NovelToon NovelToon
Hello! Miss Call...

Hello! Miss Call...

Status: tamat
Genre:Ketos / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:216.5k
Nilai: 5
Nama Author: age nairie

“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.

Gawat, pelanggan denger makian gue!

***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 Jenius

Melvin dan Disra mengobrol tentang dunia IT. Disra bisa melihat profesionalitas dari pria itu. Terlihat sangat cerdas dan jenius. Disra mulai nyaman berbincang dengan Melvin. Begitu pula dengan Melvin.

Banyak pertanyaan di otak Disra. Namun, dia urungkan untuk melontarkan pertanyaannya. Dia tak ingin dikira wanita materialistis, setelah mengetahui identitas Melvin. Lalu, dengan cepat dekat dengan pria itu. Terlebih, lelaki itu bilang akan terus mencintainya.

Dia tak mau Melvin berpikir dirinya mulai nyaman karena tahu identitas aslinya. Meskipun, sebenarnya, dia tertarik dengan otak cerdas Melvin. Ya, kecerdasan di bidang IT membuat Disra tertarik untuk belajar.

Tidak ada perbincangan lagi, hingga mereka sampai ke perusahaan klien. Melvin begitu tenang menyimak persentasi dari tim Disra. Bambang selaku pimpinan project terlihat sedikit gugup. Namun, tak mengurai penjelasannya pada klien. Klien mereka meminta pembuatan sistem penggajian berbasis OOP (object-oriented programming). Suatu metode pemrograman yang berorientasi pada objek.

Bukan project besar, bukan dari klien besar pula. Perusahaan berkembang yang menjadi klien mereka.

Kegugupan Bambang tidak lain karena bos besar mereka ikut mengamati. Klien sudah sangat puas dengan hasil kerja mereka. Beruntung, Bambang memiliki bahasa inggris yang fasih sehingga klien dengan mudah menerimanya.

Setelah presentasi dengan klien. Melvin mengadakan meeting dadakan. Dia mengumpulkan tim Disra. Tidak hanya Bambang, Juli dan Disra. Melvin pun meminta Raska dan Rozak ikut dalam meeting meskipun hanya secara online.

"Apa ada yang bisa jelaskan padaku, mengapa kalian menggunakan option button?" tanya Melvin menunjuk layar monitor laptopnya yang sedang menampilkan aplikasi penggajian milik klien tersebut.

"Sesuai kebutuhan, Pak. Kami membuat berdasarkan permintaan klien," jelas Bambang.

“Tapi, ini tidak akan memudahkan klien. Selain membuat sesuai custom, kita harus menganalisis dari kebutuhan klien,” ujar Melvin.

Melvin mengambil modul. Modul berisi draf permintaan klien dan juga garis besar prosedur dari sistem penggajian perusahaan mereka. Dia membuka modul tersebut.

“Bisa dilihat di sini, sistem penggajian nya memang mengikuti standar. Namun, ada beberapa periode tertentu. Meskipun, mungkin hanya sekali dalam setahun. Tapi, ini sangat berpengaruh, terlebih masalah gaji merupakan hal yang sensitif. Tidak pernah tahu ada karyawan yang sangat tergantung dari gaji bulanan. Jika kalian menggunakan option button dalam syarat pemilihan variabel. Itu hanya bisa dilakukan satu pilihan. Bagaimana jika membutuhkan dua variabel? Terlebih jika menemukan kondisi ‘And’? Apa yang kalian lakukan?” papar Melvin.

Semua mata melihat begitu detil hal yang diperhatikan oleh Melvin. Mereka sudah membuat sesuai dengan permintaan klien. Namun, pemikiran Melvin terlalu jauh, sehingga memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Begitu pula dengan Disra yang mengakui kecerdasan Melvin. Dia bisa melihat dengan jelas kejeniusan pria itu. Mengapa selama ini, Melvin tampak menjengkelkan? Mengapa menampilkan sikap aneh padanya?

“Baik, Pak. akan kami perbaiki,” terang Juli.

“Hal ini harus di konfirmasi terlebih dahulu pada klien. Tidak sulit untuk mengubahnya. Namun, harus persetujuan klien.”

“Baik Pak.”

“Jadi, kalian atur jadwal untuk bertemu lagi dengan klien. Setelah itu, atur jadwal untuk memberikan training pada user,” terang Melvin.

Bambang tampak lesu, begitu pula dengan Juli. Mereka tak ingin berlama-lama pisah dengan keluarga. Namun, bos mereka meminta untuk memperbaiki, belum lagi memberikan traning tidak mungkin pulang malam ini. Selama ini, tim Bambang memang hanya mempresentasikan project mereka, dan untuk training pada user. Biasanya, mereka hanya memberikan tutorial cara penggunaan aplikasi.

Mereka kembali lagi ke hotel. Formasi masih sama, Disra ikut masuk ke dalam mobil Melvin. Namun, kali ini tidak ada obrolan di antara mereka karena Melvin begitu sibuk dengan ponselnya.

Tidak ada hentinya mengangkat telepon. Disra pun tak mengerti apa yang dibicarakan oleh Melvin. Satu hal lagi yang ia tahu. Pria itu, fasih dalam beberapa bahasa. Ingin sekali membuka lebar mulutnya karena takjub dengan kecerdasan Melvin. Namun, Disra tak akan bersikap memalukan. Dia mencoba santai.

Hingga sampai hotel, Melvin masih sibuk dengan urusannya. Disra berkumpul dengan Bambang dan juga Juli. Mereka tak bisa pulang hari ini, mereka kumpul di kamar Bambang.

“Kesel banget gua!” keluh Bambang. “Kita udah bikin sesuai dengan permintaan klien tapi malah diminta di rubah.”

Bambang mengumpulkan tim, Razak dan Raska pun ikut meeting dengan media video call.

“Sorry, apa yang Pak Peter katakan benar, gua yang salah di sini,” ujar Razak, mengakui kesalahannya.

Dia yang berperan sebagai system analys dalam tim mereka. Dia lah perencana program yang seharusnya mengetahui kebutuhan klien. Menganalisa kebutuhan pada aplikasi yang akan dibuat oleh programmer dengan memberikan solusi terbaik, membuat system menjadi lebih efisien dan praktis. Melakukan analisis dari berbagai lini baik dari pengembangan atau dari sisi klien.

“Ya udah, kita ikutin maunya Pak Peter, kita konfirmasi terlebih dahulu pada klien," ujar Juli.

Mereka mengerjakan apa yang disarankan oleh Peter terlebih dahulu. Jika klien setuju, mereka tinggal mengubah pada aplikasi milik klien. Tidak jadi pulang hari ini. Namun, bukan berarti mereka bisa jalan-jalan. Tim mereka disibukan untuk memperbaiki aplikasi yang mereka buat dan mengecek kembali hasil pekerjaan mereka.

Juli memanggil Disra dan menerangkan cara tester program. Dia tak ingin menyimpan ilmu sendiri. Lebih senang berbagi ilmu.

Begadang, istilah yang tepat untuk Disra. Berada di dalam kamar hotel dengan dua pria, tak membuatnya berpikir macam-macam. Juli dan Bambang tampak pria yang sangat sayang keluarga. Terlebih, mereka bekerja di ruang tamu di dalam kamar Bambang.

Tidak hanya Juli, Rozak pun mengajari Disra menganalisa meskipun melalui video call. Hingga larut malam dan Disra kembali ke kamarnya.

Disra menuju kamarnya, langkah kakinya terhenti saat melihat seorang pria berdiri di depan kamarnya. “Pak Peter,” ujarnya.

“Peter!” ujar Melvin membenarkan panggilan Disra agar tak menggunakan kata Pak.

Melvin tak keberatan jika Disra memanggilnya dengan sebutan Pak jika dalam posisi kerja atau pun di kampus. Namun, tidak untuk diluar hal itu.

“Oh, iya. Ada apa?” tanya Disra.

“Apa kau sudah makan malam?”

“Sudah. Tadi, bareng yang lainnya.”

“Aku tidak lihat di restoran?”

“Kami pesan makan di kamar Kak Bambang,” ujar Disra.

Melvin mengernyitkan dahinya. “Kalian makan bersama?” tanyanya.

Dia sengaja menunggu di restoran. Namun, tidak ada yang datang ke restoran. Hingga akhirnya tak tahan dan langsung datang ke kamar gadis itu.

“Iya, kami semua makan bersama sembari memperbaiki program.”

“Aku belum makan.”

Disra menaikan alisnya sebelah. Untuk apa pria itu melaporkan padanya. “Sepertinya, restoran hotel masih buka,” terang Disra.

“Ya, aku mau makan.”

Disra hanya mengangguk. “Silakan.” Dia tersenyum, berniat untuk masuk ke dalam kamarnya.

“Aku ingin makan,” ulang Melvin. Dia masih kesal karena Disra dengan mudah makan dengan pria lain.

“Ya, silakan,” ujar Disra.

“Ayo kita makan!”

Apa dia mulai aneh lagi?

Baru juga hari ini dia melihat kewibawaan Melvin. Namun kini, pria itu bertindak aneh lagi.

“Maksudmu?” tanya Disra.

“Aku ingin kita makan bersama.”

“Aku sudah makan.”

“Kalau begitu, temani aku. Kau bisa makan bersama pria lain. Kenapa tidak bisa makan denganku?”

Disra hanya menatap jengah pada Melvin, sepertinya otak pria itu terbentur. Dia mulai bersikap semaunya lagi.

1
Cc
Luar biasa
Age Nairie: Terima kasih, Kak 🙏🥰
total 1 replies
Taufik Hidayat
bagus ada sisi pendidikan pengetahuan
Age Nairie: Terima kasih, Kak 🙏🥰
total 1 replies
Taufik Hidayat
bagus kok sangat menghibur
Rahmaniar
suka sekali dengan ceritanya.top pokok nya.
Age Nairie: Terima kasih, Kak 🙏🥰
total 1 replies
fsf
cantik itu terpancar dari jiwa kita sendiri jg ngak usah minder y dis
Endang Sulistia
bagus nih....tokohnya g selalu sempurna
Endang Sulistia
asem
Endang Sulistia
Luar biasa
Endang Sulistia
betul tuh...
Endang Sulistia
seru nih...
Endang Sulistia
akibat jari kpleset nih..
Endang Sulistia
peter kah...
Endang Sulistia
🤦🤦🤦
Endang Sulistia
aku suka gaya Lo dia...😄😄😄
Endang Sulistia
sama2 ngeles...
Endang Sulistia
wah...gitu rupanya kerja call center ya...
fsf
sumpah ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
sepolos itukah Malvin 🤣🤣🤣
Age Nairie: Berdasarkan pengalaman seseorang, Kak. 🙏🤭
total 1 replies
fsf
wkwkwk..... semuanya serba gercep y Malvin
fsf
wkwkwk..... Malvin sok polos padahal itu cuma starategi dia buat cepet" nikah 😄😄
fsf
auto nikah mendadak 😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!