NovelToon NovelToon
Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Permainan Kematian / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP
Popularitas:552
Nilai: 5
Nama Author: Dev_riel

Sebuah kota dilanda teror pembunuh berantai yang misterius.
Dante Connor, seorang pria tampan dan cerdas, menyembunyikan rahasia gelap: dia adalah salah satu dari pembunuh berantai itu.
Tapi, Dante hanya membunuh para pendosa yang lolos dari hukum.
Sementara itu, adiknya, Nadia Connor, seorang detektif cantik dan pintar, ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuh berantai ini.
Nadia semakin dekat dengan kebenaran.
Ketika Nadia menemukan petunjuk yang mengarah ke Dante, dia harus memilih: menangkap Dante atau membiarkannya terus membunuh para pendosa...
Tapi, ada satu hal yang tidak diketahui Nadia: pembunuh berantai sebenarnya sedang berusaha menculiknya untuk dijadikan salah satu korbannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dev_riel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyelidikan di Mulai

Aku bersiul. Ini nyaris seperti hasil bedah. Si pembunuh melakukan tugasnya dengan sangat baik---sebaik aku.

"Bersih sekali," komentarku. Dan memang demikian. Bahkan boleh dibilang sangat rapi. Tidak pernah aku lihat mayat sebersih, sekering dan serapi ini. Indah dilihat.

"Rapi dan bersih. Tapi belum selesai." Jawab Alejandro.

Aku tatap lebih dalam ke balik kantong. Tidak ada yang bergerak. "Cukup final kalau menurut aku, Alejandro."

"Lihat ini, bagian kaki yang di potong jadi empat bagian... hampir seperti menggunakan penggaris atau apa, kan? Tapi yang ini... hanya di potong jadi dua bagian. Menurut aku bagaimana bisa?" Kata Alejandro.

"Entah, mungkin Detektif Sofia Ramirez bisa mengungkapkannya."

Alejandro menatapku sekilas. "Mungkin saja. Kenapa kamu tidak tanya sendiri saja?" Alejandro berkata, lalu kembali bertugas.

"Baiklah."

Beberapa tahun belakangan tersiar gosip bahwa Detektif Sofia Ramirez berhasil masuk Bagian Pembunuhan lantaran tidur dengan seseorang. Kalau melihat penampilan sekilas, orang cenderung percaya demikian.

Begitu cantik dan seksi dengan gaya cemberut dan aristokratis. Ahli bersandar serta pandai memilih busana.

Tapi aku tidak percaya gosip itu. Pertama, meski nampak sangat feminim, aku tidak pernah bertemu wanita yang jiwanya semaskulin dia. Sofia Ramirez di kenal keras, ambisius dan egois dengan kelemahan tunggal terhadap lelaki tampan ala model majalah berusia lebih muda.

Jadi aku yakin dia tidak masuk Bagian Pembunuhan bermodal seks semata.

Sofia Ramirez sangat pandai menjilat. Bahkan terhitung kaliber tinggi, mulai dari pimpinan sampai penyidik pembunuhan biasa.

Sayangnya, bakat ini tidak disukai di Bagian Pembunuhan Departemen Kepolisian Shadowfall City. Apalagi ditambah kemampuan detektifnya yang sangat payah.

Ketidakmampuan cenderung dihargai lebih besar asal kompensasinya bagus. Lagipula, aku bekerja di bawah komandonya, jadi harus pandai-pandai bersikap agar disukai.  Ini tidak mudah.

Semua orang bisa tampil memukau kalau tidak keberatan berpalsu ria---dengan mengatakan hal-hal bodoh, jelas dan memuakkan yang ditahan kebanyakan orang atas dasar pertimbangan nurani. Tapi aku tidak punya nurani, jadi tidak ada beban.

Aku lihat kelompok kecil dekat kafe. Sofia sedang mewawancarai seseorang. Lelaki yang di wawancara sofia bertubuh pendek kekar, berkulit hitam. Tampak terintimidasi dengan nada bicara yang menekan plus lencana polisi Sofia. Pria itu berusaha tidak menatap lawan bicaranya, yang malah membuat Sofia berceloteh cepat.

"Tidak ada orang di luar saat kejadian.  Semua berada di kafe." Jawab si lelaki lemah.

"Anda sendiri berada dimana waktu itu?" Desak Sofia.

Si lelaki melirik kantong potongan mayat, lalu cepat berkata lagi. "Di dapur. Lalu saya membuang sampah."

Sofia terus mendesak. Menekan dengan siksaan verbal, menanyakan hal-hal yang semestinya tidak ditanyakan dengan nada keras mengintimidasi,  sampai perlahan si lelaki sebal dan akhirnya bersikap nonkooperatif.

Benar-benar sentuhan ahli, pikirku ironis. Membuat marah saksi kunci sampai enggan bekerja sama. Mengacaukan kasus dalam beberapa jam pertama agar menghemat waktu dan pembuatan laporan. Hebat.

Sofia mengakhiri wawancara dengan ancaman, lalu mengizinkan si lelaki pergi.

Sofia melongok dan menatapku dari atas ke bawah perlahan-lahan, sementara aku bengong bertanya-tanya kenapa dia bersikap demikian. Apa dia lupa wajahku? Sofia tersenyum lebar sesaat kemudian. Dia memang menyukai ku.

"Halo, Dante. Kenapa kemari?"

"Aku dengar kamu disini, aku jadi ingin bertemu. Tolong katakan, Detektif, kapan kamu mau menikahiku?"

Sofia terkikik geli.

"Aku tidak pernah beli sepatu tanpa mencoba lebih dulu. Tidak peduli sebagus apa pun. Sekarang pergilah. Kamu mengganggu. Aku sedang kerja serius." Jawab Sofia.

"Sepertinya begitu. Sudah berhasil menangkap si pembunuh?"

"Pertanyaan kamu seperti reporter saja."

"Kamu akan bilang apa jika para reporter itu datang?"

Dia menatap kantong plastik berisi potongan mayat dengan kening berkerut. Bukan lantaran mual, tapi sedang membayangkan ke mana kasus ini akan mengantar kariernya.

"Hanya soal waktu sampai si pembunuh membuat kesalahan dan kami tangkap..."

"Jadi maksudnya, selama dia belum membuat kesalahan, kamu tidak punya petunjuk apa pun. Lebih suka menunggu sampai dia membunuh lagi sebelum bertindak lebih jauh. Begitu?"

Sofia menatapku tajam. "Aku jadi lupa, kenapa bisa aku suka padamu ya?"

Aku hanya mengangkat bahu.

"Yang kita dapat sekarang adalah tidak ada. Orang itu, dia menemukan mayat korban saat membuang sampah restoran. Awalnya tidak mengenali kantong itu, terus dibuka salah satu untuk melihat apakah ada makanan yang masih bagus. Malah dapat potongan kepala."

Dia melihat berkeliling dengan kening berkerut. Mungkin berharap ada petunjuk yang tau-tau muncul dan dia yang pertama memanfaatkannya.

"Begitu saja. Tidak ada yang melihat atau mendengar apa pun. Tidak seorang pun. Aku terpaksa menunggu kawan-kawan anehmu untuk memproses TKP sebelum memastikan lebih jauh.

"Detektif," panggil sebuah suara di belakang kami. Kapten Jackson Miller muncul. Ini berarti kawanan reporter akan datang tidak lama lagi.

"Halo, Kapten." Sapa Sofia Ramirez.

"Aku sudah minta petugas Nadia untuk menjaga semua yang terlibat dalam kasus ini. Dalam kapasitasnya selaku petugas menyamar, dia memegang sumber daya di komunitas pelacuran yang dapat membantu menuntaskan masalah." Kata Sang Kapten.

"Kapten, aku yakin tidak harus serepot itu," bantahan sofia.

Kapten Jackson mengedip sebelah mata sambil meletakkan satu tangan ke bahu Sofia.

"Rileks saja, Detektif. Dia tidak akan ikut campur melangkahi komandomu. Sekedar melapor jika memang ada yang perlu di laporkan, seperti saksi misalnya. Almarhum ayahnya seorang polisi hebat. Oke?" Katanya lagi. Sang Kapten meluruskan dasi, memasang tampang serius, lalu berjalan menghampiri mobil van reporter TV Channel 7.

"Keparat." Desis Sofia.

Entah ini di maksudkan semata-mata observasi umum atau memang ditujukan buat Nadia, tapi aku pikir sudah saatnya menjauh. Sebelum Sofia ingat bahwa Opsir keparat yang di sebutnya barusan notabene adalah adikku sendiri.

Saat bergabung dengan Nadia, Kapten Jackson sedang bersalaman dengan Alex Rivera dari Channel 7. Alex adalah kampiun jurnalisme "peristiwa berdarah yang menguntungkan " ala Shadowfall City. Jenis manusia favorit aku. Tapi kali ini, dia bakal kecewa.

Sekilas kulitku merinding lagi. Sama sekali tidak ada darah.

"Dante, aku sudah bicara dengan Kapten Jackson. Dia mengizinkan aku menangani kasus ini." Ujar Nadia.

"Aku sudah dengar, hati-hati." Anggukku.

Matanya berkedip tidak paham. "Bicara apa loe bg?"

"Sofia."

Nadia mendengus sebal. "Dia."

"Ya, dia. Kamu tau dia benci sama kamu. Dia juga tidak mau kamu dekat-dekat daerahnya."

"Biar dia rasa sekarang. Perintah Kapten bilang lain."

"Dan dia sudah menghabiskan lima menit mencari cara mengatasi perintah itu. Jadi tolong hati-hati Nad."

Nadia angkat bahu. "Kamu dapat info apa?"

Aku menggeleng. "Belum. Sofia juga tidak. Tapi Haruki bilang..." Aku berhenti. Membicarakannya saja rasanya sudah kelewat pribadi.

"Haruki bilang apa?"

"Tidak penting, Nad. Cuma detail kecil. Entah apa maksudnya."

"Tidak akan jelas sebelum kamu bilang, Dante."

"Tampaknya... tidak ada darah di mayat itu. Sama sekali tidak ada. Kering kerontang. Bersih."

Nad terdiam sebentar. Termenung. Berpikir. "Oke, aku menyerah. Apa maksudnya?"

"Terlalu cepat menyimpulkan sekarang." Jawabku.

"Tapi kamu pikir ada maksudnya kan?"

Kalau pun ada, maknanya hanya seperti sakit kepala yang muncul sebentar. Terasa ringan. Buatku pribadi, maknanya adalah sensasi gatal dan dorongan untuk mencari tau lebih banyak tentang si Pembunuh.

Bukan hal yang mudah dijelaskan pada Nadia, kan? Jadi aku katakan begini, "Mungkin, Nad. Mungkin saja?"

1
Yue Sid
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
Dev_riel: Besok kelanjutannya ya😄🙏
total 1 replies
🔥_Akane_Uchiha-_🔥
Cerita seru banget, gak bisa dijelasin!
Dev_riel: Makasih🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!