Kisah perjalanan hidup Ratna, seorang istri yang dikhianati oleh adik kandung dan suaminya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRATA_YUDHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Setelah malam itu, setelah pak Marvel mengungkapkan perasaannya, hari-hariku terasa berbunga-bunga. Entahlah aku merasa bahagia dan lebih semangat dalam menjalani hidup. Tapi, walaupun begitu, aku meminta waktu pada pak Marvel untuk memantapkan hatiku, karena biar bagaimanapun aku perlu meyakinkan diriku untuk kembali menjalani biduk rumah tangga, yang sebelumnya aku mengalami kegagalan. Dan juga karena aku belum lama mengenal pak Marvel, jadi aku tidak mau tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Pagi itu, saat aku sedang bermain dengan Ikhsan dihalaman depan, kang Sofyan datang kerumah pak Marvel. Aku sedikit terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Kang Sofyan datang dengan membawa buah tangan berupa mainan dan jajanan untuk Ikhsan.
"Na, apa kabar?" sapa kang Sofyan.
"Eh, kang Sofyan... kok enggak kasih kabar dulu kalau mau mampir?" tanyaku.
"Mau ngasih kejutan, he he" dia tertawa renyah.
"Ikhsan, coba lihat, om bawa apa buat Ikhsan." ucap kang Sofyan pada Ikhsan sambil memberikan mainan itu pada Ikhsan. Ikhsan terlihat sangat senang menerima hadiah pemberian kang Sofyan.
"Duduk dulu kang" aku mengajak kang Sofyan duduk dibangku taman halaman depan. Kang Sofyan mengangguk lalu duduk berdampingan denganku.
"Kamu sehat-sehat aja kan Na selama disini?" tanya kang Sofyan.
"Alhamdulillah, Ratna sehat kang." jawabku.
"Oh iya, akang ada apa kesini? tumben banget" tanyaku penasaran.
"Ada hal penting yang mau akang bicarain" ucapnya serius.
"Soal apa kang?" tanyaku.
Kang Sofyan terlihat menarik nafasnya dalam-dalam, seperti ingin menghilangkan kegugupannya.
"Akang... batal Nikah sama Astri, tunangan akang" ucapnya pelan. Aku tidak begitu terkejut, karena sudah mendengarnya dari Puja.
"Ratna udah tau, dari Puja" ucapku pelan, entah kenapa aku jadi merasa bersalah.
"Iya Na, mau gimana lagi. Sampai sekarang, kang Sofyan enggak bisa buka hati akang untuk perempuan lain. Masih tetap nama kamu yang ada dihati akang" ucapnya sambil menatapku. Aku jadi semakin merasa bersalah, ternyata benar penyebabnya adalah aku, kang Sofyan belum bisa move on sampai sekarang. Kepalaku jadi pusing, baru semalam pak Marvel menyatakan perasaannya, sekarang kang Sofyan datang dengan kabar mengejutkan.
"Tapi akang enggak menyesal, sebelum semuanya terlambat. Dari pada Astri sakit hati, lebih baik dari sekarang berhenti" ucapnya pelan.
"Tapi Ratna jadi merasa bersalah kang, pasti semua orang dikampung nyalahin Ratna, seharusnya kang Sofyan berhenti dengan perasaan akang ke Ratna. Jangan begini kang, jangan harapin Ratna lagi" aku tak tahan lagi, akhirnya bulir bening menetes membasahi pipiku.
"Akang minta maaf Na, tolong jangan dengerin apa kata orang. Na... kata Puja, Ratna udah resmi cerai dari Ilyas, apa bener?" tanyanya.
"Iya kang" ucapku sambil menyeka air mata dipipiku.
"Apa itu berarti Ratna udah bisa buka hati buat kang Sofyan?" tanyanya lembut.
"Itu... Ratna enggak tahu kang, Ratna bingung banget." aku jadi sangat bingung sekarang.
"Apa Ratna bingung karena pak Marvel juga suka sama Ratna?" tanya kang Sofyan. Aku mengangkat wajahku dan menatap ke matanya.
"Kang Sofyan tau darimana?" tanyaku.
"Puja yang bilang, mangkanya akang kesini. Na... kang Sofyan enggak bermaksud buat mempengaruhi Ratna, tapi... akang harap, Ratna belajar dari pengalaman. Ratna belum kenal siapa pak Marvel, Ratna juga enggak tahu seluk beluk keluarganya kan? kang Sofyan enggak mau Ratna sampai jatuh ke lubang yang sama" ucap kang Sofyan lembut.
"Jadi, akang harap Ratna berfikir jernih. Coba lihat kang Sofyan Na, lihat ketulusan cinta akang buat Ratna" ucapnya sambil tersenyum hangat.
"Ratna belum bisa mutusin apa-apa kang, maaf... Ratna butuh waktu" ucapku pelan.
"Iya, kang Sofyan akan selalu sabar nunggu Ratna, ya udah, akang pulang dulu ya. Enggak enak kalau kelamaan ngobrol, takut ganggu kerjaan Ratna." ucapnya.
"Iya kang" aku mengangguk.
Setelah itu kang Sofyan berpamitan pada Ikhsan, dan pulang kerumahnya.
******
Sore harinya, saat pak Marvel pulang. Aku memilih untuk diam dikamar, enggan menemuinya atau menyambutnya. Aku terus kepikiran ucapan kang Sofyan. Kang Sofyan benar, aku memang belum mengenal pak Marvel, aku jadi tiba-tiba takut jika nanti jatuh ke lubang yang sama. Apalagi dengan terang-terangan Puja bilang menyukai pak Marvel, aku takut ditikung lagi. Mas Ilyas juga dulu begitu menggebu mengejar-ngejarku, bersikap baik dan seperti terlihat sangat mencintaiku, tapi pada akhirnya dia tergoda dan selingkuh dengan Puja. Saat aku masih asyik dengan lamunanku, Puja masuk.
"Tumben diem dikamar terus" sindir Puja.
"Tapi kamu senang kan, karena bisa menggoda pak Marvel dengan leluasa?" jawabku tak kalah sinis.
"Iya sih, tadinya aku fikir bisa leluasa ngedeketin pak Marvel, tapi ternyata malah ada perempuan lain yang lebih cantik dan sexy disamping pak Marvel" ucapannya sontak membuatku penasaran.
"Maksud kamu apa?" tanyaku penasaran.
"Lihat aja tuh diruang tamu" ucapnya ketus.
Karena saking penasaran, aku memberanikan diri keluar dari kamarku, lalu berpura-pura hendak ke dapur walau sebenarnya ingin melihat seperti apa perempuan cantik yang dibilang Puja. Aku melihat dengan jelas perempuan itu sedang duduk manis diruang tamu sambil memainkan benda pipih ditangannya. Ternyata benar, dia perempuan yang sangat cantik, dan terlihat berkelas. Pantas saja Puja merasa minder, sepertinya perempuan itu bukan orang sembarangan.
Saat berbalik badan, aku dikejutkan dengan kehadiran pak Marvel yang tiba-tiba.
"Ngintip ya?" tanyanya dengan wajah menggoda.
"Enggak, buat apa juga" ucapku dengan wajah memerah menahan malu seperti maling yang sedang ketahuan mencuri.
"Kalau kangen bilang" ucap pak Marvel.
"Siapa juga yang kangen" ucapku, lalu melengos begitu saja. Namun tanganku keburu dicekal olehnya.
"Ayo saya kenalkan." ucapnya seolah mengerti akan rasa penasaranku. Pak Marvel membawaku kehadapan perempuan itu.
Perempuan itu sedikit terkejut saat melihat kedatangan kami.
"Siapa kak?" tanyanya sambil menunjuk ke arahku.
"Kenalin Mel, ini calon istri kakak, namanya Ratna. Dan ini Melodi adik perempuan saya" ucap pak Marvel mengenalkan.
"Whatt!!?" ucap wanita itu. Sepertinya dia sangat terkejut. Aku jadi minder, aku jadi berfikir yang tidak-tidak.
"Biasa aja!" ucapnya sambil menoyor kening wanita itu. Lalu terkekeh kecil.
"Kak, apa kamu seputus asa itu ditinggal nikah sama Kimberly dengan kak Sean?" ucapnya. Aku jadi menerka-nerka, siapa Kimberly? siapa juga Sean?
"Jangan ngomong yang enggak-enggak Mel!" ucap pak Marvel sedikit geram.
"Ya yang bener aja dong, masa pembantu dikenalin jadi calon istri?" ucap perempuan itu tak mau kalah.
"Dia bukan pembantu, dia tukang masak" jelas pak Marvel.
"Ish! sama aja dong, apa bedanya?" tanya Melodi. Pak Marvel seperti kehabisan kata-kata.
"Nyesel kakak bawa kamu kesini!" ucap pak Marvel.
"Ish! aku juga males ikut kakak, perjaka tua yang gagal move on!" balas Melodi ketus.
Aku hanya diam mematung mendengarkan pertengkaran kakak beradik itu, bingung harus berbuat apa. Yang jelas, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dibenakku yang ingin ku tanyakan pada pak Marvel.
"Diam Mel, nanti calon istri kakak salah faham! stop berkata sembarangan, bersikaplah lebih sopan!" ucap pak Marvel yang sepertinya sudah tersulut emosi. Wanita itu akhirnya diam dan melengos lalu pergi menaiki tangga, mungkin karena sudah melihat kemarahan dimata pak Marvel yang siap meledak kapan saja, aku jadi merasa tidak enak karena menyebabkan pertengkaran diantara mereka.
"Maaf ya pak" ucapku pelan.
"Kenapa minta maaf, harusnya saya yang minta maaf karena Melodi berlaku tidak sopan sama kamu" ucapnya lembut.
"Enggak apa-apa, wajar aja dia ngira saya pembantu, karena memang saya..."
"Stop! saya enggak suka kamu merendahkan diri kamu seperti itu, kamu pantas buat saya dan saya pantas buat kamu." ucapnya tegas.
"Kamu udah makan?" tanya pak Marvel lembut.
"Belum" jawabku jujur.
"Temani saya makan ya, layani saya seperti biasa, tapi saya mau mandi dulu" ucapnya.
Aku mengangguk patuh.
*******
Setelah selesai makan, dan Ikhsan sudah aku tidurkan, pak Marvel mengajaku berbincang diteras rumah. Sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan. Aku duduk bejarak satu meter disamping kirinya.
"Ikhsan sudah tidur?" tanya pak Marvel memulai percakapan.
"Udah pak" jawabku.
"Tadi laki-laki itu kesini ya?" tanya pak Marvel.
"Laki-laki siapa?" aku balik bertanya.
"Mantan kamu yang gagal move on" ucap pak Marvel.
"Ooh, kang Sofyan?" tebakku.
"Mau apa dia kesini?" tanya pak Marvel dengan nada tidak suka.
"Tunggu dulu, pak Marvel tau dari mana? kan lagi enggak ada dirumah?" bukannya menjawab, aku malah balik bertanya.
"Jadi, kalau lagi enggak ada dirumah, kamu boleh selingkuh, gitu?" ucapnya geram.
Kami malah jadi saling bertanya.
"Selingkuh apa sih, enggak jelas banget!" ucapku sedikit kesal.
"Dia mau apa?" tanyanya lagi.
"Enggak ngapa-ngapain, cuma mampir sebentar aja, jenguk Ikhsan" jawabku.
"Emang Ikhsan sakit, dijenguk segala?" tanyanya sewot. Aku mencubit lengannya, dari tadi perasaan senewen terus. Nyolot, kayak kesambet!
"Sepertinya pernikahan kita harus dipercepat, biar kamu enggak di serempet orang" ucapnya dengan mata menatap tajam kedepan.
"Bapak ngomong apaan sih, emang motor, diserempet-serempet segala" ucapku sebal.
"Mangkanya jangan deket-deket laki-laki lain. Kan saya udah bilang, jangan temui dia lagi" ucapnya.
"Ya ampun, masa saya harus usir dia sih pak, enggak sopan, kan dia bertamu. Ya ditemuin lah" aku sedikit tersulut emosi.
"Saya enggak suka!" ucapnya tegas.
"Bapak kenapa sih, dari tadi senewen mulu sama saya? abis ketempelan jin ya?" ucapku kesal.
"Kamu fikir kenapa?" dia malah balik bertanya.
"Ya mana saya tahu!" ucapku tak mau kalah.
"Saya cemburu! masa gitu aja enggak tahu!" aku tercengang mendengar ucapannya.
ish! kenapa aku jadi senang begini? konslet nih! kok malah jadi aku yang ketempelan jin? abis, senyum-senyum sendiri gak jelas.
"Ngapa wajah kamu merah? senang lihat saya cemburu?" tanyanya masih dengan nada jengkel.
"Apaan sih pak" ucapku sambil tersenyum kecil.
Namun senyumku pudar begitu saja saat teringat perkataan Melodi tentang wanita yang bernama Kimberly.
"Pak, Kimberly itu siapa?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutku.
sok berhati malaikat.