NovelToon NovelToon
Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Adik Iparku, Mantan Kekasihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Amy Zahru

Karma? Apa benar itu yang terjadi padaku? Disaat aku benar-benar tidak berdaya seperti ini.

Bagaimana mungkin aku meghadapi sebuah pernikahan tanpa cinta? Pernikahan yang tidak pernah ku impikan. Tapi sekali lagi aku tak berdaya. Tidak mampu menentang takdir yang ditentukan oleh keluarga. Pria yang akan menikahiku...aku tidak tahu siapa dia? Seperti apa sifatnya? Bagaimana karakternya? Aku hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Aku sebenarnya masih menunggu seseorang dari masa laluku. Seorang pria yang sangat ku cintai sekaligus pria yang telah ku lukai hatinya. Nando Saputra, mantan kekasihku yang telah memutuskan pergi dariku setelah aku dengan tega mengusirnya begitu saja.

Sekarang rasa menyesal kembali menghatuiku saat ku tahu sebuah fakta yang lebih mengerikan...dia Nando, pria yang selama ini ku rindukan adalah adik dari pria yang menikahiku. Rasanya aku ingin bunuh diri saat ini juga....!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amy Zahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Kenangan yang Diselipkan

Hari-hari menjelang pentas seni membuat kampus terasa seperti sarang lebah. Semua sibuk, semua bergerak cepat. Mahasiswa baru berlatih yel-yel, panitia memasang dekorasi, sementara aula besar nyaris tak pernah sepi karena latihan band, drama, hingga tari.

Aku semakin sering berada di sana—alasan resmi “menemani Nando.”

Alasan sebenarnya? Aku ingin mencuri momen.

 ---

Band Nando sedang berlatih sore itu. Rafa mengutak-atik gitar, Ale mengetukkan stik ke kursi, Kenzi merapikan nada piano, sementara Egi sibuk menyetem bas. Nando berdiri di depan mikrofon, wajahnya serius.

Aku duduk di kursi belakang, berpura-pura membaca buku, tapi sesungguhnya mataku tak pernah lepas darinya.

“Coba lagi dari reff,” kata Rafa.

Nando mengangguk, lalu menarik napas. Saat suaranya meluncur, aku merasakan sesuatu menusuk dadaku—suara itu begitu mirip dengan masa lalu kami.

Spontan aku bergumam pelan, hampir tanpa sadar:

“Kau masih suka bernyanyi kalau sedang gelisah…”

Nando berhenti sejenak, menoleh padaku. “Apa, Kak?”

Aku tersentak. “Ah, nggak… cuma bilang suaramu bagus.”

Dia mengernyit kecil, seolah ada sesuatu di benaknya yang ingin keluar, tapi tak berhasil. Lalu ia kembali bernyanyi.

Hatiku berdegup. Sedikit lagi… sedikit lagi, mungkin dia bisa ingat.

Saat jeda, aku sengaja mendekat dengan sebotol air.

“Nando, minum dulu. Kamu dulu selalu kehausan setiap kali latihan band…”

Lidahku kelu. Untung aku cepat mengubah kalimat: “Maksudku, aku kira semua orang pasti haus kalau nyanyi lama.”

Dia menerima botol itu sambil tersenyum singkat. Tapi aku melihat jelas—ada garis tipis di dahinya, tanda ia berusaha mengingat sesuatu.

Di sisi lain aula, Bella sibuk mengatur dekorasi. Clipboard di tangannya penuh coretan. Ia bolak-balik memberi instruksi pada kru: memasang kain latar, mengecek pencahayaan, menyusun kursi.

Kadang, dia melirik ke arah Nando. Tatapannya penuh bangga.

Dan setiap kali aku menangkap itu, dadaku terasa diremas.

Bella menghampiri kami ketika band istirahat.

“Latihannya bagus banget. Kalau tampil nanti pasti pecah,” katanya antusias.

Rafa, Ale, Kenzi, dan Egi kompak mengangkat jempol.

Bella kemudian menoleh ke Nando. “Jangan lupa malam ini latihan tambahan, ya. Aku sudah booking ruangan kecil di belakang perpustakaan.”

“Oh, iya… terima kasih, Bel,” jawab Nando ringan.

Aku merasakan panas merayap di wajahku. Malam? Bersama Bella?

Aku tersenyum tipis, menutupi cemburu yang hampir meledak.

---

Malam itu, aku sengaja menunggu di rumah. Tapi jam bergulir, Nando belum pulang.

Pikiranku kalut. Apakah mereka berdua di sana sekarang? Apakah Bella sedang menemaninya bernyanyi? Atau… lebih dari itu?

Saat akhirnya Nando masuk rumah, aku langsung mendekat.

“Kamu pulang terlambat,” ucapku pelan.

Dia menggaruk kepala. “Latihan tambahan. Maaf, Kak.”

Aku menatap matanya lama. Ada kejujuran di sana, tapi juga ada jarak.

Aku ingin berteriak 'Aku yang lebih dulu bersamamu, Nando! Aku yang tahu semua kebiasaanmu, semua rahasiamu!'

Tapi bibirku hanya mampu berkata, “Jangan sering pulang larut. Kak Ali bisa curiga.”

Dia terdiam. Matanya menunduk, suaranya nyaris berbisik.

“Iya, Kak… aku tahu.”

Malam itu aku tak bisa tidur.

Di kepalaku, bayangan Nando dan Bella terus berputar. Senyum mereka, tawa mereka, kedekatan mereka di kampus… semua membuatku merasa terpojok.

Tapi di tengah kecemasan itu, aku menemukan tekad baru.

Kalau Bella bisa mendekat lewat panggung dan kegiatan kampus, aku juga bisa.

Aku akan masuk lebih dalam ke dunia Nando.

Aku akan gunakan setiap celah—lagu, tempat, bahkan detail kecil dari masa lalu.

Aku akan membuatnya mengingat… meski harus mengorbankan apa pun.

1
Desi Oktafiani
Aku berharap kisah ini tidak berakhir terlalu cepat, cepat update ya!
Dzakwan Dzakwan
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ami Zahru: Terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!