"Aku mencintainya, tapi jika dia mencintai kakakku, maka aku ikhlas."
Rheana Dwika Chandrama, seorang gadis cantik keluarga kaya yang jatuh cinta kepada seorang pria hanya dalam pandangan pertama.
Namun cintanya harus kandas sebelum dimulai saat dirinya mengetahui bahwa pria yang ia cintai, malah mencintai kakaknya sendiri.
Hati Rheana hancur, namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengikhlaskan cintanya untuk sang kakak.
Rasa ikhlas dan ketulusan Rheana tidak dipercaya oleh kakaknya, Velia. Wanita itu menganggap bahwa Rheana bersandiwara untuk mendapatkan perhatian kekasihnya, sehingga ia nekat melakukan rencana jahat kepada adiknya.
Tepat di hari pernikahan Velia dan Cakra, Velia dinyatakan hilang usai mengalami kecelakaan mobil, dan Rheana yang dijadikan tersangka karena ia yang terakhir bersama Velia.
Sejak hari itu, kehidupan Rheana yang indah berubah menjadi mengerikan. Dipaksa menikah untuk dijadikan objek balas dendam.
Follow ig : Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak akan diterima
Pemakaman Velia telah selesai dilakukan, kini semua keluarga sedang berkumpul di rumah keluarga Chandrama sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Disana tentu saja ada Cakra dan juga Rheana, namun Rheana hanya diam sebab tidak ada yang mau mengajaknya berbicara.
“Sebentar ya, saya buatkan minum dulu.” Ucap Mama Erina seraya bangkit dari duduknya.
“Nggak usah, Bu Erina. Merepotkan takutnya,” sahut Mama Mila tersenyum lembut.
“Ya nggak lah, masa buat minum aja repot.” Mama Erina langsung pergi ke dapur untuk membuat minum.
Rheana melirik ke arah suaminya yang sedang mengobrol dengan papa serta papa mertuanya. Ia pergi pelan-pelan dari ruang tamu untuk menyusul sang mama ke dapur.
Rheana ingin bicara dengan mama Erina dan menjelaskan bahwa bukan dirinya lah yang melakukan pembunuhan terhadap Velia, kakaknya. Ia sangat berharap bahwa sang mama akan percaya padanya.
Rheana sampai di dapur, ia melihat sang mama sedang membuat minum dengan dibantu oleh asisten rumah tangganya.
Rheana menatap sang mama dengan tatapan yang sendu, ingin sekali rasanya ia memeluk tubuh wanita yang sudah melahirkannya dengan erat, namun entah mengapa seakan ada tembok besar yang menghalangi mereka.
“Ma …” panggil Rheana lirih.
Mama Erina dan art yang sedang membantu sama-sama menoleh ke arah Rheana. Senyuman yang awalnya Rheana lihat ada di wajah mama Erina, perlahan menghilang.
Wajah Mama Erina berubah biasa saja. Tanpa menyahuti panggilan putrinya, wanita itu langsung pergi dengan membawa minuman yang sudah dibuat.
Rheana menatap sang mama dengan mata yang berkaca-kaca. Bagaimana bisa ibunya sendiri tidak mempercayainya.
“Non, sabar ya. Bibi yakin non nggak salah, tapi kita juga belum tau yang sebenarnya gimana.” Ucap asisten rumah tangga yang cukup dekat dengan Rheana.
“Aku nggak melakukan itu, Bi. Kenapa semua orang nggak ada yang percaya sama aku,” ucap Rheana dengan kepala tertunduk guna menyembunyikan wajahnya yang sedih.
Asisten rumah tangga itu tidak menyahut dan langsung pamit pergi. Tentu saja ia tidak mau ikut campur terlalu jauh dengan urusan majikannya.
Rheana kini tinggal sendiri di dapur, ia duduk di kursi meja makan untuk sekedar mengeluarkan air matanya.
Rheana merasa telah mati, ia tidak dianggap lagi oleh keluarganya, bahkan kedua orang tuanya sekalipun.
“Kenapa semua orang tidak ada yang percaya padaku.” Gumam Rheana sambil menyeka air matanya yang sudah membasahi wajah cantiknya.
“Karena kau adalah orang yang jahat.” Sahut seorang pria yang kini berdiri tepat di depan Rheana.
Rheana mendongak, ia buru-buru menyeka air matanya saat melihat siapa yang kini tengah berdiri di hadapannya.
“Kak Cakra.” Gumam Rheana seraya bangkit dari duduknya.
Benar, pria itu adalah Cakra, suami dari Rheana.
“Kau masih tidak bosan bertanya begitu padahal kau jelas-jelas adalah orang yang jahat.” Ucap Cakra diakhiri senyuman jahatnya.
Rheana menarik nafas lalu membuangnya perlahan. “Kenapa kau kesini, Kak?” bukannya menjawab, Rheana malah balik bertanya.
Kening Cakra berkerut, ia menyipitkan matanya lalu mencekal tangan istrinya dengan kasar.
“Karena aku mencarimu, tentu saja aku tidak mau kau pergi, jika kau pergi maka bagaimana bisa aku membalas dan menyiksamu.” Jawab Cakra pelan, namun terkesan jahat.
Rheana tetap diam meskipun tangannya kesakitan, ini sudah kesekian kali Cakra melakukan hal itu, dan ia merasa bahwa nantinya ia akan terbiasa dengan perlakuan kasar pria itu.
“Aku juga ingin kau menjauh dari hidupku, atau bahkan aku ingin kau segera tiada, tapi jika semua itu terjadi dengan cepat, maka balas dendam ini tidak akan seru.” Ucap Cakra dengan penuh penekanan.
“Tanganku, lepaskan.” Pinta Rheana pelan.
Bukannya melepaskan cekalan tangannya, Cakra justru semakin mengeratkan pegangannya di tangan wanita itu.
“Pulang.” Cakra menarik tangan istrinya dengan kasar tanpa peduli apakah Rheana kesakitan atau tidak.
Rheana berusaha melepaskan cekalan tangan Cakra, namun ia kesulitan karena tenaga Cakra yang jauh lebih besar.
Saat Rheana dan Cakra sudah sampai di ruang tamu, mereka langsung menjadi pusat perhatian semua keluarga.
“Cakra, kalian sudah mau pulang?” Tanya Mama Mila tanpa melirik menantunya.
“Iya, Ma.” Jawab Cakra singkat.
Papa Rheana menatap putrinya yang terlihat kesakitan dengan tatapan yang tidak kalah sakit, bagaimanapun Rheana adalah putrinya.
“Cakra.” Panggil Papa Rama, ia hendak meminta pada pria itu agar melepaskan cekalan di tangan putrinya, namun ia ragu mengatakannya.
“Ada apa, Pa?” sahut Cakra dengan sopan.
Papa Rama menggelengkan kepalanya.
“Kalian hati-hati ya.” Tutur Papa Wawan lembut, ia sebentar menatap menantunya lalu kembali fokus pada putranya.
Rheana menatap sang mama, berharap bahwa ibunya itu akan memanggil dan memeluknya, namun sepertinya tidak.
“Ma, Pa. Aku pulang dulu ya, jaga diri kalian.” Ucap Rheana dengan senyuman yang tulus.
Rheana ingin menyalami tangan orang tua dan mertuanya, namun Cakra enggan melepaskan cekalan tangannya.
“Mereka semua tidak akan menerimamu.” Bisik Cakra kemudian menarik Rheana keluar dari rumah.
Bersambung...................................