Balapan, dugem, judi, merokok sudah menjadi dunia dan rutinitas Alanzo Gilbartan setiap hari. Si ketua geng motor dengan muka ala dewa Yunani dan kekayaan yang lebih. Sombong dan urakan adalah dua dari wataknya. Tidak ada yang boleh membuat masalah, semua harus tunduk, atau ia akan terkena batunya.
Hingga ia bertemu dengan Sheryl, cewek misterius dengan sikap tenang dan senyuman santai yang mengalahkan harga dirinya.
Sheryl membuat masalah saat pertama kali bertemu dengannya. Sheryl memiliki Rahasia yang tak ia tahu.
Saat dirinya dan anggota geng lainnya mencari tahu tentang Sheryl di internet, kejanggalan terjadi. Mereka selalu mendapati #ERROR 404.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayndf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Error 404?
“Lo punya dokter pribadi?”
Sheryl yang sedang terduduk di brankar rumah sakit itu menoleh pada Alanzo yang bertanya, lalu terkekeh. “Lo tanya sama anak asuh pedagang bakpao kayak gue?”
“Kalo gue nanya, lo jawab! Bukan tanya ganti!” tajamnya.
“Enggak,” jawab Sheryl singkat.
“Dokter Ivan yang bilang lo punya dokter pribadi.” Alanzo menaikkan satu alisnya sedangkan Sheryl tak membalasnya. Alanzo kemudian mendudukkan diri di kursi sisi Sheryl. Ia mengenggam erat tangan cewek itu lalu mengelusnya secara lembut lalu menciumnya. “Gue pacar lo. Kalo lo sakit, lo bisa bilang ke gue.”
Mata Sheryl melebar seketika bukan karena mendapati perlakuan Alanzo yang sangat jarang ia tampakkan pada cewek lain, tapi karena jantungnya yang tiba-tiba berdetak tak beraturan. Sebisa mungkin Sheryl menghirup dan mengembuskan nafas dengan tenang.
“Gue gak papa!” jawab Sheryl melepaskan tangannya dari Alanzo.
Alanzo tertawa. “Lo baper ya?”
“Gue?” tanyanya sambil terkekeh. “Enggak.” Sheryl menggelengkan kepala. Sialnya, meski sudah seperti itu, Sheryl masih saja bisa sikap tenangnya. Seolah tak terusik.
“Lo yakin lo gak papa?”
“Gue cuma kecapean. Kenapa? Khawatir lo?” Kini giliran Sheryl yang menampilkan ekspresi menyebalkannya.
“Ngapain gue khawatir sama lo? Gue cuma gak mau pacaran sama orang sakit-sakitan!” kekeh Alanzo.
“Jadi misal gue sakit, lo bakal putusin gue?” tanya Sheryl membuat Alanzo menatap dirinya.
“Of course.” Mendapati jawaban itu, Sheryl diam. Tidak tahu harus senang atau benci. Antara senang jika Alanzo bakal memutuskannya, atau benci karena tandanya jika ada orang yang tahu tentang penyakitnya apa orang itu akan melakukan hal yang sama dengan Alanzo? Meninggalkannya karena jijik seperti apa yang selalu ia pikirkan selama ini?
“Kenapa?” tanya Alanzo curiga.
“Gak papa,” jawab Sheryl mengalihkan matanya. Tidak, susah payah Sheryl menyembunyikan semua ini, susah payah Sheryl melupakan kejadian itu, dan Sheryl tidak akan membiarkan siapa pun tahu.
“Kalo gitu gue punya permintaan lagi ke lo! Besok libur, lo harus mau ikut gue!”
***
Layar hitam dari komputer berlogo apel tergigit itu menampilkan deretan tulisan berwarna kuning dan hijau yang hanya bisa Andro mengerti. Kata kunci dari pencariannya hanyalah ‘Sheryl Auristella’. Sudah tiga hari sejak serangan dari Vernos, cowok berambut gondrong itu masih kekeuh mencari data soal Sheryl. Melihat cewek itu rasanya janggal jika Sheryl hanya cewek biasa.
“Lo coba liat foto ini!” ucap Jehab saat menemukan sesuatu di ponselnya yang menampakkan Sheryl. Andro melirik sejenak lalu tertarik.
“Kirim! Kirim ke komputer gue! Gue bakal lacak lokasi dan tanggal fotonya!” Cepat saja Jehab mengirim foto itu. Andro memasukkan foto Sheryl yang entah Jehab dapat dari mana. Pastinya Jehab sedang berusaha meretas data soal Sheryl entah dari histori postingan sosial media ataupun nomor kartu kependudukkan.
Andro mengerutkan kening kala layar itu menampilkan lokasi yang tak mereka terduga. Surabaya.
“Salah mungkin! Coba lagi!” Jehab yang melihat itu segera mengambil alih mouse yang Andro gunakan. Mengetikkan sesuatu di komputer. Loading pun terjadi dari situs ilegal itu. Keduanya masih sibuk menunggu, dan coba tebak! #Error 404 telah terpapang jelas di layar komputer itu.
“Anjing!” Andro menggebrak meja di depannya. Seumur-umur ia meretas akun, data, maupun situs ilegal tidak pernah sampai terjadi eror berkali-kali, bahkan tidak sesusah ini.
“Gak mungkin! Gak mungkin ini situs bisa nampilin eror! Lo tahulah tadi lokasinya udah ada Surabaya, trus tiba-tiba eror?!” frustasi Andro sambil mengacak-acak rambut. “Erornya empat kosong empat lagi!”
Sedangkan Jehab kembali mencari lagi, menggantikan Andro. Mulai dari Yandex, Catfish, TinEye yang masih merupakan situs legal hingga ke situs canggih lainnya, semuanya eror jika itu menyangkut apa pun soal Sheryl. Jehab menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, menyesap minuman kaleng miliknya di meja.
Aneh.
“Gue rasa lo gak perlu nyari-nyari soal Sheryl berlebihan! Sheryl itu anak pindahan dari Bandung! Alanzo sendiri yang udah cari informasi ke rumahnya!” celetuk Leon yang baru datang dan disuguhi dengan pemandangan gamang dari mereka berdua.
“Sheryl gak seberbahaya itu, Bro!” Omero tampak menyetujui ucapan Leon yang kelihatan santai.
Andro menatap Omero dengan dahi mengerut. “Lo gak ngerasa ada yang janggal sama cewek itu?”
Leon mengembuskan rokoknya. “Kenapa?”
“Setelah Vernos nyerang kita, dia bilang dia bisa selamat dari Erza,” jeda Andro menyipitkan mata. “Padahal lo tahu sendiri. Wakil Vernos itu gak akan lepasin cewek kalo udah tertarik dan gak ada cewek yang bisa selamat kalo udah berhadapan sama si bajingan itu.”
“Kecuali kalo dia bukan cewek biasa,” tambah Jehab yang sangat mengenal karakteristik musuhnya sejak lama.
Omero sedikit tertarik. Dari yang awalnya bersandar, mengubah posisinya menjadi tegak.
Leon mendengus malas, masih tidak mau percaya. “Trus menurut lo, itu cewek siapa?”
Andro terdiam sejenak lalu berdiri, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. “Gue curiga dia suruhan geng Vernos yang jadi mata-mata di sekolah kita.”
Seketika, kepala Omero ia tolehkan pada Andro, menganalogikan ketiksetujuannya. “Gak mungkin! Kalo dia emang suruhan Vernos, gak mungkin dia hampir dilecehin sama Vernos.”
“Lo pikir mata-mata mau ngaku mata-mata? Lo pikir cewek kayak Sheryl bakal mau tunjukin semua identitasnya secara gampang?! Lo mikir! Gak ada orang nyamar yang bakal tunjukin semua data diri mereka. Semua eror yang kita cari di komputer soal dia, nunjukin kalau dia emang lagi sembunyiin semua identitasnya,” jelas Andro tampak lebih bijak dan realistis dari Omero. Cowok yang memang usianya jauh di atas mereka itu menepuk pundak Omero.
“Jangan karena lo tertarik sama Sheryl, lo bisa bela-belain dia. Sebelum suka, baiknya lo cari tahu soal dia,” ucapnya pelan menasihati, hanya bisa didengar oleh keduanya. Omero terdiam mendengar itu, tenyata selama ini Andro memang pengamat yang baik. Ia mampu menganalisa ketertarikan Omero pada seseorang.
“Surabaya ...,” gumam Jehab teringat lokasi foto Sheryl diambil.
Omero melirik Andro dan Jehab secara bergantian. “Kenapa gak minta bantuan orang kepercayaan lo di disdukcapil?” Menengar pertanyaan itu, Andro, Jehab, dan Leon kini saling bertatapan. Seakan menemukan sebuah pencerahan.
***
“Oke, jadi hari ini mau ke mana?” tanya Sheryl yang baru keluar dari pintu rumahnya. Alanzo yang sedari tadi menunggu di teras, menoleh ke belakang, mendapati Sheryl yang tengah siap dengan celana jeans casual dan atasan crop serta rambut yang terurai indah membuat cewek itu tampak lebih cantik.
Alanzo tertegun sejenak sebelum mengalihkan matanya. “Ikut aja!” Ia menarik tangan Sheryl cepat ke arah luar gang, mendapati sebuah lamborghini hitam yang telah terparkir di sana, mengundang beberapa warga mendekat dengan wajah sumringah dan terkagum-kagum karena tidak pernah melihat yang mobil mewah secara langsung sebelumnya.
“Karena mobil gak bisa masuk gang, gue harus parkir di sini,” katanya tampak kesal.
“Trus kenapa bawa mobil?”
Tak menjawab, cowok itu langsung saja memasukkan tubuh Sheryl ke dalam mobil. Begitupun dirinya yang tengah masuk dan melajukan mobil miliknya. Meninggalkan perkampungan kecil dengan warga yang masih berdiri membinarkan mata di sana.
***