(Bukan) RAHIM PENGGANTI

Sidang gugatan cerai yang Rendra layangkan buat istrinya Anggun telah memasuk mulai dengan agenda pertama. Rendra hanya mewakilkan semua dengan pengacaranya. Pria itu hanya menunggu keputusan sidang yang menyatakan dirinya bebas.

Rendra juga telah memberikan perintah pada Dicky untuk mencari keberadaan Raffa, suaminya Dita. Dia ingin membicarakan perceraian Raffa dan Dita. Rendra meminta Dicky membawa pria itu ke rumah.

"Besok Raffa akan di bawa. Ada yang ingin kamu sampaikan," tanya Rendra dengan mengelus perut bayi itu.

"Aku hanya ingin bebas secepatnya dari Mas Raffa. Aku sudah tidak ingin menjadi istrinya."

"Setelah bercerai kamu mau apa?" tanya Rendra. Pria itu ingin menguji apa yang diinginkan Dita. Rendra ingin tahu apa Dita masih ingin bersamanya.

"Jika nanti aku telah melahirkan, dan aku harus pergi ... aku hanya ingin pergi jauh ke desa. Hidup tenang tanpa ada gangguan. Hanya aku ingin meminta satu permintaan dengan Mas."

Rendra memandangi wajah Dita penuh tanda tanya. Apa yang diinginkan wanita ini? Rendra tidak bisa membaca pikirannya.

"Apa yang kamu inginkan? Uang?" tanya Rendra.

"Aku nggak menginginkan uang kamu, Mas. Aku hanya minta izin untuk dapat melihat putraku . Walau hanya dari kejauhan. Aku nggak akan pernah mengatakan jika aku ibunya. Hanya melihat dia baik-baik saja dan tumbuh sehat bagiku sudah lebih dari cukup."

Dita tampak sedih. Mengingat dia akan segera melahirkan dan meninggalkan bayinya. Dita tidak menginginkan lebih, karena dia telah merasa cukup senang karena Rendra telah mau mengurus perceraiannya nanti.

"Apa kamu tidak ingin menjaga dan mengurus anakmu sampai dia dewasa?" tanya Rendra lagi.

Mendengar pertanyaan Rendra, Dita bangun. Memandangi wajah Rendra. Mencari keseriusan atas ucapan pria itu.

"Mas hanya ingin mengujiiku? Siapapun pasti ingin hidup selamanya mendampingi dan menjaga anaknya. Namun, jika takdir berkata lain. Seorang ibu bisa apa? Walau untuk melahirkan anaknya, seorang ibu bertaruh nyawa tapi demi kebaikan putranya dia rela berpisah. Walau hatinya begitu sedih."

Rendra menarik tubuh Dita, bersandar ke dadanya. Pria itu mengecup pucuk kepala Dita.

"Jika proses ceraiku sudah beres, dan proses ceraimu juga telah beres kita akan menikah."

Dita kaget. Tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Air mata tampak menganak sungai di matanya siap tumpah membasahi pipinya.

"Mas, apa kamu sedang ingin mengujiku? Kamu hanya ingin membuat aku bermimpi. Jangan memberikan harapan palsu. Aku sudah pernah berharap terlalu tinggi dengan suamiku Raffa. Dia membawa aku terbang tinggi, namun setelah itu dia menjatuhkan aku. Sakit terasa hati ini."

Dita menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya. Dita mengusap air matanya yang muali

"Sebaik apa pun kita, secinta apa pun kita, sebanyak apa pun pengorbanan kita, semua tidak akan pernah ada harganya di mata orang yang tidak pernah bersyukur memiliki kita. Jika ku tahu akhirnya akan menggores luka, mungkin aku akan meminta agar aku tidak diberikan kesempatan untuk merasakan cinta. Seandainya waktu bisa di putar, aku tidak ingin kenal dengan Mas Raffa."

Rendra memeluk Dita dan menghapus air matanya. Rendra mengecup dahi wanita itu.

"Jika seseorang benar-benar mencintaimu, mereka tidak akan menceritakan kisah cinta kepadamu, mereka akan membuat kisah cinta denganmu. Cinta sejati bukanlah bagaimana kamu memaafkan, tetapi bagaimana kamu melupakan, bukan apa yang kamu lihat tetapi apa yang kamu rasakan, bukan bagaimana kamu mendengarkan tetapi bagaimana kamu mengerti, dan bukan bagaimana kamu melepaskan tetapi bagaimana kamu bertahan."

Rendra menarik napas dalam. Mungkin saat ini Dita belum bisa percaya dengan ucapan cinta dan sayangnya. Rendra sadar jika semua ini bukanlah kesalahan wanita itu.

Sikapnya di awal pertemuan diakui Rendra sangat kejam. Wanita manapun pasti akan berpikir untuk hidup dengan pria sepertinya.

"Aku tidak tahu di mana aku berdiri denganmu. Dan aku tidak tahu apa maksudku bagimu. Yang aku tahu adalah setiap kali aku memikirkan dirimu, aku ingin bersamamu," bisik Rendra.

...****************...