Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa tidak asing
Melihat semangat pria yang baru saja mengemudikan mobil, Diandra hanya tertawa karena merasa jika ulah suaminya sangat lucu.
Selama satu bulan ini, ia mempersiapkan diri untuk hari ini dan juga mengetes apakah pria yang selalu memperlakukannya seperti ratu akan tetap sama saat belum melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri.
Namun, begitu mengetahui bahwa sang suami sama sekali tidak berubah, membuatnya merasa sangat bersalah karena menjadi seorang istri yang tidak melaksanakan kewajiban.
Saat memilih waktu yang pas, akhirnya hari ini menganggap adalah saat paling tepat karena begitu melihat tatapan kekaguman dari dokternya, merasa ada warning dan membuatnya harus berhati-hati dengan menjaga suami.
"Sayang, lalu apa keputusanmu mengenai aku ingin ganti dokter?"
Zayn yang dari tadi terlihat fokus mengemudi, sekilas menatap spion. "Sebaiknya kita bicarakan nanti, Sayang. Aku tengah fokus memikirkan bulan madu kita."
Bahkan kalimat terakhir dari Austin membuat otaknya dipenuhi oleh hal-hal intim dan membuat gejolak gairah bangkit. Ia tidak sabar ingin segera tiba di hotel yang menjadi tempat tujuan.
Sengaja Austin menuju ke hotel terbaik di kota yang merupakan hotel Matteo karena ingin memberikan semua yang terbaik untuk sang istri. Berharap wanita yang sangat dicintai bisa merasakan pengalaman tidak terlupakan saat bercinta nanti.
Meskipun sebenarnya ini bukan yang pertama baginya dan juga sang istri, tetap saja akan menjadi pengalaman berharga dan tidak terlupakan karena status mereka sangat berbeda dengan yang dulu.
'Jika dulu aku memaksamu dengan memperkosa karena marah, hari ini ingin membuatmu merasakan betapa besarnya cintaku padamu,' gumam Austin yang kini tersenyum simpul begitu membelokkan mobil ke area hotel bintang lima.
"Akhirnya sampai juga, Sayang." Austin berbicara tanpa menatap ke arah spion karena tengah fokus memarkirkan mobil.
Sementara itu, saat ini Diandra terlihat kesal dengan wajah masam karena untuk pertama kalinya sang suami tidak menuruti keinginannya.
'Jika sampai suamiku tidak merubah dokter, aku akan marah padanya tanpa berbicara,' gumam Diandra dengan bibir mengerucut dan ia melihat suami yang baru saja turun langsung membuka pintu mobil.
"Siapkan dulu kursi rodanya!" Diandra mengerutkan kening karena berpikir jika suami lupa menyiapkan alat bantu yang selama ini digunakan.
Austin yang kini sudah membungkuk untuk berniat menggendong istri, seketika menggelengkan kepala. "Aku ingin menggendongmu masuk ke hotel tanpa kursi roda, Sayang."
"Lagipula ini adalah bulan madu kita, jadi ingin memberikan semua hal terbaik dan lupakan fakta tentang kakimu yang ...." Austin tidak melanjutkan perkataannya karena merasa bersalah jika menyebut kalimat yang paling dibenci, yaitu cacat.
Diandra bisa mengerti alasan pria yang kini mulai mengangkat tubuhnya tersebut tidak meneruskan perkataan. Namun, merasa bahwa ia harus menjaga nama baik suami.
"Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian dari semua orang. Jika kamu menggendongku masuk ke hotel, pasti besok berita tentangmu akan memenuhi layar depan surat kabar dan media sosial."
Tanpa memperdulikan kekhawatiran istri, Austin tetap menggendong Diandra dan menutup mobil dengan kaki. Kemudian berjalan menuju ke arah lobi hotel. "Biarkan saja karena aku sama sekali tidak perduli itu."
"Jika benar apa yang kamu katakan, aku akan mengatakan hal sebenarnya mengenai status kita. Bisa apa mereka setelah mengetahui kabar pernikahan kita?"
Saat sudah tiba di lobi hotel, Diandra merasa sangat tidak nyaman atas pandangan beberapa orang yang melintas. Bahkan begitu tiba di meja resepsionis, ia merasakan hal sama. Apalagi dua wanita berseragam hitam tengah menatapnya seperti seorang wanita murahan.
Namun, seketika tersenyum begitu mendengar suara bariton dari pria yang seperti tidak merasa lelah menggendongnya.
"Selamat datang, Tuan Austin Matteo," sapa dua wanita yang kini seketika membungkuk hormat begitu melihat putra pemilik hotel.
"Cepat berikan kunci ruanganku!" Austin tadi sudah mengirimkan pesan pada manager hotel, jadi tidak perlu panjang lebar berbicara.
Salah satu resepsionis yang memang sudah menyiapkan, refleks langsung mengambil guest key presidential suite room dan memberikan. "Silakan, Tuan Austin."
"Saya akan mengantarkan Tuan dan Nyonya ke ruangan." Resepsionis satunya kini berbicara sambil berjalan keluar dari balik tempat kerja.
"Tidak perlu karena aku tidak ingin ada yang mengganggu pandangan mataku. Karena hanya ingin melihat istriku." Austin memberikan kode dengan mengarahkan dagu ke arah kunci ruangannya.
"Ambil kuncinya, Sayang!"
Tanpa membuka mulut, kini Diandra langsung melaksanakan perintah suami dan merasa lega begitu meninggalkan area resepsionis, lalu masuk ke dalam lift khusus.
"Sayang, apa mereka tahu bahwa kita sudah menikah?" tanya Diandra begitu mereka berada di ruangan kotak besi tersebut.
"Sebelumnya tidak tahu, tapi manager hotel pasti baru menyampaikan hari ini. Kenapa?" Austin yang tadi menyuruh Diandra menekan tombol lima karena tangannya tidak bisa.
Bahkan ia menyembunyikan rasa lelah saat menggendong Diandra, agar tidak dianggap sebagai pria lemah. Padahal sebenarnya tangan seperti mau patah saat ini karena cukup lama menggendong sang istri.
Hingga begitu tiba di lantai lima, berjalan cepat menuju ke ruangan dan seperti biasa, istri yang ia suruh untuk membuka pintu. Kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan kamar.
Austin langsung menurunkan tubuh Diandra ke atas ranjang dan merasa sangat lega karena bisa meluruskan tangan setelah menopang beban berat di tangan.
Sementara itu, Diandra yang sudah terbaring telentang di atas ranjang king size ruangan terbaik di hotel, mengedarkan pandangan ke sekeliling karena kembali merasakan aneh dalam dirinya.
'Kenapa aku merasa seperti tidak asing berada di dalam kamar hotel? Seperti pernah ke hotel saja, padahal ini baru pertama kali,' gumam Diandra yang saat ini terdiam sambil masih mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan penuh dengan interior mewah tersebut.
Hingga ia tersadar dari lamunannya begitu melihat sosok pria yang berdiri menjulang di hadapannya tersebut mendaratkan tubuh di sebelahnya dan membungkuk untuk bergerak mendekatkan wajah.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...