Fajar adalah seorang anak brokenhome yang sangat membenci ayahnya. ia merupakan anak kelas 3 SMA. Di semester awal sekolah, ia bertemu dengan Andini yang merupakan seorang siswi baru disekolahnya. Fajar mecintainya pada pandangan pertama. Tapi saat berusaha mendekatinya, Fajar selalu diacuhkan. Sikap Andini yang dingin membuat Fajar harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan hatinya. apakah ia berhasil? apakah Andini akan menerimanya? baca terus ceritanya😄
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haridwan _, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berakhir
Andini menatap sekeliling seperti hendak mencari sesuatu.
"Ren. Katanya si Fajar mau kesini. Mana dia?"
"oh Fajar. sebentar lagi dia sampe."
"Eh iya. Kok kita kesini sih? Serem."
"Soalnya pendonornya udah meninggal, An." Ucap Refina.
"Meninggal?. Karena dia donorin ginjalnya buat Gue?." Tanya Andini kaget.
"Eh enggak. Dia meninggal. Nah sebelum meninggal dia bilang kalau dia udah meninggal dia pengen donorin ginjalnya. Gitu."
"Nah udah sampe." Ucap Rendy.
Andini menatap dengan tatapan takut. Lalu matanya berkaca kaca. Ia menggelengkan kepalanya dan menangis sangat kencang.
“Enggak mungkin!. Lo bohong kan?. Lo bercanda kan?. Jelasin ke Gue!!." Tanya Andini sambil menarik-narik baju Rendy. Refina yang melihat hal itu menitikkan air mata karena tidak tega.
"An, kamu tenang dulu." Ucap Ibu Andini.
"Jelasin ke Gue sekarang!!. Kenapa itu!!." Andini menunjuk ke arah gundukan tanah di hadapannya dengan batu nisan yang menancap. Rendy menangis dan tidak menjelaskannya pada Andini. Andini lalu memaksa turun dari kursi rodanya hingga terjatuh.
“Enggak mungkin. Ini enggak mungkin. Fajar..." teriak Andini sambil memegang dan memeluk batu nisan di hadapannya. Batu nisan itu bertuliskan "Fajar Putra Satria". Semua yang melihat Andini menangis. Tak dapat menahan air matanya lagi.
"Jelasin ke Gue kalau ini cuma mimpi kan?. Atau ini cuma bohongan kan?. Bilang kalau ini bohong!!." Teriak Andini pada Rendy dan Refina. Refina menjawabnya dengan menggelengkan kepala sebelum beberapa menit kemudian ia bicara.
“Enggak An. Ini beneran."
"Bohong!!." Teriak Andini sambil menangis terisak. Fajar yang selalu menemaninya kini terbaring kaku dan tidur di hamparan tanah. Fajar yang selama ini selalu membuatnya bahagia kini sudah tertutup oleh gundukan tanah. Fajar yang membuat hidupnya berubah tak dapat lagi ia temui. Andini masih menangis meronta ronta. Tak bisa berkata apaapa di hadapan gundukan tanah dengan nisan bertuliskan nama Fajar. Ia masih tidak menyangka bahwa Fajar sudah tiada. Tapi kenyataan tak bisa dipungkiri. Semua yang datang akan pergi. Yang hidup akan mati. Yang bersatu akan berpisah. Yang ada akan tiada. Dan yang berawal akan berakhir. Semua hal selalu menemui akhir. Dan hanya tuhan yang menentukan akan kapan, di mana dan mengapa hal-hal itu berakhir. Semuanya tuhan tulis lewat TAKDIR. takdir selalu dapat menemukan jalan untuk melakukan kehendaknya sekuat apa pun kita menghindarinya.
"Fajar..." ucap Andini parau sambil terisak.
Rendy dan Refina mencoba menenangkan Andini. Mereka berdua memeluk Andini dan meyakinkan bahwa ini adalah kenyataan.
"Udah An. Sabar. Kita semua kehilangan." Tutur Refina sambil menangis.
"Fajar itu temen Gue. Dia juga temen kita. Dan kita harus nyoba buat relain dia An." Jelas Rendy.
"Fajar, kamu udah janji buat jalan-jalan sama aku. Kamu mau ajak aku ke tempat tempat yang aku belum tahu. Ayo jar ajak aku!!. Kamu juga bilang kalau kamu mau main catur sama aku. Mau sepedaan sama aku. Ayo kita pergi!!." Teriak Andini lagi sambil terus terisak. Refina masih memeluk Andini dan mencoba menenangkannya.
"Kamu mau jadi pacar aku kan. Mau temenin aku. Mau jadiin aku seseorang yang berharga buat kamu kan?. Iya kan?. Iya jar. Aku cinta sama kamu dan aku mau jadi seseorang yang berharga buat kamu. Aku mau jadi pacar kamu. Asalkan kamu ada di samping aku sekarang!!."
"Pa, Ma. Fajar bolehkan nanti main ke rumah kita?."
Ibu dan ayah Andini menoleh ke arah lain. Menangis karena melihat anaknya begitu rapuh.
Andini lalu memeluk gundukan tanah di hadapannya. Meluapkan semua kesedihannya di sana.
Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu, kau diliang yang satu. Kudisebelahmu.
Janji Fajar untuk tetap bersama Andini hingga masa tua mereka hanya akan menjadi angan. Fajar telah pergi sementara Andini harus tetap menjalani hidupnya tanpa sosok matahari nya. Untuk hari ini, Andini merasakan senang dan sedih dalam satu waktu. Senang karena ia dapat terbebas dari penyakitnya, sedih karena ia ditinggalkan oleh seseorang yang ia sayangi. Hidup selalu seperti itu. Kadang kita dibuat sangat bahagia, beberapa saat kemudian kita bisa merasakan kesedihan yang luar biasa.
Mereka menaburkan bunga perlahan lahan di atas makam Fajar. Mereka semua mendoakan Fajar dan mengharap semoga Fajar bisa tenang dialam-Nya.
Mereka pun pulang, Andini ikut bersama Rendy dan Refina ke kafe Bang Ipan. Mereka duduk berhadapan. Andini masih memeluk Refina dan menangis di pelukannya. Bang Ipan menatap mereka di kejauhan dan sudah mengerti. Ia menitikkan air mata mengingat apa pun yang berhubungan dengan Fajar.
"Kenapa?. Kenapa dia pergi?." Tanya Andini. Rendy dan Refina masih belum dapat menjelaskannya. Mereka berdua masih mencoba untuk tidak menangis tapi tetap tak bisa. Bang Ipan datang dan menyuguhkan minuman.
"Ini sok minum dulu!." Ucap Bang Ipan lalu pergi dengan mata yang berair.
Akhirnya Rendy mempunyai keberanian untuk mengatakan semuanya.
"Waktu itu, saat liburan. Fajar minta Refina untuk video in dia sambil melompat. Refina nurut dan Fajar langsung Lompat dan teriak semoga Andini cepet sembuh katanya."
"Tapi dia enggak puas. Dia masih pengen
Lompat lagi. Refina nurut buat video in dia. Tapi Fajar jatuh. Kepalanya membentur batu pijakannya. Kita bawa dia ke darat dan Dia terbaring lemas. Kita langsung bawa dia ke rumah sakit."
"Kenapa Lo enggak bilang sama Gue kalau Fajar sakit!!." Andini marah dan berteriak pada Rendy.
"Iya bentar. Gue jelasin."
"Tenang An." Ucap Refina.
"Waktu di mobil, dia sempet sadar dan bilang kalau kita enggak boleh bilang apa-apa sama Lo. Kita pun mengiyakan dan menunggu waktu yang tepat buat ngomong. Beberapa hari
Fajar di rumah sakit. Dan dia enggak juga sadar."
"Sampai tiba-tiba sebuah chat muncul di Hp Gue. Chat itu dari Refina. Tapi waktu itu Hp Refina ketinggalan dikamar Fajar. Dan kami langsung pergi ke rumah sakit dan manggilmanggil dokter. Karena mungkin Fajar udah sadar sampe dia bisa chat ke Gue. Dan kenapa kami berpikiran begitu? Karena yang tahu password HP Refina cuma Refina, Fajar sama
Gue."
"Dan setelah kami panggil dokter dan dokter periksa Fajar. Ternyata dokter bilang kalau Fajar udah meninggal. Kata dokter, Fajar itu mengalami mati batang otak. Jadi sebenernya dia udah meninggal, tapi organnya masih bisa berfungsi dengan bantuan alat medis."
"Terus kalau Fajar udah meninggal. Kenapa dia masih bisa chattan sama Gue?."
"Jadi, setelah dokter bilang gitu, Gue pun membuka pesan dari Refina tadi. Dan itu adalah voice note dari Fajar. Entah gimana dia bisa ngirim pesan itu. Entah keajaiban atau apa. Gue enggak tahu. Gimana mungkin dia bisa ngirim pesan sementara pas kita ke rumah sakit dia meninggal."
"Terus di voice note itu isinya apa?."
"Lo dengerin sendiri!."
Jika Gue udah enggak lagi ada didunia, Gue pengen donor ginjal Gue buat Andini.
Tolong bilang ini ke dokter spesialis Andini.
Bilang maaf sama Andini karena Gue baru bisa donor sekarang, saat umur Gue udah 18 tahun.
Jangan bilang sama Andini tentang siapa pendonornya sebelum dia sembuh.
Untuk sementara, Gue mau Lo pegang HP Gue, dan ngobrol sama Andini selayaknya Lo adalah Gue.
Bilang kalau Gue masih baik-baik aja.
Jika ini pesan terakhir selama Gue hidup. Selamat tinggal semuanya. Gue sayang kalian semua. Rendy, Refina, Andini, Bang Ipan, dan Ibu. Kalian orang-orang terbaik dihidup Gue.
"Jadi selama ini Gue itu cuma chattan sama
Lo yang pegang HP Fajar?." Rendy mengangguk.
"Maaf an, Gue cuma ngelakuin apa yang
Fajar suruh."
Andini menangis lagi.
"Udah an."
"Sekarang Gue ngerasa jadi orang yang jahat banget ref, Gue pergi ke Jakarta dan ninggalin Fajar di sini. Gue bilang dia itu orang yang berharga buat Gue, tapi bahkan sedetik pun Gue enggak nemenin dia di hari-hari terakhir dia sebelum meninggal. Gue bahkan enggak liat dia saat dia masuk ke liang lahat. Gue jahat banget!!."
“Enggak an. Jangan ngerasa gitu. Ini semua udah takdir. Sekarang yang harus kita lakuin adalah doain Fajar. Semoga dia tenang dan bahagia dialam sana."
Andini hanya mengangguk.
Semua orang kehilangan Fajar. Semua orang menangis saat Fajar sudah tak akan lagi menemani mereka didunia. Fajar adalah seseorang yang terbaik bagi orang-orang terdekatnya. Bagaimana pun ia, seperti apa pun sikapnya, Fajar tetap Fajar. Yang selalu jadi teman baik di saat keadaan orang-orang terdekatnya tidak baik. Sekarang ia sudah pergi. Tak akan kembali lagi menemui mereka setiap pagi. Bercanda di kantin sekolah. Berjalan-jalan yang jauh untuk melupakan masalah. Duduk di meja kafe sembari minum kopi. Bermain catur atau bersepeda. Tak akan ia lakukan lagi. Semuanya sudah berlalu dan hanya akan jadi kenangan yang dikenang setiap hari. Kesenangan, kebahagiaan, suka, duka, tawa, semuanya berakhir dengan air mata.
Anakku. Meski Ibu ini bukan Ibu kandungmu. Ibu tetap sayang. Ibu tetap jadi Ibunya Fajar. Kamu suka omlet, dan Ibu suka melihatmu memakannya dengan lahap. Kamu suka pergi bermain dengan temanmu, Ibu sering khawatir, tapi Ibu tetap mengizinkanmu pergi karena Ibu ingin kamu bersenang senang. Kini kebahagiaan itu tak ada lagi. Kamu sudah pergi. Tapi kamu tetap jadi anak kesayangan Ibumu ini. – Ibu
Dia adalah seseorang yang paling luar biasa, dia adalah seseorang dibalik Gue yang bisa berani nembak Refina. Pacar Gue sekarang. Dia adalah temen cekcok Gue. Temen bercanda Gue. Temen Gue bikin kesel semua guru disekolah. Tapi Gue enggak suka nyebut dia temen, Gue lebih suka nyebut dia sodara. Semoga dia tenang di sana. Dan semoga mulai hari ini kita semua dapat mengikhlaskan kepergiannya. - Rendy.
Dia seseorang yang paling hebat.
Menyembunyikan luka di setiap tawa. Dia seseorang yang paling bisa menghibur meski kesedihan sedang tak terukur. Terima kasih Fajar, sudah muncul di kehidupan Gue dan berteman baik dengan seorang Refina. - Refina.
Dia seorang pegawai. Tapi dibalik itu semua, dia adalah seorang teman terbaik. Setiap candanya, tawanya, celotehnya, minuman kesukaannya, kursi favorit tempatnya duduk. Segalanya kini hanya akan terkenang. Karena ia telah pergi. - Irfan.
Dia adalah seseorang terbaik dihidupku. Dia datang secara tiba-tiba. Mengacau tanpa diduga. Dia tanyakan namaku, aku tak menjawabnya. Sial, dia ternyata sudah tahu. Katanya dia ingin berteman denganku. Dia ingin tahu kenapa aku suka sendiri.
Dia mengajakku bersepeda dan membuatku ingin menjadi temannya. Dia kuajari main catur, dia bertanya apakah kuda bisa dinaiki pion?. Hal itu membuatku tertawa. Aku semakin dekat dengannya, semakin tak ingin jauh darinya. Dia bernyanyi untukku dan menyatakan perasaannya. Tapi aku tak menerimanya dan membuatnya sedih. Aku bodoh!. Aku terlambat mengucapkan bahwa aku mau jadi kekasihnya. Aku terlambat tahu bahwa ia benar-benar mencintaiku. Aku kira aku akan pergi meninggalkannya. Tapi takdir berkata lain, Tuhan membawanya lebih dulu. Aku kira suatu saat aku akan membuatnya sedih karena kepergianku, tapi yang terjadi malah sebaliknya, ia yang membuatku sedih karena kepergiannya. Dia, matahari terbitku yang kini sudah tenggelam. Aku hanya akan bertemu dengannya lewat mimpi, bersepeda, bermain catur dan berjalanjalan mengelilingi seisi kota dari pagi hingga sore hari. Terima kasih. Kini aku sudah merasa hidup kembali. Karena sebuah pengorbanan darimu. Selamat tinggal. Matahari terbit yang kini sudah tenggelam. Semoga kau dan aku masih mendapat kebahagiaan, meski kita tak dapat saling membahagiakan karena jarak di antara kita sangat berjauhan. - Andini.
TAMAT
Takdir tidak suka diajak main tebak-tebakan. Ia mau kita mengikuti setiap hal yang sudah ia tentukan. Jadi jangan merasa paling tahu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita cuma manusia, bukan sang pencipta yang bisa mengetahui dan mengatur segalanya. – Haridwan Lesmana
adanya cinta karena terbiasa..
* terbiasa bertemu
*terbiasa berantem
* terbiasa jalan bareng
* terbiasa ngobrol
* dan terbiasa2 lainnya
suka dengan karyamu thor.
hiks..hiks...