zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.
Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.
Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27
Brigita tersenyum miring melihat lipstik merahnya menempel di leher albian dengan jelas. "Lo yakin gak mau? Nanti lo nyesel lo."
"Gue akan jauh lebih nyesel kalo sampe tidur sama orang lain selain istri gue, ziara," ucap albian dengan tegas dan penuh penekanan.
***
"Assalamualaikum." Ziara tersenyum melihat Bi Ijah datang menghampirinya dengan senyuman lebar. Wanita paruh baya itu selalu menyambutnya dengan ramah setiap kali datang.
"Waalaikumsalam," balas Bi Ijah. "Bibi kira hari ini Neng zia gak datang. Non Dira udah nungguin soalnya dari tadi," sambungnya.
"Maaf, Bi. Tadi zia masih pulang dulu sebentar untuk ganti baju setelah dari kampus. Mau telepon Dara tapi Hp nya malah habis baterainya."
"Ya udah gapapa, Neng zia. Lagian ini masih sore. Ayo masuk, Neng." Bi Ijah mengusap lengan ziara dan membawanya masuk ke ruang tamu. "Neng zia tunggu sebentar ya. Biar Bibi panggilin Non Dara dulu di dalam." Bi Ijah berjalan ke dalam begitu ziara duduk di sofa.
Begitu Bi Ijah berlalu pergi dari sana, terdengar suara bel dibunyikan. Ziara langsung menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang gadis muda dengan rambut hitam yang digerai tengah berdiri di depan pintu.
Mata ziara membulat melihat gadis itu yang juga tengah menatapnya. Lantas ia bangkit berdiri menghampirinya.
"Kak Rayna...," panggil ziara.
Gadis bernama Rayna itu melengos melihat ziara yang menyambutnya. "Vino mana?" Ia mengedarkan pandangan ke dalam rumah, sebelum akhirnya menerobos masuk ke dalam.
"Aku juga baru datang, Kak. Belum liat vino dari tadi. Mungkin dia belum pulang," jawab ziara mengikuti Rayna menuju sofa ruang tamu.
"Gue kira lo udah gak ngajar Dira lagi setelah seminggu lebih gak masuk, ternyata masih ya?" tanya Rayna menatap ziara tak suka. Gadis itu juga sengaja memilih tempat duduk yang jauh dari ziara berada.
Pandangan ziara terus tertuju pada Rayna. "Aku cuma lagi libur aja, Kak. Tante tika meninggal," jawab ziara dengan kepala tertunduk ke bawah.
"Gue turut berduka cita," ucap Rayna sambil menggulir layar Hp nya seolah ucapan itu tak berasal dari hatinya.
Ziara kembali menatap Rayna lekat, tapi begitu Rayna menatapnya, ia buru-buru menundukkan wajah.
"Gue boleh kasih lo saran gak, zia?" tanya Rayna, melipat kedua tangan di depan dada seraya menyandarkan punggungnya pada sofa.
"Boleh, Kak. Saran apa?" Ziara mengangkat kepalanya menatap Rayna tak sabaran.
"Gue rasa sebaiknya lo berhenti aja jadi guru les privatnya Dira. Minta aja sama lembaga privat lo buat nyariin anak lain sebagai murid privat lo," ucap Rayna menatap ziara dingin. "Gue kasih saran kayak gini demi kebaikan lo juga. Gue rasa vino terlalu perhatian sama lo, dan kayaknya dia tertarik sama lo. Lo tau kan kalo gue suka sama dia. Jadi mendingan lo jauh-jauh deh dari vino."
"Kak Rayna pasti salah. Vino gak mungkin suka sama aku, Kak. Dia cuma baik sama aku sebagai teman dan guru les privatnya Dara aja kok. Selama aku ngajar di sini, dia biasa aja sama aku dan gak pernah menunjukkan ketertarikan seperti yang Kak Rayna ucapkan barusan." Ziara merasa sikap vino biasa saja padanya selama ini, hanya sebagai seorang teman, tak lebih dari itu.
Tatapan Rayna menajam. "Lo dikasih tau kok ngeyel sih?! Ya udah terserah lo aja lah. Awas aja ya kalo lo yang sok kecentilan sama vino." Rayna menunjuk ziara dengan tatapan garang. Meski usianya lebih tua dua tahun dari vino, tapi ia tak menyerah mendekati pemuda itu dengan berbagai cara.
"Ziara gak akan kecentilan sama vino. Lo tenang aja." Suara dari arah pintu membuat ziara dan Rayna menoleh bersamaan.
Albian berjalan mendekat ke arah sofa dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Sorot matanya menajam, menatap galak pada Rayna yang sudah berani menaikkan suaranya pada ziara.
"Lo siapa sih? Dandanannya kayak tante girang begitu," tanya albian menatap Rayna dari atas hingga bawah. Bahkan ia bergidik melihat lipstik Rayna yang merah menyala serta bedaknya yang tebal.
Tak terima. Rayna langsung bangkit berdiri, lalu melemparkan bantal sofa ke arah albian. Tapi, berhasil ditepis oleh pemuda dengan kaos hitam itu.
"Sialan! Enak aja ya kalo ngomong lo!" sungut Rayna kesal. "Lo siapa sih? Udah sok ganteng, masuk rumah orang tanpa permisi lagi."
Albian terkekeh pelan seraya menyugar rambutnya ke belakang. "Gue bukan sok ganteng, tapi emang ganteng. Lo aja yang buta kalo bilang gue jelek," balas albian. Rasa percaya dirinya begitu besar, sebab tak cuma dua atau tiga mahasiswi yang pernah menyatakan cinta padanya. Bahkan Dara yang baru melihatnya langsung terpesona.
Ziara buru-buru menghentikan albian sebelum perdebatan itu berlanjut makin panjang. Ia tak ingin membuat kegaduhan di rumah orang. Apalagi pemiliknya belum datang.
"Udah ya. Jangan dilanjut lagi. Aku gak enak sama Dira dan vino kalo kamu berantem sama Kak Rayna," pinta ziara sambil berbisik. Untungnya albian menurut padanya.
Tak lama kemudian Dira tiba dengan senyuman lebar begitu melihat ziara dan albian. Tapi cemberut saat pandangannya bertemu dengan Rayna.
"Kok ada Kak Rayna sih?" tanya Dira sinis. "Lagi nyari Kak vino ya? Belum pulang orangnya. Mending Kak Rayna susulin aja sana ke basecamp. Pasti lagi nongkrong di sana."
"Kamu ngusir Kak Rayna ini ceritanya, Dar?" tanya Rayna heran. Adik perempuan vino itu tak pernah bersikap ramah tiap ia datang.
"Ya dari pada nungguin di sini kan mendingan Kak Rayna susulin ke sana. Belum tentu Kak vino pulang cepet, bisa aja pulang malam."
Rayna pun bangkit berdiri dengan perasaan kesal. Sayangnya ia tak bisa marah pada Dara mengingat gadis itu adik kesayangannya vino.
"Ya udah deh. Kak Rayna pergi dulu ya, Dira. Belajar yang rajin." Rayna membelai pipi DIra, tapi langsung diusap kasar oleh gadis itu.
Rayna melotot ke arah ziara dan albian saat berjalan melewati mereka. Ia bahkan menjulurkan jari tengahnya di depan dada.
"Dasar sinting," gumam albian geleng-geleng kepala. "Cewek-ceweknya vino gak ada yang bener perasaan," lanjutnya seraya menyugar rambutnya ke belakang.
Dara yang sejak tadi memperhatikan albian langsung mengerutkan dahinya melihat leher albian yang merah terkena bekas lipstik Brigita tadi.
Gadis dengan jepit labubu itu tanpa ragu menunjuk ke arah leher albian. "Leher Kak bian kenapa itu?" tanyanya penasaran.
"Leher kamu kenapa?" Ziara yang penasaran langsung memperhatikan ke arah leher albian yang ditunjuk Dara. "Ini bukannya lipstik ya? Kamu habis ngapain tadi sama Brigita? Astaghfirullah, bian."