Kedatangan sekretaris baru yang bernama Erina membuat Darren, pemimpin di sebuah perusahaan Adipati Gemilang jatuh hati dan tergoda pada sekretaris nya sendiri karena kemolekan tubuhnya.
Apa yang akan terjadi di antara keduanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian Semalam
Kelopak mata Erina mulai bergerak begitu cahaya matahari pagi yang menyongsong masuk ke celah jendela kamar tersebut. Ia menggeliat kan tubuhnya dan pandangannya terjatuh pada pria yang tidur di sampingnya.
Erina membulatkan matanya sempurna begitu sadar jika semalam ia tidur dengan pria yang saat ini menyandang status sebagai kekasihnya. Ia spontan membuka selimut yang membungkus tubuhnya sampai leher untuk memastikan apa yang telah terjadi semalam. Ia khawatir tidak sadar melakukan sesuatu.
Ternyata tubuhnya masih utuh terbalut dress warna merah. Ia kira semalam ia melakukan sesuatu di luar batas.
Darren membuka mata begitu ia merasakan hari sudah pagi. Ia mendapati kekasihnya seperti seseorang yang memikirkan sesuatu.
"Selamat pagi, baby," ucap Darren membuat Erina menoleh.
Alih-alih membalas ucapan Darren, Erina justru mencecar pria itu dengan sederet pertanyaan.
"Semalam kita melakukan apa saja? Apa aku tidak sadar? Apa kita melakukan sesuatu yang tidak seharusnya kita lakukan sekarang? Tolong katakan padaku, apa yang kita lakukan semalam?" seru Erina.
Darren bangun dan duduk menatap Erina yang panik. Ia membawa wanita itu ke dalam pelukannya guna memberinya ketenangan.
"Baby, kau tenang saja. Aku tidak melakukannya, sayang," jawab Darren.
Erina melepaskan pelukannya dan menatap wajah Darren sedikit ragu.
"Benarkah? Apa kau berhohong?"
Darren menghela napas panjang. Ia tangkup kedua pipi Erina dan menatap kedua manik mata wanita itu dalam.
"Percaya padaku. Aku tidak melakukan di luar batas, sayang. Percayalah." Darren berusaha meyakinkan.
Erina menatap Darren curiga. Entah kenapa sulit untuk ia percaya. Tapi ia memang tidak merasakan apapun di bagian area intimnya. Tidak sakit maupun perih. Mungkin Darren tidak melakukannya.
"Kau tidak berbohong kan?" tanya Erina lagi memastikan.
"Aku berkata jujur, sayang. Aku tidak mungkin menjebak mu untuk ikut denganku ke sini dengan menjadikan mu kekasih hanya untuk menyalurkan hasratku yang belum sempat tersalurkan waktu itu. Aku mencintaimu sungguh-sungguh, Erina."
Erina bergeming. Ia melihat keseriusan di wajah Darren. Ia sedikit lega dengarnya.
Seketika Erina ingat jika mereka harus segera ke kantor. Ia panik lantaran sudah pagi mereka masih ada di hotel.
"Tuan, kita harus segera ke kantor sekarang," ajak Erina.
"Barusan panggil apa?"
Erina lupa jika ia harus memanggil sebutan sayang untuk pria itu.
"M-maksudku, sayang. Kita harus ke kantor sekarang. Ini sudah pagi."
Darren terkekeh kecil. Erina lupa jika pemimpin di kantor adalah kekasihnya.
"Baby, kenapa harus ketakutan seperti itu? Kita sedang menikmati kebahagiaan lantaran sekarang kita sudah bukan lagi seorang bos dan sekretaris. Melainkan kekasih. Untuk hari ini kita tidak perlu masuk kantor, sayang. Nikmati waktu kita berdua."
"Tapi-"
Darren menempelkan jari telunjuknya telat di bibir Erina.
"Shhttt .. Jangan katakan apapun selain hubungan kita. Lupakan masalah kantor sejenak, kita nikmati saja waktu ini."
Erina mengangguk patuh. Meski sebenarnya ia merasa segan lantaran harus meninggalkan pekerjaan hanya karena pemimpin perusahaan tempat ia bekerja adalah kekasih nya sendiri.
"Aku ke toilet sebentar, ya," pamit Erina di angguki oleh Darren.
"Iya."
Erina turun dari tempat tidur dan pergi menuju toilet yang tersedia di sana.
Sementara Darren meminta waiters yang bertugas mengantar makanan untuk segera mengantar sarapan ke kamarnya melalui telepon yang tersedia di atas nakas samping tempat tidur.
_Bersambung_