NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Belanja Bulanan

Begitu kedua sahabatnya berpamitan, Danial memilih masuk kedalam kamar nya. Begitu hendak menarik gagang pintu, Danial mendengar teriakan dari kamar Meldy.

"Aaaaa." Suara teriakan Meldy dari dalam kamar.

Danial yang khawatir kalau sampai terjadi apa-apa dengan Meldy, menghampiri dan mengetuk pintu kamar Meldy.

"Mel, lo kenapa?." Danial membuka pintu ternyata terkunci.

"Mel, Meldy."

"Kak Danial tolong gue." Teriak Meldy dari dalam kamar, semakin membuat Danial panik.

Tanpa pikir panjang, Danial berusaha mendobrak pintu kamar, tapi beberapa kali percobaan pintu tak kunjung terbuka. Ternyata suara teriakan Meldy sampai kelantai bawah dan didengar oleh mbak Siska.

"Den, non Meldy kenapa?." Tanya mbak Siska tak kalah khawatir nya dari Danial.

"Nggak tau mbak, dari tadi teriak-teriak aja. Kunci kamar ini ada satu lagi kan mbak?." Tanya Danial, dia ingat masing-masing ruangan dirumah itu memiliki kunci duplikat.

"Ada den, tunggu mbak Siska ambil." Mbak Siska bergegas mengambil kunci duplikat dan memberikan kepada Danial.

Tanpa membuang waktu lagi, Danial langsung membuka pintu kamar Meldy itu. Dilihatnya Meldy sudah berdiri diatasi kursi meja riasnya.

"Ada apa Mel?." Tanya Danial, didalam pikiran nya ada orang jahat disana. Tapi, ternyata Meldy hanya sendirian.

"Tikus kak." Mendengar jawaban itu, barulah Danial dan mbak Siska merasa lega.

"Kenapa diam aja, cari dong kak." Ucap Meldy melihat Danial dan mbak Siska berdiri mematung di depan pintu.

"Tikus doang, lo heboh nya kayak gitu. Jantung kita hampir copot tau nggak, takut terjadi apa-apa sama lo. Kalau gua atau mbak Siska mengidap penyakit jantung gimana, mau tanggung jawab lo?." Danial mengomeli Meldy. Istrinya itu masih diatas kursi dengan sebuah guling ditangannya. Seperti akan menyerang musuh.

"Tikus doang lo bilang? Doang? Tikus itu hewan paling menjijikkan tau nggak." Meldy tak terima.

"Mana tikus nya? Nggak ada. Rumah ini bersih tau, nggak mungkin ada tikus."

"Buktinya gue lihat tadi. Buruan cari kak, gue geli sumpah."

"Nggak. Lo cari sendiri." Danial meninggalkan kamar Meldy.

"Mbak Siska bantu Meldy dong. Kalau tikus nya keluar lagi gimana?." Harapan Meldy tinggal mbak Siska seorang.

"Nggak mungkin ada tikus loh non, orang mbak Siska bersih kan kamar nya tiap hari." Mbak Siska mulai melihat ke sekeliling kamar Meldy. Mencari tikus yang kata Meldy ada di sana.

"Tuh mbak, tadi lari nya ke kolong kasur. Coba deh mbak Siska lihat."

Mbak Siska melihat kebawah kolong kasur Meldy, tapi hasilnya tetap sama, hewan kecil itu tak ada disana. "Mana non? Nggak ada."

"Lihat lagi deh mbak, tadi Meldy lihat disana larinya. Atau dia pindah kebawah lemari."

"Ya nggak mungkin lah non. Udah ah, ayo non turun." Mbak Siska mengulurkan tangannya kearah Meldy.

"Yakin nggak ada mbak?." Tanya Meldy memastikan.

"Yakin, ayo turun."

"Yakin nih? Kalau dia keluar gimana?." Meldy masih tak percaya, kalau tikus yang dia lihat itu sudah tak ada lagi didalam kamar nya itu.

"Kan ada mbak Siska. Nggak gigit kok tikus itu."

"Geli tau mbak." Meldy berusaha yakin dengan mbak Siska. Walaupun hatinya berkata kalau tikus itu benar-benar masih ada dikamar itu.

"Kalau non masih takut, keluar aja dulu. Biar kamar nya mbak Siska bersihkan lagi, sekalian seprainya mbak Siska ganti." Ucap mbak Siska.

"Ya udah deh, dari pada nanti tikus nya keluar lagi. Meldy keluar ya mbak, maaf merepotkan mbak Siska." Ucap Meldy, tak enak merepotkan mbak Siska.

"Nggak apa-apa non, ini kan memang sudah jadi tugasnya mbak Siska. Nanti kalau sudah mbak panggil ya."

"Terimakasih ya mbak." Meldy keluar dari kamar nya, rasa geli itu masih ada.

Meldy turun kelantai bawah, berjalan menuju kolam renang yang ada disamping rumah. Duduk dipinggir kolam renang itu, Meldy memasukkan kakinya kedalam air.

Tak ada kegiatan lain, Meldy memilih menikmati waktu sorenya dengan bermain air. Walaupun hanya sebatas kakinya saja yang basah.

Tanpa Meldy sadari, ternyata Danial memperhatikan nya dari balkon kamarnya.

"Kalau diperhatikan ternyata tuh anak cantik juga ya. Tapi, ketutupan sama mulut cerewet nya." Gumam Danial. Matanya, tak bisa beralih dari Meldy.

Entah kenapa, hatinya meminta Danial untuk menghampiri Meldy. Duduk disamping istrinya itu dipinggir kolam renang.

"Apa sih yang lo pikirin Danial. Kalau lo samperin yang ada kalian pasti ribut." Danial kembali masuk kedalam kamarnya.

°°

Meldy membuka kulkas, berniat untuk masak makan malam untuk mereka nanti. Tapi, sayang nya tak ada satupun bahan masakan yang tersisa.

"Mbak Siska belum belanja ya?." Tanya Meldy kepada mbak Siska.

"Belum non, rencananya sih besok." Jawab mbak Siska. "Non mau makan apa? Kalau emang bahannya nggak ada biar mbak Siska beli di warung depan komplek."

"Nggak usah deh mbak, sekalian aja belanjanya." Meldy pergi kekamar Danial. Mau bagaimana pun, laki-laki itu adalah kepala keluarga dirumah itu.

Dan kebetulan sekali Danial keluar dari kamarnya, jadi Meldy tak perlu capek-capek untuk mengetuk pintu.

"Mau kemana lo?." Tanya Meldy.

"Urusan sama lo apa?."

"Nggak ada sih. Mau kemana?."

"Nongkrong." Jawab Danial, memakai jaket kulit miliknya.

"Besok aja, sekarang lo temanin gue ke supermarket."

"Ngapain?."

"Belanja bulanan."

"Harus?."

"Ya harus lah, kalau nggak lo mau makan pake apa?."

"Gofood kan bisa."

"No, kita harus belanja." Meldy menahan langkah Danial.

"Ribet banget sih."

"Ribet apa nya, tugas lo cuma ngikutin gue, bawain belanjaan gue, trus bayar deh."

"Trus tugas lo apa?, Kalau semuanya gue."

"Tugas gue mikirin apa yang mau dibeli."

"Itu doang?."

"Iya." Meldy mengangguk. "Ayolah, lama banget sih." Meldy menarik tangan Danial.

"Mau pake motor?." Tanya Meldy, saat Danial sudah menaiki motor.

"Pake mobil?."

"Gimana bawa belanjaan kalau pake motor pintar."

"Mau belanja sebanyak apa lo?."

"Untuk satu bulan, lo bayangin aja."

Danial pasrah, mengambil kunci mobil dan mereka menuju supermarket yang tak jauh dari rumah.

Sesampainya di supermarket, Danial bertugas mendorong keranjang belanjaan. Berjalan menelusuri satu persatu lorong, Meldy memilih barang-barang yang menurutnya diperlukan.

"Lo make shampoo apa kak?." Tanya Meldy, saat ini mereka sedang berada di lorong persabunan.

"Nih." Danial menunjuk shampoo yang biasa dia pake.

"Dua cukup?." Tanya Meldy.

"Cukup."

"Sabun nya mau yang mana?."

"Yang mana aja."

"Oke, samain sama gue ya." Meldy mengambil dua botol sabun cair untuk mereka berdua.

"Lo sering belanja kayak gini?." Tanya Danial.

"Sering lah, dulu gue belanjanya sama kak Melvin." Jawab Meldy, matanya masih fokus melihat-lihat mana yang akan dia ambil.

"Kenapa nggak suruh bibi aja?."

"Bibi udah tua, nggak mungkin kan gue suruh bawa belanjaan sebanyak ini." Jawab Meldy. Danial melihat isi keranjang mereka dan ternyata sudah hampir penuh.

"Mau ini nggak? Cemilan." Tanya Meldy lagi, setiap ingin mengambil sesuatu pasti Meldy bertanya dulu kepada Danial. Karena dia belum tau apa yang disukai dan apa yang tidak Danial suka. Kalau dulu sih sama Melvin, tinggal ambil aja karena sudah tau apa kesukaan kakaknya itu.

"Boleh, lo ambil aja apa yang lo suka." Jawab Danial, ada rasa bahagia dihatinya menemani Meldy belanja seperti ini.

"Ada lagi nggak kak? Mana tau ada yang ketinggalan." Tanya Meldy.

"Nggak tau lah Mel, kan lo yang paling paham urusan dapur."

"Kayaknya udah deh, kita bayar yok kak." Akhirnya mereka berjalan kemeja kasir.

Sambil menunggu petugas kasir menghitung belanjaan mereka, Danial mengambil dua buah ice cream untuk mereka berdua. Meminta petugas kasir menghitung ice cream itu, lalu Danial memberikan satu untuk Meldy.

"Nih buat lo." Danial menawarkan ice cream untuk Meldy.

"Terimakasih." Jawab Meldy dengan senyum. Senyuman yang menurut Danial begitu manis.

Selesai menghitung belanjaan mereka, dibantu oleh petugas supermarket itu mereka membawa belanjaan kedalam mobil.

"Mau makan dulu nggak?." Tanya Danial, dari siang mereka belum makan, dan tadi sudah keliling supermarket. Pasti capek dan lapar.

"Boleh deh kak. Tapi gue ya, yang milih tempat makan nya." Meldy mengarahkan Danial kesebuah pedagang kaki lima. Berhenti didepan gerobak pedagang ketoprak.

"Mau makan disini?." Tanga Danial.

"Lo nggak suka ya?."

"Nggak, cuma nggak biasa aja." Jawab Danial jujur. Dia memang jarang makan ditempat seperti itu.

"Atau kita cari restoran aja?." Tanya Meldy.

"Nggak usah, kita makan disini aja."

"Yakin? Nanti lo nggak suka."

"Udah, nggak apa-apa kok. Ayo turun." Walaupun tak yakin, Danial tetap turun dari mobil nya diikuti Meldy.

"Kak, kalau lo nggak suka nggak usah deh, kita cari tempat lain aja yok." Ucap Meldy.

"Nanggung, udah sampai disini juga." Danial memesan dua ketoprak untuk mereka. "Pak, ketoprak dua porsi ya."

"Baik mas."

Danial menduduki kursi kosong yang tersedia disana.

Begitu ketoprak yang mereka pesan datang, Meldy langsung menyantap ketoprak itu dengan lahap. Tapi beda dengan Danial, laki-laki itu tampak ragu memasukan ketoprak kedalam mulutnya.

"Kenapa kak? Mau gue suapin?." Tanya Meldy.

"Nggak, gue bisa sendiri."

"Kelamaan, sini." Meldy mengaduk ketoprak dipiring Danial, lalu menyuapkan satu sendok kedalam mulut suaminya itu.

"Gimana? Enak kan?." Tanya Meldy. Danial mengunyah perlahan ketoprak itu, mencari rasa enak yang dikatakan Meldy.

Satu kali kunyah, dua kali, tiga kali.... Memang, rasanya memang enak. Lalu Danial mengambil satu sendok lagi untuk dimakan.

"Enak." Ucap Danial.

"Kaaan, gue bilang gue apa." Meldy tersenyum melihat Danial dengan lahapnya menghabiskan satu piring ketopraknya.

"Bungkus boleh nggak?." Tanya Danial, dia akan membeli lagi untuk dimakan nanti. Sebenarnya dia ingin menambah sekarang, tapi perutnya sudah kenyang.

"Untuk siapa kak?."

"Untuk gue lah."

"Ha? Masih belum kenyang lo? Porsi ketoprak nya udah banyak loh kak." Tanya Nayra, heran.

"Udah, jangan banyak protes. Minta bungkusin sana." Meldy menurut.

Begitu selesai makan dan pesanan mereka sudah jadi, barulah mereka melanjutkan pulang kerumah.

1
Irha Sila
Luar biasa
sjulerjn29
masa bundanya cemburu liat anak sama bapaknya sih🤭
sjulerjn29
seru ya punya sodara kembar
Mericy Setyaningrum
suka nih kalo yg bawa bawa motor sport
cetom😘😘
bunda dian siapa torrr
Eca99: bunda Kanaya maksudnya kak, typo😁😁
total 1 replies
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!