki normal. Di suguhkan lekuk tubuh menggoda Laniya membuatnya tak ingin berbuat lebih jauh.
Tapi sebelum benar benar keluar. Ia sempat menganalisa tubuh Laniya karena penasaran dengan ucapan lelaki tua Tri Wulyo.
"Tring!"
"Nama: Laniya"
"Ras:Manusia"
"Jenis kelamin:Perempuan"
"Fisik khusus:Tubuh Dewi Bunga (Tersegel)"
"Kultivasi:Pertapa *7"
"Elemen:Angin. Cahaya (Belum terbangun)"
"Kemampuan:Menggandakan serangan,Memanipulasi angin berbasis serangan."
Dirga terkejut ketika melihat status Laniya, Apalagi jenis fisik khususnya. "Sepertinya aku pernah mendengar tentang dewi bunga ini." Gumamnya sambil berusaha mencari ingatannya.
Tiba tiba dia berseru kaget. "Bukankah waktu itu system memberiku hadiah teknik kultivasi Dewi Bunga?" Berhenti sejenak. "Apa system ini sudah memprediksi masa depanku?" imbuhnya dengan pemikiran konyolnya.
"Tring! Bukan tuan. System hanya memiliki kegunaan untuk memandu tuan agar menjadi lebih kuat"
Mendengar perkataan system membuatnya semakin penasaran. "Kenapa kamu bisa tahu jika teknik ini sangat berguna dengannya?...Selain itu waktu itukan masih jauh dari saat ini." Ucapnya memastikan.
"Tring! System waktu itu memberikan hadiah secara random. Mana mungkin system bisa tahu kalau teknik itu berguna dengannya."
Mendengar perkataan ketus system, Membuatnya terpana. "Ah sudahlah! Berdebat denganmu hanya menyita waktuku saja." Ucapnya yang tak mau ketus dari system.
..................
Menjelang malam.
Saat ini, Dirga duduk di ruang depan, Di depannya ada beberapa masakan buatannya untuk makan. Setelah beberapa saat menunggu, Akhirnya Laniya keluar dengan wajah sendunya.
"Laniya, Kemarilah! Ayo makan!" Ucap Dirga dan di jawab dengan anggukan Laniya.
Laniya duduk tapi tangannya masih diam. Dirga yang melihat ini menghela napas. Mau tak mau dirinya harus membantu menyuapinya.
"Enak! Makanan ini sangat enak!...Apa kamu yang membuat semua ini?" Tanya Laniya dengan wajahnya yang kembali seperti senang.
"Tentu saja!" Jawab Dirga singkat sambil tersenyum ke arah Laniya yang sedang makan dengan lahap.
.....................
"Aku tidak menyangka jika guru meninggalkanku secepat ini." Ucap Laniya yang saat ini duduk di sebelah Dirga di bukit selatan yang tinggi.
Saat ini sudah malam, Mereka berdua sama sama menikmati suasana dunia malam yang di penuhi ribuan bintang yang membentang indah di langit.
Angin angin semilir menyapu ke wajah mereka berdua membuat mereka kian menikmati. Dari sini Dirga melihat, Di depannya yang jauh, Atau utara yang jauh ada sebuah istana emas dan perak yang menjulang ke atas.
Itu adalah Kerajaan Qin! Tempat di mana rumah sebenarnya pemilik tubuhnya!
"Aku tak menyangka jika sudah satu tahun berada di dunia ini" Gumamnya lirih nyaris tak terdengar bahkan Laniya yang berada di sisinya tidak mendengarnya sama sekali. "Qin Rama, Qin Arma dan kau kedua wanita tengik! Tunggu pembalasanku!!" Seringainya sambil tangannya mengepal erat dengan sorot matanya yang memancarkan dingin.
Mereka berdua menikmati malam dalam diam, Padahal mereka sibuk dengan pikirannya masing masing. Entah apa yang di pikirkan.
"Dirga!" Laniya berkata membuat Dirga tersadar dari pikirannya. Tanpa menoleh ia menjawab dengan berdehem pelan.
"Aku penasaran denganmu, Kenapa kamu bisa masuk kesini? Padahal guru pernah bilang jika tidak ada siapapun yang berani masuk kedalam hutan ini" Berhenti sejenak ia melanjutkan perkataanya membuat Dirga tersentak kaget. "Apa kamu di buang kesini?"
Dirga kembali terdiam tidak tau harus menjawab apa. Tidak mungkinkan dia menjawab kalau tubuhnya di buang oleh keluarganya sendiri hanya karena cacat.
Memikirkan ini, Entah kenapa hatinya menjadi sakit dan sorot matanya memancarkan cahaya biru dingin membuat tubuh Laniya bergetar begitu merasakan tekanannya.
'Apa yang terjadi?' Batinnya sambil menggertakkan giginya menahan tekanan yang tiba tiba terpancar dari tubuh Dirga.
Ia berusaha menenangkan dengan cara menggenggam tangan Dirga dengan erat, Tapi itu tak membuat tekanannya menghilang malah semakin menjadi jadi.
Laniya tak tau harus apa untuk menghentikannya. Ketika melihat wajah dingin Dirga membuatnya menelan salivanya. Dengan wajah memerah sampai ke telinga, Ia tiba tiba mendekatkan wajahnya ke wajah Dirga dan... Cup!!
Bersambung....