Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.
Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.
Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Barbie segera mendorong dada Damien dengan kedua tangannya hingga ciuman mereka terputus. Nafasnya masih belum teratur, dadanya naik turun menahan emosi.
“Aku… aku sudah ingat denganmu,” ucap Barbie, matanya menatap tajam ke arah pria di depannya. Tangannya dengan geram mengusap bibirnya yang masih basah oleh ciuman tadi. “Kau adalah pria bertopeng itu.”
Senyum tipis tersungging di bibir Damien, senyum yang menggabungkan rasa lega dan kepuasan. “Akhirnya kamu ingat denganku, Baby.”
Barbie mendengus, matanya membulat kesal. “Namaku Barbie, bukan Baby! Jangan panggil sembarangan!” suaranya meninggi, sarat emosi. “Meskipun kita pernah saling kenal, bukan berarti kau bisa seenaknya. Kau tetap harus jaga jarak denganku!”
Damien tidak gentar. Ia justru melangkah perlahan ke arah Barbie, sorot matanya tenang namun menyimpan sesuatu yang dalam. “Setelah malam itu, aku terus mencarimu,” katanya pelan. “Dan akhirnya… takdir membawaku menemukanmu secara tidak sengaja.”
“Kau mencariku?” Barbie mengerutkan alis, ragu.
Damien mengangguk, tubuhnya sedikit membungkuk, menatap Barbie lebih dekat. “Karena aku ingin sering melihatmu…”
Barbie memalingkan wajahnya, menahan gejolak perasaan yang tak bisa ia pahami sendiri. “Melihatku?” tanyanya dengan nada sinis. “Maksudmu agar bisa mengambil kesempatan atas diriku lagi? Aku sudah cukup dirugikan. Pertama kali bertemu, bibirku ternoda. Dan sekarang, pertemuan kedua... aku kembali menjadi korban. Akan lebih baik kalau kita tidak bertemu lagi.”
“Aku akan bertanggung jawab,” ucap Damien dengan suara serius.
Barbie tertawa kecil, getir. “Dengan cara apa?” tanyanya dingin.
“Mari kita menikah,” jawab Damien mantap.
Barbie membeku. Kata-kata itu menghentikan semuanya. Matanya membulat, dadanya bergemuruh, dan pikirannya seolah berhenti bekerja untuk beberapa saat.
“Kau... apa kau sadar dengan ucapanmu?” tanyanya pelan, nyaris berbisik.
Damien melangkah lebih dekat lagi hingga hanya ada jarak sejengkal di antara mereka. Ia menatap Barbie dalam-dalam, seolah ingin menembus hatinya yang tertutup.
“Sadar. Sangat sadar,” jawabnya tanpa ragu. “Aku ingin menikahimu, mencintaimu, merawatmu, dan melindungimu.”
Senyum Damien kali ini bukan sekadar senyum. Itu adalah janji yang tidak main-main.
Barbie terdiam, menatap pria itu dengan campuran bingung dan terkejut. Untuk pertama kalinya, ia merasa pertahanannya mulai runtuh… dan hatinya berdetak terlalu cepat untuk bisa dia abaikan.
"Ada apa denganku? Kenapa jantung ini berdegup begitu kencang?" batin Barbie panik. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menenangkan gejolak aneh dalam dadanya.
Barbie menatap Damien dengan tajam, berusaha menutupi kegugupannya. “Jangan bercanda soal pernikahan,” ucapnya dingin. “Bagi pria sepertimu, pernikahan hanyalah permainan. Aku tidak sebodoh itu untuk masuk ke dalam jebakanmu.”
Damien mengangkat alis, sedikit heran dengan reaksi Barbie. “Kau tidak percaya padaku?” tanyanya pelan.
“Tentu tidak! Tidak ada alasan bagiku untuk mempercayaimu!” tegas Barbie. Ia melangkah mundur, mencoba menciptakan jarak. “Aku ingin pulang. Lebih baik kita tidak usah bertemu lagi. Dan tolong… suruh anak buahmu yang menculikku tadi untuk mengantarku kembali ke kamar.”
Damien menghela napas, lalu berjalan mendekat dengan santai namun pasti. Tatapannya tak lepas dari wajah Barbie.
“Ke kamar?” tanyanya sambil menyeringai kecil. “Baby… apa kau sedang bercanda? Tidak ada pria lain yang boleh masuk ke kamarmu. Aku sendiri yang akan mengantarmu pulang. Tapi sebelum itu, aku ingin kau tahu satu hal—aku akan menikahimu.”
Barbie membelalakkan mata, lalu tertawa kecil penuh sindiran. “Usiaku baru dua puluh satu tahun, dan aku hanya akan menikah setelah usiaku dua puluh lima. Jadi, jangan berharap apa pun dariku.”
Damien tersenyum tipis, menundukkan kepala sedikit sambil berkata, “Apa kau memintaku menunggumu selama empat tahun? Aku takut aku tak akan tahan selama itu…”
“Tidak bisa,” potong Barbie cepat. “Itu bukan urusanku. Cari saja wanita lain yang seumuran denganmu. Kita baru bertemu dua kali. Membicarakan pernikahan sekarang—itu terlalu cepat dan konyol bagiku. Selamat tinggal!”
Barbie segera membalikkan badan dan melangkah pergi tanpa menoleh lagi, menyisakan aroma lembut dan langkah cepat yang menandakan hatinya sedang tidak tenang.
Damien terdiam sejenak, memandangi punggung gadis itu yang semakin menjauh. Senyum pelan terukir di bibirnya.
“Apa mungkin aku harus menunggu selama itu?” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
damien pokoknya hrs jagain barbie trs yaaa ..titip barbie sampai bab nya end heheheh
bqrbie emg ank nya david ya...tp ko knp gk mau ngurus yaaa....pasti gara2 emak nya si eliza niihhhh....