Mentari Senja, gadis desa yang berusia 18 tahun. Anak terakhit dari pasangan Jaka dan Santi. Dia merupakan salah satu gadis yang menjadi primadona di desanya. Dia mempunyai keluarga yang sederhana dan ayah yang sangat disayanginya. Mentari adalah sosok gadis yang lembut, cantik dan pendiam serta sangat menuruti permintaan sang ayah. Namun siapa sangka Mentari tiba-tiba saja dijodohkan oleh sang ayah dengan sosok lelaki yang dia tidak kenal sama sekali. Dia terpaksa harus menerima perjodohan itu demi kesembuhan sang ayah. Mengubur semua cita-citanya selama ini dan harapannya untuk melanjutkan pendidikan. Hidup dengan seorang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya, tapi tidak pernah dianggap dan dicintai.
Chapter 27
Melihat Mentari terdiam menatap ke arah dirinya, Willie merasa bingung dengan sedikit mengerutkan dahinya.
“Mentari” panggil Willie pada gadis itu.
“Ah.. iya kak” ucap Mentap gelagapan.
“Ngapain lu lihatin gua kayak gitu” ucap Willie ketus.
“Nggak, kakak nanya apa tadi?”
“Lu lagi ngapain?” tanya Willie ketus.
“Tari lagi masak kak, untuk sarapan kita” ujar Mentari.
Willie hanya menatap gadis itu, lalu melangkah kembali masuk dalam kamarnya.
“Kak tunggu” ucap Mentari.
“Apa lagi?” ucap Willie membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Mentari.
“Kak Willie yang makan semua makanan tadi malam?” tanya Mentari takut-takut.
“Nggak, tikus kali yang makan semua masakan lu” ucap Willie ketus.
“Dah gua mau mandi.”
Willie langsung saja berjalan cepat masuk dalam kamar sebelum Mentari bertanya lebih lagi.
.
Sekarang Mentari sudah selesai mandi, sudah selesai memakai seragam juga. Tak lupa ia langsung menselempangkan tasnya di bahunya. Mentari melihat ke arah pintu kamar Willie yang masih tertutup.
Tok… Tok…
“Kak Willie...”
“Kakak udah selesai?” teriak Mentari di depan kamar Willie.
Mentari mencoba untuk mengetok pintu kamar itu kembali, karena tidak ada jawaban dari Willie.
“Apa?” ucap Willie ketus setelah membuka pintu kamarnya.
“Kita sarapan dulu yuk kak” ajak Mentari lembut.
“Lu duluan aja, gua mau ambil tas dulu” Willie masuk ke dalam kamarnya.
Mentari langsung saja melangkahkan kakinya menuju ke meja makan. Mentari mengambil piring dan meletakkan roti bakar diatas piring tersebut untuk sang suami. Kemudian Mentari menuangkan segelas susu untuk Willie.
Mereka berdua sarapan bersama tanpa ada yang bicara satu sama lainnya.
“Lu berangkat pakai taksi online aja ya” ucap Willie Ketus.
“Tapi aku nggak tau alamat di sini kak” ucap Mentari.
“Nggak usah manja lu” ucap Willie ketus.
“Iya kak” ucap Mentari lemah.
Setelah 10 menit mereka sarapan, Willie langsung saja menyandang tasnya. Cowok itu langsung saja melangkah kankakinya menuju ke pintu apartemen.
“Gua duluan” ucap Willie,, ia keluar dari apartemen tersebut.
Mentari hanya bisa mengelengkan kepala melihat sikap suaminya itu, karena tidak ingin telat sampai di sekolah Mentari langsung saja memesan taksi online dan keluar dari apartemen.
Karena jarak dari apartemen Willie lumayan jauh jika dibandingkan dengan jarak dari rumah Willie ke sekolah, sehingga membuat Mentari menghabiskan waktu di jalan selama 40 menit.
Kini Mentari sudah sampai di sekolah dan berjalan di koridor menuju kelasnya.
“Hai Queen” sapa Mentari pada Queen.
“Lu kemana kemarin Tar?” tanya Queen dengan menatap gadis itu tajam.
“Gua ada acara keluarga” jawab Mentari tersenyum.
“Tapi kenapa lu llibur, kak Willie juga nggak ada datang ke sekolah ini? Sedangkan kak Geral dan kak Gibran datang seperti biasa” ucap Queen, yang langsung membuat Mentari langsung terdiam.
“Gua juga ke rumah kak Willie waktu itu dan kak Geral bilang lu juga tinggal disana” ucap Queen.
“Lu ada hubungan apa sama kak Willie?” tanya Queen.
Mentari hanya bisa terdiam saja, sejak Queen berbicara tentang Willie yang juga tidak datang ke sekolah ini kemarin sampai gadis itu berbicara kalau ia tinggal di rumah Willie. Terakhir Queen bertanya apa hubungan dia dengan cowok itu, Mentari juga hanya dapat terdiam saja.
Mentari tidak tahu akan menjawab apa, dan bagaimana cara untuk menjelaskan pada teman sekaligus adik sepupu suaminya.
“Kenapa lu diam aja” ucap Queen.
“Mungkin kak Willie ada urusan di kampusnya kemarin, makanya ia tidak datang kesini. Kalau gua libur karena memang ada acara keluarga” jelas Mentari.
“Kan gua minta izinnya sama lu” lanjut Mentari, ia berusaha untuk bersikap biasa saja.
“Tapi gua kemarin ke rumah kak Willie katanya bibi dia pindah ke apartemen dengan istrinya” ucap Queen.
Mentari langsung saja terkejut mendengar kalau asisten rumah tangga suaminya itu menyebut Willie pindah dengan istrinya.
“Terus hubungan-nya sama gua apa Queen?” tanya Mentari dengan wajah polosnya.
Saat Queen ingin berbicara lagi tiba-tiba guru yang mengajar di kelas mereka masuk.
“Udah lah Queen gua nggak ada hubungannya sama kak Willie” ujar Mentari.
.
.
Sedangkan Willie yang saat ini berada di kelas langsung saja mendapat tatapan penuh intimidasi dari kedua sahabatnya, yaitu Gibran dan Geral.
“Kemana lu kemarin?” tanya Geral berbisik dari belakang.
Willie hanya diam saja, ia tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Cowok itu sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.
“Woii kupret, gua ngomong sama lu” ucap Geral meninggikan suaranya.
“Geral apa yang kamu lakukan” bentak Pak Hardi, dosen yang sedang mengajar di kelas mereka.
“Nggak pak, saya hanya minjam pulpen sama Willie tadi” ucap Geral sambil tertawa renyah.
“Mampus lu” ejek Willie.
Gibran hanya menatap Willie tajam, dia semakin yakin kalau di antara Willie dan juga Mentari ada hubungan. Kenapa waktu libur mereka bisa samaan, dan juga Willie libur tanpa ada kabar sama sekali.
Mereka bertiga pun kembali fokus untuk menerima pelajaraan yang diberikan pak Hardi. Walau pun Willie tidak suka dengan mata kuliah sesi ini, namun ia tetap berusaha untuk fokus menerima pelajaran itu.
.
Kelas pertama mereka pun telah selesai, Willie dan juga Gibral serta Geral memutuskan untuk pergi ke sekolah mereka dulu untuk kembali membahas persiapan acara mereka.
Karena kemarin Willie tidak hadir, beberapa persiapan tertunda. Mereka bertiga memutuskan untuk ke kantin. Sebab saat ini adalah jam istirahat pertama bagi semua siswa.
Seperti biasa, pasti Natasya juga berada di samping Willie jika di sekolah ini.
“Sayang, aku kemarin beliin jam untuk kamu loh. Aku yakin pasti kamu bakalan suka, kamu pakai jamnya ya” ucap Natasya sambil memasangkan jam itu di pergelangan tangan Willie.
“Kamu kenapa pake beliin aku jam segala sih, kan kartu itu aku kasih untuk kamu belanja sayang” ucap Willie sambil mengelus lembut pipi Natasya.
“Ya nggak papa, kan aku juga mau beliin kamu sesuatu” ucap Natasya dengan manja.
“Makasih ya sayang” ucap Willie lembut.
“Kamu suka kan?”
“Apa pun yang kamu belikan aku pasti suka” ucap Willie sambil tersenyum.
“Alah paling beliinnya pake uang Willie juga” ceplos Geral yang langsung mendapat tatapan tajam oleh Willie.
“Ngomong apa lu?”
“Nggak, gua mau minjem uang lu Willie buat beli jam kayak gitu juga” elak Geral dengan alasan bodohnya.
“Sejak kapan seorang Geral, anak tunggal dari keluarga terkaya nomor tiga di Jakarta minjam uang sama orang lain” ucap Willie tidak percaya.
“Alah pelit banget lu, bilang aja lu nggak mau pinjamin gua uang.”
“Udah gua nggak jadi minjem duit lu!” ucap Geral ketus.
Natasya yang paham kalau Geral sedang menyindir dirinya menatap tajam ke arah cowok itu sambil mengepalkan sebelah tangannya.
‘Awas aja lu ya Geral, berani-beraninya lu ngomporin Willie’ batin Natasya.
Disudut kantin tersebut ada sekelompok orang yang terus saja memerhatikan mereka, dan salah satu dari mereka mengempalkan tangan kuat melihat interaksi antara Willie dan juga Natasya.
“Sialan lo Willie,, lihat aja bakalan gua balas nanti” gumam seseorang tersebut dengan tatapan matanya yang dipenuhi oleh kebencian.
Bersambung…
karna merasa ga respect dn ga suka dgn peran mentari terlalu lebay💯%