Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Zev melesatkan tembakan pada Xylo tanpa ragu, tetapi tembakannya berhasil dihindari dengan cukup mudah oleh Xylo dan kelima bawahannya.
"Aku harus mengakui jika penyamaranmu sangat sempurna. Siapa pun akan mengira jika kau adalah Tuan Larvin sungguhan."
Xylo memberi tanda pada bawahannya untuk segera mengelilingi Zev. "Sayangnya, penyamaranmu akan berakhir di saat ini juga."
Zev melesat ke arah Xylo tanpa ragu, menumbangkan beberapa pengawal yang mendekat ke arahnya dengan waktu yang cukup singkat. Ia menjauhkan senjata-senjata mereka seraya terus bergerak maju ke arah Xylo.
Xylo berdecak, mengarahkan pistol ke arah Zev yang tengah bertarung dengan para bawahannya. "Brengsek! Aku tidak akan kalah untuk kedua kalinya dari pasukan Alexander. Aku sudah melatih diriku dengan ... sial!"
Xylo berguling ke samping ketika dua pengawalnya terpental ke arahnya. "Kemampuannya sangat luar biasa. Jika dia ditugaskan untuk menjadi tiruan Tuan Larvin, dia pastilah bukan orang sembarangan."
Zev seketika melompat mundur ketika kelompok bantuan datang dari arah rumah. Ia menembakkan peluru seraya memutar tubuh sekaligus menghindari serangan lawan. Beberapa musuh berhasil tumbang dan meregang kesakitan, tetapi sisanya terus menembak dan mendekat ke arahnya.
"Matilah kau!" Xylo melesatkan tembakan.
Zev menarik salah satu musuh, menjadikan pria itu sebagai tameng, melesatkan ke arah Xylo dengan secepat mungkin.
"Ah!" Salah satu musuh tumbang karena terkena tembakan barusan.
"Sial!" Xylo melompat mundur, bergerak seraya mengarahkan tembakan pada Zev seakurat mungkin. Pasalnya, bawahannya terus bergerak untuk menahan pria itu. "Aku sudah melihat kemampuan orang-orang yang Larson bawa, tapi aku sama sekali tidak pernah melihat kemampuan orang ini sebelumnya."
Xylo melesatkan tembakan demi tembakan, tetapi Zev berhasil menghindari semua serangannya. "Brengsek! Dia sangat cepat. Kemampuannya dengan pasukanku jauh berbeda."
Xylo mendengus kesal ketika sebuah tembakan nyaris mengenai kepalanya. Ia menghindar sekaligus bersembunyi di belakang mobil, mengawasi pertarungan Zev dengan para pengawalnya. "Sial! Ke mana pasukanku yang lain? Kenapa mereka tidak kunjung datang meski aku sudah menghubungi mereka cukup lama?"
Zev tiba-tiba muncul di atas mobil, melompat turun seraya menendang pistol dari tangan Xylo. Dengan gerakan cepat, ia berhasil menumbangkan Xylo, mengunci semua pergerakannya. Sayangnya, pasukan musuh melayangkan tembakan ke arahnya sehingga ia harus menjauh dari Xylo.
"Brengsek!" Xylo segera berdiri, melihat pasukannya yang sudah bertumbangan di jalan. Ia bergegas memasuki mobil saat Zev melesatkan tembakan. "Bagaimana dengan keadaan Tuan Rebel sekarang?"
"Dua bawahan Tuan Rebel yang berasal dari dua orang yang dibawa Larson ternyata adalah pengkhianat. Mereka berhasil mengalahkan pasukan Tuan Rebel dan melarikan diri bersama satu orang lagi," ujar pengawal seraya memacu mobil ke arah rumah.
Xylo berdecak, mengawasi keadaan sekeliling gerbang di mana bawahannya dan Rebel sudah bertumbangan. "Meski kalah jumlah dan persenjataan, mereka berhasil mengalahkan orang-orang itu dengan cukup mudah. Jika orang-orang yang dibawa Larson adalah pengkhianat, itu berarti orang yang bersama Larson sekarang kemungkinan besar juga seorang pengkhianat, Di antara semua pengkhianat itu, dua orang yang bersama Larson adalah orang-orang yang sangat berbahaya. Sialan! Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Larson?"
Xylo mengawasi keadaan luar dengan saksama. "Tiruan Tuan Larvin menghilang. Di mana dia sekarang?"
Zev tengah berlari menjauh dari kediaman, menghajar musuh sekaligus menghindari semua serangan mereka. Ia menurunkan paksa seorang pria dari mobil, lalu menjauh dari kediaman menggunakan mobil.
Di saat yang sama, Max, Mex, dan Zac berhasil menumbangkan semua pasukan Rebel yang menghadang. Mereka bergegas memasuki mobil yang terparkir tidak jauh dari mereka.
"Jangan biarkan orang-orang itu kabur!" teriak Rebel seraya melesatkan tembakan. "Jangan biarkan mereka kabur!"
Rebel memekik kencang hingga wajahnya panas dan memerah. Air hujan sama sekali tidak bisa menghilangkan amarah yang menggerogotinya sekarang. "Aku harus menghabisi orang-orang itu bagaimanapun caranya! Aku tidak menerima semua penghinaan ini!"
Rebel terus menembakkan peluru, tetapi Mex, Max, dan Zac berhasil memasuki mobil dan menjauh dari kediaman. Ia bergegas memasuki mobil, menendang kursi sopir dengan kuat. "Kejar mereka sekarang!"
"Brengsek! Kenapa kelompok bantuan justru tidak datang di saat genting?" Rebel mendengus kesal, menendang kursi sopir dengan jengkel. "Lebih cepat atau aku akan menghabisimu seperti aku akan menghabisi orang-orang itu."
Rebel mendapatkan panggilan dari bawahannya. "Apa yang terjadi? Kenapa kau tidak membawa kelompok bantuan sesuai dengan perintahku?”
"Maafkan aku, Tuan. Musuh tiba-tiba menyerang dan mengalahkan hampir semua pasukan kita. Mereka tampaknya rekan dari para pengkhianat itu."
"Brengsek!" pekik Rebel menggelegar seraya memukul kaca jendela. Ia mendengar beberapa kali suara tembakan.
"Mereka datang ke arah Anda, Tuan." Panggilan terputus karena pengawal itu harus berlari dari kejaran pasukan Xander.
Rebel segera menghubungi salah satu asistennya. "Terjunkan semua pasukan kita untuk mengepung seluruh kota dan jangan biarkan para pengkhianat melarikan diri. Selain itu, kumpulkan semua bawahan Larson dan sita semua miliknya. Aku akan menghabisi mereka karena Larson sudah mengkhianatiku."
Rebel menutup panggilan, meremas ponselnya, berusaha mengendalikan amarah yang nyaris menguasainya. "Aku semakin yakin kau berbohong mengenai kebebasanmu dari pasukan Alexander, Larson. Kau berhasil bebas karena kau bersedia menjadi budak Alexander. Alexander pasti memerintahkanmu untuk mengawasiku.”
Rebel melotot tajam. "Ada kemungkinan jika Alexander sudah mengetahui semua aktivitasku dan pasukanku, termasuk penyerangan ke kelompok Pedang Ganda Silang di hutan itu. Dan Sekarang, Larson sedang bersama dua orang pengkhianat lainnya di hutan itu. Mereka kemungkinan akan mengacaukan rencanaku di sana."
Rebel tiba-tiba tertawa. "Pilihanku untuk menugaskan Larson di sana adalah pilihan tepat. Aku akan memerintahkan Cortez dan bawahanku untuk menghabisinya dan para pengkhianat itu di sana."
Rombongan mobil melesat meninggalkan kediaman yang tampak porak poranda. Rombongan terbagi berpisah kedua arah yang berbeda.
Di saat yang sama, Max, Mex, Zac, dan Zev berhasil lolos dari kejaran orang-orang Rebel. Mereka melesat menuju tengah kota.
"Musuh berhasil mengetahui penyamaran kita lebih cepat dibandingkan yang kita duga," ujar Max seraya memacu mobil lebih cepat. "Rebel memiliki kepekaan yang sangat tajam. Dia bisa tahu penyamaran kita dalam waktu cepat."
"Zev berada di belakang kita. Dia dalam keadaan baik-baik saja."
Mex menoleh ke belakang, mengamati sebuah mobil yang melaju tidak jauh di belakangnya.
"Aku sangat yakin jika Rebel memerintahkan bawahannya untuk menutup semua akses kota. Kita tidak akan bisa keluar dari kota ini dengan mudah."
"Kau benar. Rebel tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja."
Zac mengamati beberapa layar yang menunjukkan kediaman pasukan Larson. "Pasukan Tuan Xander dan keluarga Hillborn sedang melakukan penyerangan pada pasukan Cortez dan Larson. Larson dan Tuan Robbins berada di bawah jurang. Aku sangat yakin Rebel memerintahkan bawahannya yang berada di hutan untuk menghabisi Larson dan Tuan Robbins."
"Dari kejadian ini, Rebel bisa menyimpulkan jika kelompok Pedang Ganda Silang memiliki hubungan dengan Tuan Xander. Rebel kemungkinan akan mengabarkan hal ini pada Hector dan Hugh sebagai sekutunya."
Sementara itu, Xylo dikejutkan oleh pertarungan di kediaman pasukan Larson. "Apa yang terjadi di tempat ini? Bukankah orang-orang itu adalah pasukan Tuan Rebel?"
Xylo berdecak. "Apa mungkin Tuan Rebel ingin menghabisi pasukan Larson? Itu berarti ... dia juga ingin menghabisiku."
Sementara itu, Cortez dan beberapa pasukannya berhasil menyelamatkan diri dari kejaran pasukan musuh. Mereka terus menjauh dari hutan dengan cepat.
"Aku baru mendapatkan informasi dari salah satu asisten Tuan Rebel," ujar seorang pria yang duduk di samping Cortez.
"Apa yang dia katakan?" tanya Cortez seraya mengamati keadaan hutan. Ia mengkhawatirkan keadaan Larson saat ini.
"Larson sudah berkhianat. Orang-orang yang dia bawa juga sudah berkhianat, termasuk seorang pria yang berpura-pura sebagai Tuan Larvin."
Cortez sontak terkejut meski ia sudah mencurigai hal ini sebelumnya. Akan tetapi, ketika hal ini menjadi kenyataan, ia tidak ingin menerimanya.
"Tuan Rebel meminta kita untuk menghabisi Larson dan seluruh pasukannya."
"Apa?" Cortez seketika membeku, melotot tajam. Ia merasakan sekujur tubuhnya mematung, tetapi jantungnya justru berdetak sangat cepat seperti akan meledak.
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.