Perjodohan mendadak yang di lakukan Keluarga Bulan dengan Ustad Ihsan, cukup menggemparkan seluruh santriwati di Pesantren Al Ikhlas. Pasalnga, Bulan di jodohkan kepada Ustad teladan di Pesantren tersebut yang menjadi idola para Santriwati.
Hari patah hati satu pesantren itu terjadi saat Ustad Ihsan sudah mengumumkan pertunangannya dengan Bulan.
Lalu bagaimana dengan hubungan mereka selama di Pesantren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Hari pertama tanpa adanya Ustadz Ihsan yang mengajar di MTs atau di Pondok Pesantren membuat Bulan kurang bersemangat. Benar kata Umi Sofi, witing tresno jalaran soko kulino. Terbiasa melihat, bersama dan menjadi bergantung satu sama lain malah menumbuhkan benih -benih kasih sayang berujung rasa cinta.
"Lemes amat? Mau ujian praktek lho. Semangat dong," ucap Fatima pada Bulan.
"Hemm ... M besarnya lebih kuat dibanding rajinnya," ucap Bulan asal.
"Kamu itu males karena gak ada Ustad Ihsan di sini. Mungkin kalau ada, kamu gak semalas ini," ucap Aisyah ikut nimbrung.
"Kalian ini sok tahu semua. Bulan ini lagi datang tamu bulanan, jadinya mals," ucap Bulan terkekeh sendiri.
"Kalian mau lanjut sekolah dimana?" tanya Aisyah kemudian. Kleima sahabat itu pergi ke kamar mandi bersama untuk mengganti pakaian mereka dengan pakaian olah raga. Ujian Praktek olah raga akan segera di mulai.
"Aku mau bantu Ibu jualan di pasar, mungkin aku akan sekolah yang dekat dengan pasar dimana Ibu jualan," ucap Sifa pelan. Ia hanya hidup berdua dengan Ibunya saja. Tidak mungkin Sifa meminta melanjutkan sekolah di Pondok yang biayanya cukup mahal untuk ukurannya, selain itu waktunya tidak ada untuk menemani Ibu dan membantu Ibunya berjualan untuk menyambung hidup.
"Kamu harus tetap semangat Sifa. Nanti pasti ada jalan terbaik untuk kamu dan Ibu kamu," ucap Bulan memeluk Sifa dari belakang untuk menenangkan hati sahabtanya itu.
Selama ini mereka bercengkerama dan bercanda tanpa tahu, apa yang terjadi pada masing -masing sahabatnya itu. Bulan hanay berpikir hidup mereka tentu sama seperti dirinya. Tapi ternyata sama sekali tidak. Bulan seharusnya banyak bersyukur, di usia belianya ini ia masih memiliki kedua orang tuang yang lengkap dan sehat, punya saudara kembar yang baik dan begitu sayang pada dirinya dan hidupnya berkecukupan. Di tambah lagi, ia akan menikah dengan Ustad Ihsan yang mendekati sempurna sebagai makhluk ciptaan Allah. Tampan, pintar, kaya, dan baik. Nikmat mana yang Bulan dustakan dengan semua anugerah dan rejeki yang sudah di gariskan Allah untuk dirinya.
"Kita sama Sifa. Aku juga lulus akan di nikhakan sama anak juragan jengkol di kampung, katanya sih, guru ngaji, tapi gak tahulah," ucap Aisyah pelan.
"Kenapa kita banyak yang mau nikah sih? Anisa, Bulan, Aisyah, aku sih mau ke luar kota, mau kerja cari peruntungan baru," ucap Fatima dengan suara pelan.
Kelima sahabat satu kobong itu pun langsung merangkul satu sama lain membuat lingkaran kecil dan menyatukan kepala mereka. Persahabatan mereka sudahtiga tahun, sampai saat ini persahabatan mereka tak pernah ada masalah. Semua berjalan dengan baik, hingga akhir masa pendidikan mereka dengan pilihan hidup mereka masing -masing.
"Kita akan tetap menjadi sahabat, walaupun kita terpisah oleh ruang dan waktu demi cita -cita kita. Kita punya pilihan hidup sendiri untuk memilih jalan hidup kita di kemudian hari," ucap Bulan pada keempat sahabatnya yang begitu baik dan tulus.
Dari keempat sahabatnya itu, Bulan banyak belajar tentang arti kehidupan, belajar agama hingga ia bisa membaca Al- Quran dengan sangat baik.
"Kok kita mellow sih? Ujian akhir aja belum, berasa perpisahan sudah di depan mata," ucap Anisa yang sejak tadi sudah berkaca -kaca. Anisa adalah perempuan berhati lembut yang sangat mudah menangis.
"Iya nih. Siapa sih yang mulai ngomongin cita -cita? Jadi ujung -ujungnya ngomongin perpisahan," ucap Sifa ikut sedih.