NovelToon NovelToon
Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: secretwriter25

Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.

Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.

Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Terjebak

Seraphina melenguh kecil saat merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Kelopak matanya terasa berat, seperti tertarik oleh sesuatu yang membuatnya tak ingin bangun. Tetapi rasa takut merayap lebih cepat, memaksa tubuhnya bereaksi.

Perlahan ia membuka matanya, dahinya mengernyit saat merasakan sorot lampu langsung ke wajahnya yang membuat pandangannya menggelap.

Setelah pandangannya membaik, Sera kembali membuka matanya. Matanya menyusuri sekelilingnya—sebuah ruangan kecil dengan satu ranjang yang ia tiduri. Lampu redup berwarna kuning kusam menggantung dari kabel yang bergoyang. Dinding ruangan dipenuhi coretan-coretan aneh. Lantai beton kotor dengan tumpukan puntung rokok, botol-botol kosong, pecahan kaca kecil, dan beberapa barang yang tidak ingin dia kenali.

Seraphina bangkit dari tidurnya hingga membuat ranjang tua itu berderit. Ia menutup hidungnya saat aroma menyengat menusuk indera penciumannya. Bau tajam alkohol, bau rokok yang pekat sampai rasanya menempel di tenggorokannya, membuatnya terbatuk pelan.

Jantungnya langsung berdegup keras.

"Ini… di mana?" batinnya takut.

Sera hendak bergerak, tapi pergelangan tangannya terasa perih. Ia menunduk—tangannya diikat dengan tali tebal ke sebuah pipa besi di belakangnya.

Napasnya tercekat. Kepanikan langsung menyerbu seperti ombak besar.

Sera menahan napas, mencoba tidak membuat suara. Tapi tubuhnya sudah gemetar. Tenggorokannya kering, kepalanya sangat sakit. Ingatan terakhir hanya sekelebat—suara langkah, pintu villa yang terbuka, tangan kasar menutup mulutnya, bau kimia yang menusuk hidungnya, lalu gelap.

"Selina… Selina menyuruhku kembali duluan…

Apa ini rencananya? Apa dia benar-benar ingin aku mati…?" lirih Sera.

Sera menggigit bibir keras-keras. Matanya memanas.

Di dekat pintu kamar, Sera bisa melihat dua lelaki sedang duduk sambil bermain kartu. Keduanya tampak mabuk, dengan suara tertawa yang kasar dan mata yang memerah. Salah satunya melirik ke arah Sera, menyeringai seolah baru menemukan hiburan baru.

“Heh, putrinya Callenora sudah bangun.”

Sera membeku. Napasnya tercekat.

Lelaki itu berdiri dan mendekat, langkahnya goyah, napasnya bau alkohol pekat. Ia meraih dagu Sera dengan kasar, membuat gadis itu meringis.

“Aduh… cantik banget ya. Pantes mahal.”

Tawanya pecah. Temannya ikut tertawa keras.

Sera memejamkan mata, tubuhnya bergetar ketakutan.

“Tolong…” bisiknya, suara nyaris tak keluar. “Jangan sentuh aku…”

Lelaki itu senyum makin lebar. “Tenang aja. Bos bilang jangan rusak barangnya. Jadi kita cuma—menjaga.”

Ia menepuk pipi Sera beberapa kali sebelum mundur, lalu kembali duduk.

Seluruh tubuh Seraphina gemetar. Napasnya tidak stabil.

"Orion… tolong aku…" lirihnya yang tidak mungkin di dengar oleh Orion. "Apa aku akan mati disini?"

Sementara itu — di Mansion Keluarga Callenora

Orion datang dengan langkah cepat, wajahnya pucat dan penuh amarah. Napasnya memburu. Matanya merah, penuh ketakutan dan kemarahan.

“SELINA CALLENORA!”

Suara teriakannya menggema di seluruh mansion. Para pelayan yang terkejut langsung menundukkan kepala, dan mundur ketakutan.

Selina yang sedang terbaring lemah di atas sofa langsung menoleh mendengar teriakan Orion. Mata gadis itu tampak sembab, sementara Evelyn duduk di sampingnya sambil menenangkan putrinya itu.

"Orion?” Selina meneguk salivanya. Ia tahu—Orion sangat marah padanya.

Dengan cepat Orion sudah menarik kerah bajunya hingga punggung Selina terbentur dinding.

Selina terkejut, matanya membulat sempurna, punggungnya terasa sangat sakit. Sementara Orion menatapnya seperti binatang buas.

“DI MANA SERA?!”

“A-Aku tidak—Orion lepaskan! Kamu—kamu menakutiku!”

“TIDAK PEDULI!” Orion membentak lebih keras. “KALAU SERA TERLUKA SEDIKIT SAJA, AKU AKAN—”

Ia berhenti, tapi hanya karena napasnya terputus oleh emosinya sendiri.

“Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri.” ancam Orion.

Semua yang ada di sana terdiam. Para pelayan ketakutan. Tidak ada yang berani mendekat atau sekedar melindungi Selina.

Selina menelan ludah, merasakan punggungnya basah oleh keringat dingin. Tapi alih-alih takut, ada rasa puas di sudut hatinya—karena Orion begitu peduli pada Sera hingga hilang kendali.

"Aku tidak sabar melihat ekspresinya saat Seraphina hancur." batin Sera.

"Orion… Selina dan Sera sudah berbaikan. Kau harus percaya padanya," ucap Evelyn.

Orion tak bergeming mendengar ucapan Evelyn.

"Lepaskan putriku, Orion! Kau bersikap lancang!" teriak Damian.

"Jangan ikut campur urusan kami!" Orion melotot ke arah Damian. "Jika kau bicara sekali lagi—aku akan mencurigaimu sebagai pelakunya, Tuan Damian!" tegas Orion.

Damian terdiam mendengar ucapan Orion. Pria itu terlihat sangat marah seolah bisa menghancurkan dunia.

Orion kembali menatap Selina. "Jawab aku! DIMANA SERAPHINA!" bentak Orion lagi.

“Aku… aku tidak tahu apa-apa, Orion.” Selina berbicara dengan suara bergetar—pura-pura ketakutan. "Aku tahu… aku memang salah karena membiarkan Sera sendirian ke Villa…" lirih Selina.

Orion mengikis jarak, "Kau membiarkan Seraphina sendirian?"

“Aku tidak tahu kal—"

Orion menyela ucapan Selina. “Kau punya masalah dengan dia. Semua orang tahu kalau kau sangat membencinya!”

Selina menahan napas. Orion memang bukan pria bodoh. Dia tidak akan mempercayainya begitu saja.

“Aku sudah berbaikan!” Nada suaranya meninggi, seolah marah karena dituduh. “Aku sudah memperbaiki hubungan kami! Duduk dan makan bersama—bermain bersama! Aku tidak melakukan apapun!”

“Omong kosong.”

Selina menggigit bibir. Orion benar-benar tidak bisa dibohongi semudah itu.

Ia menarik tubuh Selina lebih keras hingga Selina meringis.

“Katakan jujur sebelum aku menghancurkanmu—dimana dia.” Orion mencengkram lengan Selina.

“Aku bilang aku tidak tahu!” Selina menjerit. “Penculik itu pasti mengincar putri Callenora! Tidak ada hubungan dengan aku! Kalau aku ada di villa, aku mungkin juga ikut diculik!”

Orion tertawa kecil. “Kau pikir aku percaya?”

Selina menahan napas. Ini pertama kalinya dalam hidupnya ia benar-benar merasakan Orion benar-benar ingin membunuhnya.

Butuh waktu lama hingga Orion akhirnya melepaskannya dengan kasar, membuat Selina tersungkur jatuh ke lantai.

“Aku akan mencari Sera. Dan kalau aku menemukan bukti bahwa ini ulahmu…”

Orion membungkuk, menggenggam rambut Selina dan memaksanya mendongak.

"Aku tidak akan membiarkanmu bernapas lagi.”

Selina tertegun. Tubuhnya gemetar kecil—ia takut melihat Orion tapi juga merasa sangat marah. Ia seperti dipermalukan di hadapan para pelayannya.

Orion berdiri, lalu pergi meninggalkannya tanpa menoleh sedikit pun.

Selina mencengkeram lantai keras dengan jemari gemetar. Nafasnya terengah.

"Orion… kau akan menyesal sudah memilih Seraphina!" batinnya.

Pandangannya menggelap, ia ingin melempar punggung Orion dengan vas bunga di dekatnya. Namun suara ponselnya membuat Selina mengurungkan niatnya.

Layar ponselnya yang menyala menampilkan sebuah pesan.

“Barang sudah dibawa, Nona. Kami menunggu instruksi selanjutnya.”

Senyuman kecil terbit di bibir Selina. "Aku akan membalas perlakuanmu padaku hari ini kepada Seraphina, Orion…" gumamnya.

Ia berdiri perlahan, merapikan rambut dan bajunya yang berantakan. Ia menarik napas kasar lalu pergi meninggalkan ruangan itu tanpa berkata apapun.

“Sekarang… kita masuk bab berikutnya, Sera.” batinnya.

🍁🍁🍁

Bersambung

1
Puji Lestari Putri
Makin ngerti hidup. 🤔
KnuckleBreaker
Beneran, deh, cerita ini bikin aku susah move on. Ayo bertahan dan segera keluarkan lanjutannya, thor!
Victorfann1dehange
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!