NovelToon NovelToon
KEKASIHKU BERUSIA DUA RATUS TAHUN

KEKASIHKU BERUSIA DUA RATUS TAHUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Kekasih misterius / Pendamping Sakti / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: GazBiya

Rania Vale selalu percaya cinta bisa menembus perbedaan. Sampai suaminya sendiri menjadikannya bahan hinaan keluarga.
Setelah menikah satu tahun dan belum memiliki anak, tiba-tiba ia dianggap cacat.
Tak layak, dan tak pantas.
Suaminya Garren berselingkuh secara terang-terangan menghancurkan batas terakhir dalam dirinya.
Suatu malam, setelah dipermalukan di depan banyak orang, Rania melarikan diri ke hutan— berdiri di tepi jurang, memohon agar hidup berhenti menyakitinya.
Tetapi langit punya rencana lain.
Sebuah kilat membelah bumi, membuka celah berisi cincin giok emas yang hilang dari dunia para Archeon lima abad lalu. Saat Rania menyentuhnya, cincin itu memilihnya—mengikatkan nasibnya pada makhluk cahaya bernama Arven Han, putra mahkota dari dunia lain.
Arven datang untuk menjaga keseimbangan bumi dan mengambil artefak itu. Namun yang tak pernah ia duga: ia justru terikat pada perempuan manusia yang paling rapuh…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GazBiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penawar patah hati

“Uh… lapar sekali…” gumam Rania, mengelus perutnya sambil membuka kulkas.

Kosong. Lagi.

“Kenapa aku punya kulkas kalau isinya cuma… angin?” gerutunya sambil menutup pintu kulkas dengan putus asa.

Saat itu juga—ding dong! Bel apartemen berbunyi.

Rania mengerutkan kening. “Jangan bilang… dia…”

Ia membuka pintu, dan—benar saja.

Arven berdiri di sana dengan wajah datar ala lelaki patah hati semalam, tapi tangannya membawa satu kotak besar sarapan dan satu termos coklat panas.

“Aku dengar kau lapar,” ucap Arven datar, seakan itu hal paling normal sedunia.

Rania tercengang. Astaga… dia telepati lagi!?

“Bagaimana kau—”

“Perutmu berbunyi keras sekali tadi,” balas Arven santai. “Aku kira itu monster.”

Rania langsung menutup muka pakai tangan. “Astaga… malunya…”

Arven masuk tanpa izin, meletakkan sarapan di meja, membuka kotak, dan aroma croissant hangat serta omelet memenuhi ruangan.

Rania langsung duduk. “Baik. Aku maafkan kau karena mencuri privasiku,” katanya sambil mengambil garpu. “Tapi untuk sarapan gratis, aku bisa pura-pura lupa.”

Arven duduk di seberangnya, menatapnya makan dengan mata berbinar seperti kucing yang baru diberi rumah.

Dan Rania, meski pura-pura cuek—diam-diam merasa hatinya hangat.

“Kenapa kau menatapku begitu?” tanya Rania sambil mengunyah.

“Aku hanya memastikan kau tidak mati kelaparan,” jawab Arven jujur.

“Kalau mati juga bukan urusanmu, kan?”

“Urusan bagiku,” sahut Arven cepat. “Sangat urusan.”

Rania tersedak kecil. “Kau… jangan bilang begitu tiba-tiba!”

Arven buru-buru meraih gelas air dan memberikan padanya—tapi tangannya gemetar, seakan ia gugup sendiri.

“Maaf! Aku… aku belum terbiasa bicara perasaan manusia.”

Rania justru tertawa kecil. “Kau lucu juga kalau gugup.”

“Eh… kau tidak makan?” tanya Rania sambil mengangkat alis.

Arven menoleh pelan, wajahnya polos sekali. “Aku… sedang menikmati melihatmu makan.”

“Bukan itu.” Rania mencondongkan badan. “Maksudku, kau sendiri tidak makan?”

Arven menatap sarapan di meja, lalu menggeleng pelan. “Aku tidak perlu makan.”

Rania mematung sebentar. Lalu—mengangguk dramatis.

“Oh iya. Kau kan alien.” Ia menunjuk perut Arven. “Alien tidak makan.”

Arven terlihat sedikit tersinggung. “Aku bukan Alien… aku Archeon. Aku bisa makan, hanya saja tidak membutuhkan.”

“Begitu ya…Baiklah,” sahut Rania, sambil mendorong sepiring omelet mendekat. “Kalau begitu, kau cicipi sedikit. Biar aku tidak merasa makan sendirian.”

Arven menatap piring itu seperti menatap bahan peledak. “Haruskah… aku… memasukkan benda itu ke mulutku?”

Rania menepuk dahinya. “Arven. Itu omelet. Bukan granat.”

“Aku tidak terbiasa,” keluhnya. “Kami biasanya hanya mengonsumsi energi dari…”

“Arven.” Rania mendekat. “Cicipi. Satu gigitan. Kalau tidak cocok, aku tidak paksa.”

Arven akhirnya mengambil garpu, menusuk sedikit omelet… mengangkatnya ke mulut… dan—

“Bagaimana?” tanya Rania tak sabar.

Arven membeku. Mata membesar pelan. Wajah berubah serius, seolah mengalami wahyu ilahi.

“Makanan manusia… luar biasa,” ucap Arven, padahal ia menahan mual.

Rania terkekeh, Arven langsung merona sedikit, wajahnya hangat—dan menelan dengan terpaksa.

Mereka sarapan sambil sesekali berdebat kecil—Rania soal komplen Arven tidak sopan selalu nongol tiba-tiba, Arven soal Rania yang harus makan lebih sehat—dan entah bagaimana, suasananya terasa seperti pasangan baru yang belum sadar bahwa mereka sudah bertingkah seperti suami-istri.

Setelah piring-piring kosong, Arven menegakkan badan, siap melanjutkan momen romantic, namun…

“Baiklah,” kata Rania sambil berdiri, “kau boleh pulang.”

Arven HENING—Seperti system yang eror.

“P-pergi…? Sekarang?”

Matanya berkedip cepat seperti robot rusak.

Rania mengangguk. “Ya. Terima kasih sarapannya. Silakan kembali ke lantai atas,” ucapnya santai.

Arven menatapnya, patah hati lagi. “Tapi… kita baru saja… sarapan pertama… bersama…” suaranya melemah.

Rania mendorong bahunya ke pintu. “Betul. Dan itu sangat manis. Tapi pergi sana. Aku mau tidur lagi.”

Arven menahan kusen pintu. “Raniaaa… setidaknya biarkan aku duduk sebentar—”

“Tidak.”

Pintu ditutup perlahan.

Klik.

Dari luar pintu terdengar suara lirih, “Aku… masih tidak mengerti manusia…”

Rania menempelkan dahi ke pintu dan tersenyum kecil. Ia tak berani bicara dalam hati, takut Arven mendengar semuanya.

Di balik pintu, Arven berjalan gontai menuju lift—langkahnya begitu berat seolah gravitasi hanya bekerja padanya seorang. Saat pintu lift terbuka, Kaelis sudah berada di dalam, hendak naik ke unitnya.

“Tuan?” Kaelis membelalak saat melihat wajah Arven yang seperti habis dihajar kenyataan. “Anda kenapa terlihat… seperti?”

Ia tidak melanjutkan, melihatnya naik dari lantai tujuh puluh empat—Kaelis langsung tahu, ini pastu ulah wanita mode itu.

Arven masuk tanpa semangat, menatap lantai. “Hhh! Aku tidak mengerti manusia…”

Kaelis terkekeh. “Tuan, jangankan anda. Kami saja—tidak pernah benar-benar bisa mengerti wanita.”

Arven menoleh cepat, wajahnya serius sekali. “Bahkan kalian… sesama bangsa saja tidak bisa mengerti mereka?”

Kaelis mengangguk mantap, wajah penuh penderitaan. “Benar, Tuan. Wanita adalah makhluk paling sulit ditebak di tiga dimensi eksistensi ini.”

Arven menghela napas panjang. “Kau benar sekali… Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang? Dia tadi… mengusirku. Setelah kita sarapan bersama, semalam dia mengusirku setelah kita berciuman.” Suaranya pelan, patah hati.

Mata Kaelis membulat tersenyum gemas—langsung menepuk bahunya seperti sesama suami yang tersakiti. “Kalau begitu, kita lakukan apa yang biasanya saya lakukan kalau wanita saya membuat kepala saya pening.”

Arven menatapnya penuh harapan. “Apa itu?”

“Mancing.” Kaelis tersenyum lebar. “Kita pergi memancing, Tuan. Kita abaikan dulu mereka… biarkan sesekali mereka yang mencari kita.”

Arven mengerutkan kening. “Untuk apa memancing? Aku bisa memanggil ikan sebesar apa pun yang aku mau.”

Kaelis langsung menepuk dahinya. “Tuan… itu beda. Mancing itu bukan soal ikan. Itu tentang proses. Tentang menenangkan hati. Tentang… meratapi hidup sambil memandangi laut.”

Arven berkedip. Sepertinya konsep itu baru baginya. “Jadi… itu penawarnya? Untuk rasa sakit hati?”

“Paling ampuh,” jawab Kaelis mantap.

Arven akhirnya mengangguk kecil. “Baiklah… kalau itu bisa menyembuhkan, aku ikut.”

*

1
☆𝕾𝑶𝑳𝑬𝑫𝑨𝑫☆ᵒⁿᵍⁱˢ𝒩𝒶𝒟𝑒⚫
sampai segitunya kamu sierra,kamu wanita serakah dan berani mendahkan dirimu sendiri yang menginginkan posisi rania,melenyapkan seseorang dengan begitu mudahnya seperti menablek lalat
aaah dasar kuntilanak
☆𝕾𝑶𝑳𝑬𝑫𝑨𝑫☆ᵒⁿᵍⁱˢ𝒩𝒶𝒟𝑒⚫
kelakuanmu garr,sempat-sempatnya makan direstoran mevah,mbok yoo wis ikhlasno rania pergi dari kehidupanmu
toh kamu yaa masih ngladeni si jalànģ itu
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ¢ᖱ'D⃤ ̐
kayak mamang Kiky dong 🤭
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ¢ᖱ'D⃤ ̐
matamu baru terbuka sekarang, Garren... sekarang udah tahu klo istrimu didzolimi selama kamu koma.,Cari tahu juga tuh tentang cingkuhanmu itu dia otak yg bikin Rania kecelakaan,jgn mau dirayu terus 🙄
☆𝕾𝑶𝑳𝑬𝑫𝑨𝑫☆ᵒⁿᵍⁱˢ𝒩𝒶𝒟𝑒⚫
aaaah sampai disini aku suka jalan ceritanya/Applaud//Applaud/kamu emang keren thor👍 bikin senyum2 sendiri bacanya🤣🤣🤣
♏®️𝕯µɱσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐: heeh undangan khusus
total 6 replies
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ¢ᖱ'D⃤ ̐
ternyata archeon juga merasakan normal ya,jantung berdetak kencang klo lagi jatuh cintrong🤣🤣
☆𝕾𝑶𝑳𝑬𝑫𝑨𝑫☆ᵒⁿᵍⁱˢ𝒩𝒶𝒟𝑒⚫
hahaha aku kok kekel sih ini,pdhl bau aroma therapy ran,,menyegarkan🤣🤣🤣
☆𝕾𝑶𝑳𝑬𝑫𝑨𝑫☆ᵒⁿᵍⁱˢ𝒩𝒶𝒟𝑒⚫
astagaaa baru bisa nengok ini novel,,udah numpuk aja,,maaf yaa thor lagi sibuk rl hehe
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
jelaslah sangat berbahaya, mereka itu penguasa bumi 😦🥴😆🤤🏃🏃
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
fiks Arven mulai terjerumus 🤤😆
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
musuh bebuyutan berakhir saling mengagumi 😆
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
gpp sekali" dh, nyicil cosplay jd nyonya rumah 🤤🏃🏃
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
jd ngebayangin perut ditemploki batu bata😦😆
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
harap bersabar Kaelis, anggap sj kau sdg kasih pelajaran biologi pd anak paud🤤😆🏃🏃
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
masih dlm hati sj Arven sdh tau apa yg ada di pikiran Rania🤤
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
bisa ae ngelesnya Kaelis😆
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
Rania masih sj sekata"😆🏃🏃
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
semua orang punya kepentingan masing-masing 🤤🥴
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
buah jatuh tak jauh dari pohonnya. sama" busukk🥴
🏫⃟Sᵐᵖ🍌 ᷢ ͩtikoes gott༄⃞⃟⚡
heleh Sierra blm kena karma sj tuhh🥴
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!