Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.
Di culik?
Atau
Mimpi?
Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10_Tidak Peka
" Sudah saya katakan tetap tinggal kenapa malah turun?" Aya mengabaikan ucapan Ramon. Tangannya terus bergerak mengaduk makanan yang sudah meminta untuk segera dimasukkan kedalam mulutnya.
" Kanaya!"
" Aku laper!" Jawab Aya dengan mulut yang penuh makanan " Hampir satu jam aku nunggu kamu diatas tapi kamu nggak nongol - nongol. Jika terus menunggu aku bisa mati!" Ucapnya kembali setelah berhasil menelan makanannya.
" Dari awal aku turun niatnya pengen makan. Tapi gara-gara si bastrad tadi perutku sampe kesakitan seperti sekarang."
" Astaga Kanaya. Kamu kan bisa minta sama maid." Decak Ramon memijit pelipisannya.
" Mereka sudah menawariku untuk makan,"
" Terus?"
" Aku menolaknya!"
" Kenapa?"
" Karena tidak berselera untuk makan!"
" Dan sekarang?"
" Aku kelaparan, mangkanya keluar dari kamar!" Ramon mengesah pelan. Matanya tetap memperhatikan gerak gerik istrinya yang tengah menikmati makan malamnya.
" Pelan pelan. Kamu makan seperti orang yang belum makan seharian!"
UHUKKKK
" Baru juga dibilangin, pelan-pelan makannya." Meskipun tengah mengomeli Aya, Ramon tetap mengambilkan minum untuk istrinya itu.
Aya segera menerimanya dan meminumnya dengan sekali tegukan " Terimakasih," Ucapnya setelah merasa lega " Daebak. Kenapa kamu bisa tahu kalau aku belum makan seharian? Apa kamu seorang cenayang?"
" APA!!" Pekiknya terkejut " Bukannya waktu pagi kamu ikut sarapan dengan saya?"
" Tidak!" Ucapnya menggeleng " Aku tidak sarapan, aku juga melewatkan makan siangku mangkanya sekarang aku kelaparan." Tuturnya kembali.
Ramon dibuat geregetan oleh tingkah Aya. Jika wanita itu tidak sedang makan mungkin Ramon sudah mencubit gemas kedua pipinya yang berisi " Lain kali jangan diulangi. Saya tidak mau ada kabar di koran pagi dengan Berita seorang CEO muda menelantarkan istrinya hingga tewas karena kelaparan!"
" Gimana kalo beritanya diganti," usul Aya setelah menelan kembali makanannya " Seorang CEO muda yang bergelimang harta tidak mampu membelikan pakaian untuk istrinya."
" Sepertinya itu akan menjadi berita utama dan aku yakin dengan sekejap aku bisa menjadi aktris dadakan, kamu setuju?!"
Oh shit. Aya mengumpat dalam hati, sepertinya Ramon tidak mengerti tujuan Aya berbicara seperti itu " Aku pengen beli baju baru," Mencak Aya menyentil kening Ramon.
Ramon meringis lalu menatap Aya berang " Berani sekali kamu melakukan itu terhadap saya?"
" Kamu juga berani sekali mencium aku bahkan memper- Aish. Sudahlah. Pokonya begini aku sudah memenuhi tanggung jawabku sebagai istri kamu. Dan sekarang giliran kamu untuk memenuhi tanggung jawab kamu sebagai suami salah satunya menafkahi aku. Dan sekarang aku pengen beli baju titik."
" Tapi nggak sentil kening juga!"
" Lagian kamunya nggak peka," kesal Aya " Yaudah Ayo!" Ajaknya menarik lengan Ramon.
" Kemana?"
" What? Masih nanya? Kan tadi udah bilang Aku pengen beli baju Caramondy!" Bibir Aya merengut dengan pipi yang mengembung tanganya bergerak aktif menggoyang goyangkan lengan Ramon.
" Serius? Tapi penampilan kamu?" Aya memperhatikan penampilannya. Baju tidur bermotif doraemon dengan baju dan celana panjang terlihat sopan dan baik baik saja.
" Ganti baju gih," Titahnya sedikit mendorong Aya untuk segera pergi ke kamar mereka. Aya menahan kakinya lalu kembali menatap pada Ramon " Kamu serius pengen aku ganti baju? Oke jangan salahin aku kalau aku memakai kemeja kebesaranmu lagi!"
" Tunggu," Ramon segera mencekal tangannya saat dia ingin meninggalkannya. Penampilan Aya sebelumnya saat menggunakan kemejanya berputar secara otomatis dalam pikirnya. Memang terlihat cantik dan seksi dan itu cocok untuk Aya, tapi entah kenapa Ramon tidak suka saat orang lain melihatnya juga " Pake baju kamu saja!"
" Kalo ada dari awal aku nggak mungkin pake kemeja kamu, suamiku!" Ucap Aya sedikit menekankan kata diakhir kalimatnya " Dan baju tidur ini satu satunya bajuku yang tersisa. Semenjak aku tinggal disini baik kamu ataupun kak Mian dan kak Zain belum ada yang membelikan ku baju."
" Oke kalo kamu tidak mau aku memakai kemeja mu, masih ada satu pakaian yang tersisa. Kebaya pernikahan kita, gimana heum?!" Tanya Aya menaik turunkan alisnya.
" No no no. Saya akan meminta Daniel untuk membelikan mu baju untuk kamu pakai."
" Nggak mau," Tolak Aya " Nanti makin malem yang ada. Udah ayo kita berangkat."
" Kamu yakin mau pake baju tidur?" Tanya Ramon meyakinkan. Aya mengangguk mantap lalu menggelayutkan tangannya pada lengan Ramon " Baiklah jika itu mau kamu." Aya tersenyum puas karena akhirnya Ramon mau menuruti keinginannya. Bahkan tanpa rasa canggung Ramon menggandeng tangan Aya dan menggenggamnya begitu erat.
" Hai manis!" Langkah Aya terhenti saat tiba-tiba pria menyebalkan itu muncul di hadapannya. Ramon berdehem pelan membuat Aya menoleh kearahnya " Dia Kavin, sepupuku."
" Kavin," Ucapnya sembari menjulurkan tangan.
" Kanaya Caramondy." Aya menjulurkan tangan kanan Ramon guna untuk menjabat tangan sepupunya itu. Kavin menarik salah satu sudut bibirnya di susul dengan tawa yang merasa terhina.
Berbeda dengan Ramon dia lebih fokus pada istrinya yang baru saja mengenalkan dirinya dengan embel-embel namanya di ujung nama istrinya. Entah kenapa hatinya menghangat seperti ada sesuatu yang aneh yang baru saja dia rasakan.
" Dia pikir tanganku virus huh?!" Ucap Kavin tak terima " Emang virus." Ucap Aya membenarkan.
" Dasar wanita apel," Mian dan Zain segera menahan bahu Kavin saat pria itu ingin kembali melawan perkataan Aya. Ini tidak bisa dibiarkan jika itu semua terjadi pada akhirnya Kavin akan mendapatkan pukulan telak dari Ramon kembali.
Kavin tipikal pria yang mudah tersinggung, menyebalkan dan keras kepala. Dan hobi gilanya adalah memancing amarah Ramon. Dulu Ramon itu sangat dingin dan cuek, sulit untuk Kavin membuat pria itu marah padanya. Tapi untuk sekarang tidak lagi semuanya tidak berlaku lagi jika ada yang berani menyentuh istrinya.
" Mau apa heum?" Tanya Ramon setelah tersadar dari aktivitasnya.
" Aku merasa terhina. Kenapa istrimu melakukan itu padaku?"
" Karena kamu bastrad," Jawab Aya sambil memeletkan lidahnya.
" Wah aku semakin terhina," Ucapnya dengan tangan menyentuh bagian dada kirinya " Hatiku merasa sakit saat mendengarnya."
" Sudah cukup Kavin. Jangan mencoba untuk memancing emosiku lagi. Karena jika kesabaranku habis aku tidak tahu apa yang akan terjadi padamu? Mungkin akan lebih parah dari yang ini." Tunjuknya menunjuk sudut bibir Kavin.
" Baiklah malam ini aku menyerah," Katanya dengan kedua tangan yang terangkat keatas " Kamu sudah mulai berubah rupanya. Lagi lagi kamu menang Ramon."
" Terserah," Jawabnya Acuh " Zain, Mian aku dan Aya akan pergi apa kalian ikut?"
" Tentu saja harus ikut. Mau yah?" Ajak Aya pada keduanya " Please?"
" Baiklah kita ikut." Jawab Mian tak kuasa melihat mata Aya yang mampu merobohkan pertahanannya. Padahal jika mereka tidak ikut, ini bisa menjadi kesempatan untuk Ramon dan Aya untuk mengenal lebih dekat satu sama lain.
" Memangnya kalian mau kemana?" Tanya Zain.
" Mall. Aya pengen baju baru." Ucapnya bersemangat.
" Aku juga ikut,"
" Enggak!" Tolak Aya " Kamu nggak boleh ikut. Cuma kita doang yang pergi kamu jaga mansion."
" Dia pikir aku satpam apa?" Bisiknya pelan " Ada pihak keamanan ngapain harus pria ganteng ini yang jaga mansion huh?!"
" Dih muji sendiri. Gantengan juga suami aku. Nggak. Pokonya kamu nggak boleh ikut titik!" Final Aya berlalu meninggalkan Kavin dan menyeret Ramon untuk berjalan disampingnya.
" Apa saya lebih ganteng dari Kavin?" What. Ramon merutuk dirinya sendiri bagaimana bisa pertanyaan itu keluar dari mulutnya?
" Tentu saja. Sampai kapanpun suamiku adalah pria tertampan di seluruh dunia karena itu sudah menjadi prinsipku," Ucap Aya " Meskipun nyatanya kamu pria yang tidak peka." Imbuhnya.
" Jika kamu sudah tau itu lain kali jangan memberikan saya kode langsung saja katakan apa yang kamu inginkan. Saya akan berusaha mewujudkannya." Aya mematung tidak bisa menolak perhatian yang diberikan Ramon padanya. Hanya dengan menggusar rambutnya Aya merasa tenggelam dalam karismatik suaminya itu.
" Gila. Ini tidak mungkin terjadi secepat ini. Berhentilah maraton jantungku, aku masih ingin tetap hidup dan berumur panjang!" Ucapnya membatin.