NovelToon NovelToon
Kemelut Lara

Kemelut Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: _NM_

Kala gemerlut hati semakin menumpuk dan melarikan diri bukan pilihan yang tepat.

Itulah yang tengah Gia Answara hadapi. Berpikir melarikan diri adalah solusi, namun nyatanya tak akan pernah menjadi solusi terbaik untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _NM_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

II

Wajah yang kian kusam akan kelutan jiwa akan masa depan yang entah bagaimana. Hal itu yang tengah menghiasi wajah sosok pria tampan yang amat digandrungi wanita diluar sana, Jordan.

Dia tak tahu, amat sangat tak tau jika hal buruknya akhir-akhir ini telah membuahkan hasil dan menunjukkan karma padanya. Surat keterangan hamil yang dimiliki oleh wanita yang akhir-akhir ini ia tiduri itu, seolah nyata menampar dirinya.

Bukan, bukan karena dia tak ingat dengan perbuatannya saat itu. Dimana dengan paksa ia merenggut mahkota yang telah dijaga dengan baik oleh sosok wanita bernama Gia Answara itu. Tapi tolong ingatlah, bahwa dia saat itu berada dalam pengaruh alkohol.

Tentu Jordan tak bisa berbuat apa-apa. Bukan hanya Gia yang pertama kali dalam hal ini, Jordan juga sama halnya. Pria itu baru pertama kali mencicipi alkohol yang pada saat itu temannya tawari.

Namun bodohnya Jordan, setelah mengetahui dirinya tak memiliki kendali terhadap tubuhnya setelah mengonsumsi cairan haram itu, Jordan masih saja tetap mengonsumsi cairan haram itu. Dan berakhir kembali memperkosa art-nya yang tak tau apa-apa itu.

Setalah berkali-kali mencicipi tubuh sang art, Jordan semakin candu akan tubuh sang art. Jadilah, dengan atau tanpa alkohol, pria itu tetap memaksa sang art untuk melayaninya.

Setelah beberapa kali berhubungan dengan sang art, Jordan akhirnya memakai alat pengaman untuk menggauli sang art. Dan berakhir yakin sang art akan aman dari kemungkinan hamil.

Namun sayang seribu sayang, Jordan lupa bahwa kemungkinan Gia hamil masih ada. Dan buktinya surat keterangan hamil itu berada ditangannya kini. Meski awalnya tak yakin dan teguh terhadap pendiriannya tentang dia dan Gia berhubungan aman. Lalu meminta Gia untuk memeriksakan ke rumah sakit, dan yah kini keyakinannya runtuh. Jordan telah menghamili wanita itu.

Jordan menatap ke arah Gia yang tengah duduk disampingnya dengan pandangan kosong. Jordan menghembuskan napas berat. " Gue bakalan nikahin lo. "

Tanpa mengucapkan kata apa pun Gia memilih pergi. Sontak membuat Jordan mengikuti wanita itu pergi kemana pun wanita itu berada.

~|~

Gia menenggelamkan kepalanya pada bantal, dengan tubuh yang berposisi miring. Buliran air mata menetes tak terhingga.

Lelah, kecewa, marah, tak berdaya dan berbagai hal yang tak dapat diungkapkan, memenuhi rungu Gia.

Gia mulai beranjak, menatap sekeliling yang seakan menyesakkan. Seolah olah tengah mengejeknya, yang kini tengah kalah dengan keadaan yang tak kunjung usai mengujinya.

Hari ini, satu hari setelah Gia sah menjadi istri Jordan Utomo. Sosok yang awalnya menjadi majikan, kini menjadi teman hidupnya.

Masih dengan deraian air mata Gia berjalan lunglai ke arah meja rias. Masih dapat Gia ingat, meja rias ini awalnya tidak ada. Entahlah bagaimana kamar yang dulunya amat sangat manly kini disulap menjadi kamar yang cocok untuk pasutri.

Gia menatap pantulan wajahnya yang menunjukkan betapa perihnya hatinya kini. Dari balik kaca, dapat Gia lihat terdapat kertas dan pena yang berada diatas meja. Yah itu milik Jordan, ingat kan padanya, Jordan masih kuliah, tentu dia masih membutuhkan kedua hal itu. Jikalau tak ingat Jordan adalah anak orang kaya, Gia pasti akan bertanya-tanya darimana pria itu masih bisa berfoya-foya dengan tak tahu dirinya.

Gia mengambil kertas dan pena itu, lalu membawanya kembali ke meja rias. Mulai mencoret coret abstrak disana. Sembari air mata masih saja menetes deras.

Jangan kalian kira coretan Gia akan membentuk sebuah gambaran. Kalian keliru. Gia bukanlah seorang yang berbakat dalam menggambar. Bahkan wanita itu tak memiliki bakat yang berarti selama dirinya hidup.

Coretan itu tak berbentuk, benar benar tak berbentuk, bahkan hampir menutupi kertas putih itu dengan warna hitam dari pena itu.

Tiap gores, Gia menekan penanya. Begitu pula dengan laranya yang terus ia tekan dalam-dalam.

Isakan kecil menjadi backsound, sebuah coretan terbentuk.

Kertas yang telah penuh akan coretan itu, Gia pandangi lamat lamat. Perlahan namun pasti, Gia kembali menggoreskan pena. Kali ini bukan hanya coretan, tetapi tulisan tulisan yang mengganjal hatinya lah yang ia tengah tulis. Jangan harap tulisan itu tampak, karena bagaimana bisa kertas yang penuh akan warna hitam dapat ditulisi dengan sebuah pena hitam juga?

Kala dunia berkali-kali terenggut.

Tak ada ada yang dapat digenggam.

Berusaha hilang namun tak mungkin.

Membuat diri terbelenggu sesak.

...Menyakitkan....

...Dituntut mengerti,...

...Namun tak ada yang dapat mengerti....

...Jiwa terenggut paksa....

...Hingga pilu berdarah....

...Berusaha hidup lebih baik....

...Nyatanya semakin hancur....

...Lelah....

...Namun tak ada tempat berpulang....

Yah, itulah tulisan yang Gia timpa berkali-kali dalam satu kertas.

Gia menghentikan kegiatannya sejenak. Menatap coretan itu.

Coretan itu nampak seperti tak ada isinya. Namun nyatanya terdapat bait berusaha dituangkan.

Gia mengusapi kertas itu dengan tahan gemetar. Hingga tanpa sadar, kertas yang dianggap tidak akan menyakiti itu baru saja membuat goresan luka dalam di salah satu jarinya.

Berdarah.

Tangannya luka. Namun pedihnya tak sebanding dengan luka didalam hatinya.

Gia menatap tangannya dengan gemetar. Membuat tangannya yang lain menekan darah itu, berusaha luka itu tak nampak.

Bukannya tertutupi, tapi darah yang semakin deras keluar.

Gia menggigit bibirnya kuat-kuat. Merasa air matanya semakin deras berjatuhan.

Beberapa detik kemudian tangan Gia ditarik secara paksa oleh seseorang. " What is wrong with you? " Sentaknya

Gia menatap pria itu dengan pandangan kosong. Yah, Jordan berada dihadapannya saat ini.

" Aku tidak melukai diri. Aku terluka tanpa sadar. " Ucap Gia berusaha menjelaskan.

Tak tahu mengapa Gia harus menjelaskan itu, tetapi luka dimasa lalu yang memintanya untuk memberi penjelasan. Gia hanya terbiasa untuk selalu menjelaskan. Ingatkan padanya, dia dulu hanya dapat menjelaskan agar tak terjadi kesalahpahaman yang semakin membuatnya terimbas.

Jadi jangan salahkan dia. Gia hanya telah terbiasa.

Jordan merengkuh tubuh Gia dalam dekapannya.

Katakanlah dirinya dulu sangat jahat terhadap wanita yang berada didekapannya itu. Namun apa yang kalian harapkan pada dirinya? Sudah biasa orang diluar sana melakukan itu. Apalagi Jordan memiliki privilage lebih. Pantas waktu itu dia salah dalam melangkah.

Tetapi Jordan telah berubah. Benar-benar berubah. Menjadi sosok calon ayah, memaksanya untuk menjadi lebih baik. Kini Jordan hanya dapat menyesali perbuatannya waktu itu.

" Sorry. " Lirih Jordan, tempat ditelinga Gia.

Matanya menangkap, Gia kini hanya diam tanpa kata dan tanpa tangisan. Hal itu membuat Jordan menatap sendu ke arah Gia.

Melepaskan dekapannya, Jordan dengan perlahan mengobati luka Gia. Berharap tak kembali menyakiti wanita itu.

Sesuai mengobati Gia, Jordan membawa Gia merebahkan diri di kasur. Jordan ikut merebahkan diri, lalu menarik wanita itu dalam dekapannya. Mengecup puncak kepala Gia dalam-dalam, seolah mengatakan Gia tidak sendiri sekarang.

Jordan mengusap perut Gia yang entah kenapa sudah sedikit menonjol itu, meski umur kandungan Gia baru memasuki Minggu ke 5. Berusaha mencurahkan kasih sayangnya pada sang calon anak pada usapannya itu.

Namun bukannya Gia merasa nyaman, Gia malah semakin terusik

Matanya membayang jauh melanglang buana. Kini dia menjadi calon seorang ibu. Menjadi salah satu korban kekacauan orang tua, membuat ketakutan demi ketakutan mengisi benaknya.

Gia tak mampu.

Paling tidak jangan sekarang. Gia tak mampu

Gia menggelengkan kepala, dengan buliran air mata kembali berjatuhan.

" Tidak, jangan sekarang. " Lirih Gia.

Membuat Jordan menatap wajah Gia. Tampak sekali dalam kedua mata itu terdapat ketakutan besar.

" Hey, Gia sayang.. " Jordan mengusap wajah Gia lembut, berusaha menyadarkan wanita itu dalam kemelut pikirannya.

Gia termenung sesaat.

Lalu menatap ke arah Jordan dengan mata berkaca-kaca.

" Aku gak bisa. Tolong jangan sekarang. " Racau Gia sembari menggapai tangan Jordan.

" Apanya yang gak bisa, sayang? Apanya? " Tanya Jordan bingung. Bagaimana tak bingung, wanitanya itu nampak jiwanya tak berada ditempatnya kini.

Bukannya menjawab, Gia semakin meracau tak jelas.

Jordan semakin mengeratkan tubuh Gia dalam pelukannya, dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Mengusap surai indah Gia dengan amat perlahan, seolah takut merusak harta paling berharga didunia ini.

Maaf Jordan tak tahu diri. Namun dirinya kini sama hancurnya dengan wanita dihadapannya itu. Penyesalan benar benar terpupuk semakin banyak didalam batinnya. Hingga membuat sesak yang tiada akhir pada diri Jordan.

" Sorry, sorry.. " Berkali kali, kalimat itu keluar dari bibirnya. Berharap wanita didalam dekapannya itu memaafkan dirinya. Meski Jordan tahu, perbuatannya tak layak dimaafkan.

Seandainya Jordan dapat mengulang waktu. Jordan tak akan merusak wanita yang berada didekapannya. Berusaha menjalani hidup dengan baik tanpa mengacaukan apa pun lagi. Dan berbagai perandaian yang hanya akan membuat jiwa Jordan semakin lara.

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir yaa /Hey/
Jeremiah Jade Bertos Baldon
Aku ngerasa masuk ke dalam cerita, coba cepetan lanjutin thor!
Dzakwan Dzakwan
Wuih, nggak sabar lanjutin!
Harry
Ngebayangin jadi karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!