[Ranjang Panas Pamanku S2]
Baca dulu yang season satu ya biar ga bingung, ngerti?
>>>
Hidup Ciara semakin terasa sulit setelah Davin, pamannya itu menyebarkan video panas dirinya ke media sosial dan membuat teman-teman sekolahnya tahu tentang itu. Ciara pun dibuat tertekan dengan berbagai cemoohan yang ia dapatkan, baik itu dari teman maupun guru-guru di sekolahnya.
Ciara juga hampir dikeluarkan oleh kepala sekolah jika memang terbukti bahwa orang di video tersebut adalah dirinya, tapi ia diberi waktu beberapa hari untuk bisa membuktikan dirinya tak bersalah.
Ditengah keterpurukannya, Ciara bertemu Davin kembali yang berkata akan membantunya. Tetapi, tentu saja Davin memberikan persyaratan pada Ciara, yakni gadis itu harus mau menikah dengannya.
Kira-kira Ciara mau gak ya terima tawaran Davin? Baca aja yuk lengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Persoalan selesai
Hari telah berganti pagi, Ciara pun kembali bersekolah bersama Galen yang mengantarnya kali ini. Ya sebelumnya Ciara memang sudah tinggal di rumah kakaknya itu, sehingga ia tidak lagi diantar oleh Libra, pamannya yang menyebalkan. Meski begitu, entah kenapa Ciara malah merasa ada yang berbeda disaat ia pergi ke sekolah tanpa bersama Libra, walaupun lelaki itu lebih banyak diamnya.
Sesampainya di sekolah, gadis itu pun langsung pamit pada sang kakak dan segera turun dari mobilnya untuk bergegas masuk ke area sekolah. Namun, baru saja ia hendak melangkahkan kakinya, ia malah tak sengaja menemukan sesosok aneh yang terlihat tengah memperhatikannya dari arah seberang sambil bersembunyi dibalik tiang listrik.
Sontak Ciara yang penasaran pun berusaha mendekat agar dapat melihatnya lebih jelas, sekedar info kalau mobil Galen sudah melaju pergi dan kini Ciara hanya sendiri di depan gerbang sekolahnya. Gadis itu tak henti-hentinya menatap ke arah sosok tersebut sembari menyipitkan matanya, ia sungguh heran mengapa sosok itu terus berdiri disana dan memandang sinis ke arahnya.
"Itu orang siapa ya? Dia mau apa ngeliatin aku terus kayak gitu?" gumam Ciara yang ketakutan.
Pukkk
"Hey Ciara!" tiba-tiba saja pundaknya ditepuk dari belakang dan suara berat juga menyapanya, tentu gadis itu terkejut lalu reflek membalikkan badannya.
"Hah pak Terry? Ya ampun, bapak ngapain sih ngagetin saya!" geram Ciara sembari mengelus dadanya, nafasnya kini juga tak beraturan akibat terkejut barusan.
Terry mengernyit keheranan, "Loh kamu kenapa bisa sampai sekaget itu Ciara? Perasaan saya cuma sapa kamu deh," ujarnya.
"Ya iya, tapi tadi kan saya lagi bengong tau. Eh bapak malah main tepuk pundak saya aja, gimana saya gak kaget coba!" ketus Ciara.
Terry pun tersenyum, "Maafin saya ya? Lagian kamu ngapain bengong disini Ciara? Kenapa kamu gak masuk ke dalam aja sama yang lain?" ucapnya.
"Eee.." disaat Ciara kembali menoleh ke arah sebrang, ia heran lantaran sosok tadi sudah tidak ada dan tak meninggalkan jejak sedikitpun.
"Ada apa Ciara? Kamu cari siapa?" tanya Terry.
"Eh enggak pak, saya cari tukang jajanan. Soalnya saya masih lapar nih," jawab Ciara berbohong.
"Ohh, di kantin aja kali. Yuk saya antar!" usul Terry.
Ciara menggeleng dengan cepat, "Gausah deh pak, saya bareng Anin sama Cleo aja nanti. Eh ya, ini saya mau balikin jaket punya bapak yang kemarin," ucapnya seraya menyerahkan jaket kepada Terry.
"Loh kenapa dibalikin? Harusnya kamu simpan aja itu di rumah, anggap sebagai hadiah dari saya untuk kamu!" ucap Terry.
Ciara melongok mendengarnya, "Hadiah? Buat apa bapak kasih saya hadiah jaket? Saya udah punya pak di rumah, mending ini bapak ambil balik aja! Udah saya cuci kok itu," ucapnya.
"Huft, yaudah deh gapapa. Tapi, kamu udah enakan kan badannya? Gak ada yang sakit?" tanya Terry.
"Iya udah kok pak, sekali lagi makasih ya atas bantuannya kemarin! Kalau gak ada bapak, mungkin saya—" ucapan Ciara terhenti lantaran Terry menaruh jari telunjuk di bibirnya.
"Sssttt jangan bicara begitu terus! Saya senang kok bisa bantu kamu Ciara," sela Terry.
"Iya pak, kalo gitu saya masuk duluan ya?" ucap Ciara meminta izin.
"Eee gimana kalau kita bareng aja? Sekalian saya mau obrolin tentang Hanum," usul Terry.
"Yaudah deh pak, terserah bapak aja." Ciara mengangguk setuju kemudian menerima ajakan Terry untuk berjalan bersama ke dalam sekolah.
Sungguh Terry sangat senang dengan ini, meskipun hanya sekedar jalan berdua, namun rasanya Terry seperti dibawa terbang ke angkasa dan benar-benar sulit untuk menjabarkan bagaimana perasaan bahagianya saat ini. Sedangkan Ciara tentunya tampak biasa-biasa saja, karena memang dia tak menginginkan momen ini terjadi.
"Oh ya Ciara, jadi kemarin itu saya sudah berhasil ketemu sama Hanum di jalan. Dia mengaku salah, lalu dia siap menerima hukuman apapun," ucap Terry.
"Beneran pak? Bagus deh kalo gitu, ya semoga aja Hanum bisa jera nantinya!" ucap Ciara.
"Iya aamiin, tapi saya masih belum tahu hukuman apa yang akan diberikan kepala sekolah ke Hanum. Soalnya mereka baru akan bicara nanti saat jam istirahat," ucap Terry.
"Ohh, terus Hanum nya sekarang dimana pak? Dia masuk sekolah seperti biasa apa enggak?" tanya Ciara.
Terry mengangguk pelan, "Iya dia sekolah, tapi gak masuk kelas. Paling dia cuma datang buat ketemu kepala sekolah, dan kamu tentunya untuk minta maaf," jawabnya.
"Saya sih udah maafin dia dari kemarin pak, karena saya orangnya gak suka menaruh dendam dan mengkoleksi musuh," ucap Ciara.
"Hahaha, bagus itu Ciara. Saya suka dengan sikap kamu yang seperti itu!" ucap Terry terkekeh.
Mereka pun terus melanjutkan langkah sampai ke lorong sekolah, tapi entah kenapa Ciara masih saja memikirkan tentang sosok pria yang tadi memperhatikannya dari sebrang jalan. Ciara sungguh penasaran, siapa sebenarnya orang itu dan mau apa dia memantaunya seperti itu.
•
•
Singkat cerita, saat jam istirahat tiba sesuai yang dikatakan Terry tadi kini Hanum tengah menemui Ciara untuk meminta maaf pada gadis itu setelah apa yang dia lakukan padanya. Mereka berdua bertemu di ruangan Terry untuk menghindari terjadinya pertikaian diantara mereka berdua.
Hanum pun tampak menyesali perbuatannya kepada Ciara yang membuat hidupnya kini menderita, ya setelah tadi bertemu dengan kepala sekolah dan mendapatkan hukuman, kini Hanum harus menemui Ciara juga untuk meminta maaf sebagaimana perintah dari kepala sekolah juga Terry.
"Ayo Hanum, tunggu apa lagi? Kamu minta maaf sekarang sama Ciara, supaya semua urusannya selesai!" ucap Terry.
"I-i-iya pak.." gadis itu menatap wajah Ciara dengan gugup sembari mengetuk-ngetuk meja.
"Ciara, gue minta maaf ya sama lu? Gue nyesel udah kunciin lu di toilet dan siram lu pake air, please maafin gue ya Ciara!" ucap Hanum pada Ciara dengan penuh ketulusan.
Ciara tersenyum mendengarnya, "Iya Hanum, aku udah maafin kamu kok. Semoga setelah ini, kamu udah gak benci atau dendam lagi ya sama aku! Dan kita berdua bisa jadi teman, soalnya aku malas punya musuh," ucapnya.
Hanum manggut-manggut antusias, "Iya Ciara, makasih banyak ya lu udah mau maafin gue. Gue janji sama lu, gue gak akan mengulangi itu lagi!" ucapnya tegas.
"Okay, aku percaya sama kamu!" lirih Ciara.
Terry sontak tersenyum dan bertepuk tangan melihat dua gadis itu yang sudah tidak bertengkar lagi, Terry juga senang dengan kedewasaan Ciara yang justru tidak mau membalas kejahatan Hanum dan malah meminta Hanum menjadi sahabatnya. Hal itu semakin membuat Terry kagum pada Ciara, sulit baginya untuk bisa melupakan gadis itu.
Setelah semuanya usai, pertemuan itu diakhiri dengan pelukan erat antara Hanum dan Ciara yang disaksikan langsung oleh Terry. Kini kedua gadis itu telah resmi bersahabat, meski belum tentu Hanum sudah berubah dan tidak akan lagi menyakiti Ciara, sebab Hanum memang memiliki sikap iri dengki yang amat sangat pada Ciara.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
semangat menulis thor👍💪barusan aku baca novel yg pjg❤❤