NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENYATAKAN CINTA

Clarisa tersenyum kecut melihat ekspresi William sambil menghembuskan nafas kecewa.

Melihat Clarisa yang kecewa William tersenyum lalu menggodanya.

"Tertipu kau,,,,, mana mungkin aku nolak permintaan kamu!!" ucap William dengan tersenyum.

Mereka berdua tertawa sumringah didalam mobil.

***

Sementara John seakan tak percaya melihat kejadian tadi diluar kantor, yang mana Clarisa menjemput William.

'Hemmmmm ada yang aneh' ucap John menerka dalam hati.

"apa yang sedang mereka rencanakan" imbuh John dengan suara lirih sambil memiringkan wajah.

Sesampainya di Apartemen Clarisa, dia langsung menyuruh William untuk duduk kemudian dia masuk kamar lalu mengerlingkan mata.

Clarisa mencoba gaun yang di beli tadi dan ingin melihat ekspresi William.

Pandangan William nampak tidak berkedip melihat Clarisa memakai gaun merah polos yang sangat menantang.

Bagaimana tidak gaun yang dipakai nampak mencetak tubuhnya yang seksi, gunung kembarnya menyembul keatas seakan menantangnya.

William menelan ludah untuk kesekian kalinya.

"Apakah kamu terpesona?, aku harap Devan juga juga seperti itu ekspresinya," Harap Clarisa sambil membanting tubuhnya diatas kursi.

"Pak Devan beruntung, dicintai oleh wanita secantik kamu," ucap William bersungguh sungguh.

Hati William merasa sakit melihat harapan besar Clarisa terhadap Devandra, namun dia sangat sadar diri siapa dia, seperti langit dan bumi jika dibandingkan dengan Devandra.

***

Waktu pertemuan makan siang dengan keluarga Devandra pun telah tiba.

Arya Soebandra melihat jam di tangan kirinya menunggu Devandra dan Clarisa yang nampak belum menunjukkan batang hidungnya.

"Dimana mereka ini mah, sudah hampir tiga puluh menit kita disini mereka juga belum datang," ucap Arya mendengus kesal sambil menyeruput kopinya yang hampir dingin.

"Sabar pah, paling bentar lagi mungkin masih perjalanan," ucap Nimas mencoba menenangkan suaminya walaupun sebenarnya dia juga sudah tidak sabar menunggunya.

"Apa di telpon aja ya mah suruh cepat kesini," pinta Arya dengan melihat kearah pintu Restoran namum mereka berdua juga belum terlihat.

"Nanti kalau Devan marah bagaimana pah, malah gak jadi kesini," Jawab Nimas yang sangat tau sifat anaknya yang keras kepala dan susah diatur.

"Telpon John aja mah," Ucap Arya sambil terus mendesak Nimas.

Dengan terpaksa Nimas menuruti kemauan suaminya.

Arya dan Devandra bak pinang di belah dua, sama sama keras kepala dan arogan, jika tidak dituruti akan selalu mendesak dan melakukan cara apa pun agar kemauannya bisa di turuti.

Nimas mulai gelisah saat beberapa kali menelpon namum John tak kunjung mengangkatnya.

"Tidak diangkat pah," ucap Nimas sambil terus menelpon.

"Asisten sama bos kelakuannya sama mah, awas aja nanti," ancam Arya mendengus pelan.

Saat Nimas mencoba menghubungi John kembali, pandangannya tertuju ke Clarisa yang tersenyum kearahnya.Spontan Nimas langsung mematikan dan menunda panggilan tersebut.

"Maaf tante Clarisa telat, macet banget tadi dijalan, Devan juga sudah mau nyampek tan!! ucap Clarisa sambil mencium kedua pipi Nimas, lalu bergantian memeluk Arya.

"Kamu cantik banget sayang,,,,, ," puji Nimas kemudian sambil memegang lengan Clarisa.

Nimas mempersilakan Clarisa duduk sambil mengobrol santai. Sekitar hampir dua belas menitan Devandra dan John nampak datang kearah mereka.

Clarisa menoleh kebelakang.

Melihat kedatangan Devandra, jantungnya berdegup kencang pipinya merah menyambut uluran tangan Devan.

"Jalannya tadi macet ya Van" Tanya Clarisa dengan memeluk Devan.

Sementara Arya dan Nimas nampak saling berpandangan kemudian tersenyum.

Sedangkan John, menunduk malu.

"Hemmmmm," Jawab Devandra dengan melepas pelukan Clarisa.

Dalam hati John nampak berisik dengan suara suara yang dia tahan

'Bukan macet lagi bu Clarisa, emang dasar pak Devan nya aja yang sengaja datang terlambat,' riuh isi hati John.

"Maaf Bapak , Ibu saya izin untuk keluar" ucap John sambil mengangguk.

Mereka nampak mengangguk namun Arya terlihat memalingkan wajahnya.

John berjalan pergi sambil menggerutu pelan.

"Padahal tadi yang nyuruh gak angkat telpon bu Nimas tu Pak Devan, malah aku yang kena imbasnya,"John nampak cemberut.

"Gimana dengan acara pertunangan kalian Apakah sudah menentukan tanggalnya? ," Tanya Arya membuat Devan yang lagi memasukkan nasi kedalam mulutnya terpaksa berhenti.

"Siapa yang mau tunangan pah?" Tanya Devan menatap tajam Arya, membuat suasana makin panas.

Nimas berdehem pelan sambil mencubit pelan suaminya.

"Makan dulu pah" ucap Nimas mencoba mencairkan suasana.

Clarisa terlihat kaget dengan ekspresi Devan namun mencoba santai dan tersenyum.

"Jangan terburu buru om,,,,kita masih pendekatan kok, yak kan Van?" Tanya Clarisa sambil menyikut lengan Devan.

Devan hanya melirik kemudian mengangguk.

"Aku tunggu tanggal pertunangan kalian segera, jangan terlalu lama Van, nanti wanita cantik di depanmu diambil orang baru menyesal kamu," Arya mencoba memperingatkan.

Clarisa tersenyum melirik Devan, sementara Devan malah membuang muka.

Bagi Clarisa,,, Devan memang dari dulu selalu seperti itu, cuek dan dingin namun Devan sangatlah hangat.

Devan adalah teman kecilnya dulu, dulu mereka sangat akrab sebelum kedatangan Casandra di hidup mereka.

Clarisa membayangkan kebersamaan Devandra dulu bersamanya saat mereka kuliah bersama di luar negeri.

"Kita pulang duluan ya, aku sama mamamu masih ada acara" ucap Arya pergi dengan menggandeng tangan Nimas.

Sedangkan Nimas memeluk Clarisa dan mencubit pelan perut Devandra.

"Kamu pulang sama Clarisa ya Van,,, mama sudah suruh John ke kantor duluan," ucap Nimas mengerlingkan mata kearah Clarisa.

Clarisa tersenyum malu lalu mengangguk.

"Aku ingin kamu menolak pertunangan kita" perintah Devandra.

Mendengar hal tersebut Clarisa tersenyum kecut lalu menggelengkan kepala.

"Kalau kamu gak mau, kamu aja yang nolak, kenapa nyuruh aku?" Jawab Clarisa sinis.

"Kita bisa mulai dari awal Van, pelan pelan" pinta Clarisa lalu pergi meninggalkan Devandra.

Devandra nampak mengejar Clarisa dan menuju kearah mobil Clarisa untuk mengantar Clarisa pulang.

Didalam mobil pun Devandra hanya diam membisu seakan kikuk untuk saling mengobrol.

"Maaf jika kata kataku tadi kasar" ucap Devandra membuka percakapan dan merasa bersalah.

Clarisa merasa lega mendengar permintaan maaf Devandra, kemudian mengangguk sambil tangannya memegang paha Devandra.

Devandra yang menyetir sedikit melirik tangan Clarisa yang berada tepat diatas pahanya.

Namun dia hanya diam tanpa merespon.

"Van aku mencintaimu, beri aku kesempatan untuk membuatmu melupakannya dan mau membuka hati untuk menerimaku" Mohon Clarisa dengan mata berkaca kaca.

"Aku sangat mencintai Casandra dan masih banyak laki laki yang harusnya lebih baik daripada aku!!" Jawab Devandra dengan berhenti menyetir lalu meminggirkan mobilnya.

"Cinta bisa tumbuh karena terbiasa Van," ucap Clarisa menyakinkan.

"Gak mungkin....."belum selesai Devandra meneruskan kata katanya dengan secepat kilat Clarisa mendekat kearah Devandra lalu mencium bibir Devandra dengan ganas.

Devandra nampak kaget dan matanya terbuka lebar lalu mendorong Clarisa.

"Apa yang kamu lakukan," Tanya Devandra.

Mendengar hal tersebut Clarisa merasa malu.

Plaaaaaak Plaaaaak

Suara tamparan di pipi Clarisa.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!