Takdir Untukku

Tanpa terasa sudah 3 bulan Chelsea bekerja di perusahaan papi Agam dan masih belajar di divisi Marketing.

Sudah menjadi rutinitasnya, setiap jam 5 sore saat jam kerja berakhir, Chelsea langsung naik ke lantai 6 dan melanjutkan pekerjaannya di sana sebagai penerus papi Agam.

Chelsea merenggangkan tubuhnya yang mulai terasa pegal. Memeriksa dokumen yang perlu ditandatangani papi Agam adalah tugasnya sekarang, bukan pekerjaan Jim atau Nuri lagi kecuali untuk beberapa hal penting yang belum diketahui Chelsea.

Handphonenya yang ada di atas meja berbunyi. Pesan masuk dari Revan menanyakan kabar Chelsea. Sejak kemarin kekasih Chelsea itu pamit keluar kota karena ada pekerjaan.

Sebelum pergi, saat makan malam berdua, Revan membicarakan kembali soal rencananya ingin melamar Chelsea. Minimal mereka bertunangan dulu, 'pernikahan bisa ditunda sampai Chelsea siap.

Sejujurnya, sejak Reno tidak lagi menjadi pengganggu dalam hubungannya dengan Revan, hati Chelsea mulai goyah. Ia merasa semakin tersanjung dengan sikap Revan yang menjadikan Chelsea wanita istimewa dalam hidup pria itu.

Tapi Chelsea tidak mau gegabah. Ia ingin memikirkannya matang-matang. Kegagalannya dengan Reno membuat Chelsea tidak ingin terburu-buru menjawab karena baginya yang terpenting adalah keyakinan.

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan Chelsea berharap kalau peristiwa itu hanya sekali terjadi dalam hidupnya.

Brak !

Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu.

“Maaf Sea, tapi Reno…” wajah sungkan Nia terlihat dari balik tubuh Reno yang tinggi.

Asisten sekaligus sahabat Chelsea itu sudah melarang Reno langsung masuk ke ruangan Chlesea, tapi pria itu tetap memaksa.

“Tidak apa-apa, Nia,. Kalau pekerjaanmu sudah beres, pulanglah duluan. Aku yakin Dio sudah menjemputmu sekalian mengantar Reno kemari.”

Nia terlihat ragu tapi Chelsea mengangguk sambil tersenyum.

Setelah menutup pintu ruangan, Reno langsung mendekati Chelsea yang duduk di kursi kerjanya. Dikukungnya Chelsea dengan kedua tangannya yang bertumpu pada pegangan kursi.

“Sudah aku katakan padamu, jangan terima lamaran Revan ! Sampai kapan pun aku tidak akan mengijinkan kalian menikah !”

Chelsea terkejut saat Reno bicara dengan penuh emosi, bahkan wajahnya sampai memerah. Ia pun sempat mengerutkan dahi karena merasa bingung dengan ucapan Reno.

Siapa yang mau bertunangan ? Chelsea bahkan belum mengiyakan permintaan Revan.

Tidak ingin menjatuhkan harga diri kekasihnya, dengan sekuat tenaga, Chelsea mendorong tubuh Reno hingga hampir terjatuh.

“Sudah aku bilang berhenti menggangguku, Reno ! Apapun keputusan yang aku ambil bukan urusanmu. Kamu tidak lagi berhak mengatur hidupku dengan cara marah-marah seperti ini,” tegas Chelsea sambil membalas tatapan. Reno.

“Aku memang tidak berhak mencampuri urusanmu apalagi melarangmu mengambil keputusan penting. Tapi aku bebas melakukan apapun untuk melindungi orang lain bahkan yang tidak aku kenal sekalipun.”

“Mau jadi pahlawan kesiangan ?” ejek Chelsea sambil tersenyum sinis.

“Terserah kamu mau memanggilku dengan sebutan apa, tapi tolong dengarkan aku, jangan menerima lamaran Revan apalagi menikahinya.”

Ucapan Reno penuh penekanan dan wajahnya menunjukkan kalau ucapannya tidak bisa dibantah.

Chelsea diam saja, ia merapikan laptop dan tas kerjanya. Tidak mungkin melanjutkan pekerjaan dengan situasi seperti ini.

“Sea,” Reno menarik Chelsea dan memegang kedua bahunya dengan posisi berhadapan.

”Aku tahu kalau aku telah berbuat kesalahan yang amat besar 4 tahun yang lalu dan sampai saat ini aku tidak bisa berhenti menyesalinya. Aku tahu kamu tidak akan memaafkan aku, tapi aku tidak akan pernah berhenti untuk melindungimu karena…. karena…”

“Karena apa ?” Chelsea kembali tertawa sinis.

“Karena kamu tidak terima kalau sekarang aku memilih kakakmu ? Kamu tidak terima karena rasa cintaku pada Revan lebih besar daripada cintaku padamu ?” Suara Chelsea semakin meninggi dan dengan sedikit kasar Chelsea melepaskan tangan Reno yang memegang bahunya.

“Sea… aku hanya tidak ingin kamu terluka lagi,” lirih Reno

“Lagi ?” Chelsea tertawa dengan nada mengejek. “Jadi dirimu yakin kalau Revan akan menyakitiku ? Kenapa ? Kamu iri karena semakin hari kami saling mencintai dan kamu anggap sama sepertimu dulu kalau rasa cinta itu hanya akan berujung pada sakit hati ?”

“Sea bukan begitu…” Reno kembali mencoba menyentuh bahu Chelsea, namun dengan cepat Chelsea menepisnya.

“Lalu apa ? Apa yang membuatmu yakin kalau cinta kami hanya akan membuatku sakit hati lagi ?”

“Karena Reno tidak sungguh-sungguh mencintaimu ! Semua ucapan manisnya bohong, Sea. Itu semua bagian dari rencananya demi keuntungan dirinya sendiri, bukan karena Kak Revan sungguh-sungguh mencintaimu !”

Wajah Reno kembali memerah dan nada suaranya sudah penuh dengan amarah.

“Tahu apa kamu soal cinta ? Bahkan kamu rela berbuat laknat hanya untuk menolak cinta.”

“Caci maki aku kalau memang itu bisa membuat hatimu lega. Pukuli aku kalau bisa membuat sakit hatimu terobati dan kebencianmu hilang, aku akan menerimanya dengan senang hati. Tapi tidak akan kubiarksn siapapun menyakitimu lagi, Sea !” suara Reno yang masih bernada tinggi membuat emosi Chelsea naik kembali.

”Pergi jauh-jauh dari hidupku, Reno !” Pekik Chelsea

“Tidak akan ! Selama kamu masih memilih Kak Revan sebagai calon suamimu, aku tidak akan menjauh darimu bahkan hanya untuk sejengkal.”

“Aku benci padamu Reno ! Aku sangat membencimu !”

Chelsea berteriak sambil memukuli Reno bahkan sempat mendorong pria itu menjauh, tapi Reno bergeming.

“Pukullah aku, Sea. Sejauh apapun kamu mendorongku, aku tetap akan kembali mendekat sampai kamu lepas dari Kak Revan !”

“Berharaplah dalam mimpi !” tetas Chelsea dengan senyuman sinis.

Wajahnya mulai basah dengan air mata karena terlalu emosi dan kesal pada Reno.

“Dia tidak mencintaimu, Sea. Semua yang dilakukan Kak Revan hanya demi uang dan kedudukan !” tegas Reno setengah berteriak.

“Dia hanya menjadikanmu bonekanya untuk mendapatkan apa yang Papa janjikan padanya. Hanya demi harta, Sea, bukan cinta !”

“Sepertinya hidupmu hanya dipenuhi rasa iri, marah dan penyesalan, Reno !” Chelsea kembali tersenyum sinis. Wajahnya sudah dikeringkan dengan tisu.

“Sejak dulu kamu selalu menganggap dirimu tidak pernah berarti di mata papa.”

“Memang itu kenyataannya, Sea,” tegas Reno dengan senyuman getir. “Apalagi setalah aku membuatmu pergi selama 4 tahun.

Bagiku tidak masalah, aku anggap semuanya sebagai hukuman atas perbuatanku padamu. Tapi membiarkanmu dengan Kak Revan adalah hal yang tidak akan pernah aku lakukan.

Buktikan ucapanku, Sea. Kak Revan mendekatimu hanya demi lembaran saham perusahaan yang akan ditambahkan kalau sampai ia menikahmu.”

“Jadi kamu iri masalah harta ? Kamu yang berjuang mati-matian mengurus perusahaan papa malah tidak mendapatkan apa-apa ?” Chelsea tertawa mengejek.

“Apapun yang kamu pikirkan aku tidak peduli. Sekalipun aku tidak mendapatkan sepeser pun dari Papa, aku tidak masalah. Aku hanya ingin melihatmu bahagia.”

“Saat ini kebahagiaanku adalah Kak Revan,” Chelsea tersenyum tipis. “Jangan rusak kebahagiaanku kalau memang itu sungguh niatmu.”

“Sea…” Reno menatapnya dengan wajah sendu dan terlihat frustasi.

Pergilah Reno. Aku berpikir kamu telah berubah, menjadi pribadi yang lebih dewasa setelah banyak kejadian menempamu. Tapi kamu masih Reno yang sama, selalu dipenuhi rasa marah, iri dan tidak pernah mau menerima kenyataan. Egomu masih sama dan membuatku semakin sesak saat berada di dekatmu.”

Reno menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan lalu ia tersenyum getir.

“Maaf kalau itu yang kamu rasakan, Sea. Semoga Tuhan membukakan matamu sebelum kamu terikat dengan Kak Revan.”

Chelsea terduduk lemas saat Reno meninggalkan ruangannya. Hampir saja hatinya goyah, saat melihat tatapan Reno yang terluka.