Warning 21+!! mengandung banyak adegan dewasa dan kekerasan.
Deva Ghazanvar, seorang pria dewasa berusia 30 tahun. Seorang Mafia berdarah dingin, harus membalaskan dendam pada keluarga Darian Emery. Hingga pembantaian pun terjadi, dan hanya menyisakan Putri semata wayang dari keluarga Emery, Davina Emery.
Demi pembalasan dan kepuasannya sendiri, Deva menikahi Davina, membuat wanita itu mati secara perlahan di tangannya.
Bagaimanakah cara Deva, menekan istrinya secara perlahan menuju jurang kematian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arandiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Carikan Ponsel
Selamat membaca ...
...****************...
Pagi hari ini, Davina sudah mulai beraktivitas dengan wajah yang sangat ceria, wanita itu kesana kemari melihat taman yang ada di belakang Mansion milik Deva.
Namun, berbeda dengan Deva, pria itu masih berdiam diri di dalam kamar mandi, karena terus merasa mual dan muntah-muntah, perutnya terasa bergejolak terus menerus, hingga membuat ia merasa lemas tak berdaya.
“Kenapa aku baru merasa sakit seperti ini. Ah! Aku sampai merasa tidak sanggup walau hanya berjalan menuju tempat tidur,” gumam Deva sempoyongan keluar dari dalam kamar mandi tersebut.
Deva mencari ponsel miliknya yang entah kemana. Namun, Deva akhirnya menekan tombol yang ada di atas nakas di samping tempat tidurnya, untuk memanggil Aliya. tanpa menunggu lama lagi, akhirnya Aliya datang ke kamar Davina.
“Selamat pagi, tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Aliya membungkuk hormat.
“Aliya, di mana Davina?” tanya Deva datar.
“Nona, ada di taman belakang, tuan,” jawab Aliya. Namun, Deva yang mendengar hal itu, langsung terkejut sambil menatap Aliya dengan sangat tajam, membuat wanita itu menelan salivanya kasar.
“Apa yang kau lakukan. Cepat panggil dia ke sini, aku tahu dia akan kembali kabur dengan membawa anakku,” ucap Deva dengan nada perintah, pria itu sangat geram sekaligus takut, jika Davina meninggalkan dirinya dengan membawa calon anaknya, yang masih ada dalam kandungan istrinya.
“Ba-baik, tuan. Kalau begitu saya permisi, mau memanggil nona Davina,” ucap Aliya yang segera bergegas meninggalkan Deva seorang diri di dalam kamar tersebut.
“Davina, aku tidak akan pernah membiarkan mu membawa anakku pergi jauh,” gumam Deva sambil menggertakan giginya.
Tak berselang lama, pintu kamar terbuka, menampilkan sosok yang ia cari sejak tadi pagi. Wanita yang sudah rapih menggunakan dress berwarna hitam selutut, dengan make up tipis di wajahnya, membuat wanita itu terlihat sangat cantik di mata Deva. Wanita yang menyilaukan mata, mampu membuatnya menganga tak percaya tanpa mengedipkan mata.
“Ada apa kau memanggil ku?” tanya Davina acuh tak acuh, membuyarkan lamunan Deva.
“Dari mana saja kau?” bukannya menjawab, Deva malah balik bertanya pada wanita yang masih berdiri jauh di hadapannya.
“Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan kabur lagi, karena aku tahu, akan ada banyak orang yang menjadi korban, jika aku berani melakukan hal itu lagi. Suamiku iblis berbentuk manusia,” ucap Davina santai sambil menatap Deva dengan sinis.
“Itu pantas mereka dapatkan, karena sudah lalai dalam bertugas. apalagi jika kau berani kabur dalam keadaan hamil anakku. Akan aku pastikan semua orang yang ada dalam Mansion ini akan mati sia-sia, termasuk kekasih gelap mu itu,” ancam Deva tegas sambil melayangkan tatapan tajamnya ke arah Davina.
“Apa Cuma karena itu kau memanggil ku ke sini?” tanya Davina dengan malas, membuat Deva geram dengan sikap Davina yang sudah mulai berani pada dirinya. Mendengar hal itu, Deva bangkit dan melangkahkan kakinya ke arah Davina, membuat wanita memundurkan langkah kakinya ke belakang.
“Ma-mau apa kau?” tanya Davina Gugup.
Grep!
Deva menarik lengan Davina dan memeluk wanita itu dengan sangat erat, membuat Davina terkejut sekaligus kesulitan untuk bernapas. Deva semakin mengencangkan dekapannya dan semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya.
“Dev, ada apa?” tanya Davina penasaran.
“Tolong carikan ponselku, aku mau menghubungi Galen,” ucap Deva yang kini membawa Davina untuk duduk di bibir tempat tidurnya.
“Hah, hanya itu,” gumam Davina menganga tak percaya. Merepotkan sekali, begitu pikir Davina.
...****************...
Terima kasih.
terima kasih thor ceritanya sangat bagus dan gak bertele2,,sangat menghibur walau aku harus ikut menangis 😭😭😭