NovelToon NovelToon
Cinta Monyet Belum Usai

Cinta Monyet Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Teman lama bertemu kembali / Office Romance / Ayah Darurat / Ibu susu
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

Sequel "Dipaksa Menikahi Tuan Duda"
Cerita anak-anak Rini dan Dean.

"Papa..."
Seorang bocah kecil tiba-tiba datang memeluk kaki Damar. Ia tidak mengenal siapa bocah itu.
"Dimana orangtuamu, Boy?"
"Aku Ares, papa. Kenapa Papa Damar tidak mengenaliku?"
Damar semakin kaget, bagaimana bisa bocah ini tahu namanya?

"Ares..."
Dari jauh suara seorang wanita membuat bocah itu berbinar.
"Mama..." Teriak Ares.
Lain halnya dengan Damar, mata pria itu melebar. Wanita itu...

Wanita masa lalunya.
Sosok yang selalu berisik.
Tidak bisa diam.
Selalu penuh kekonyolan.
Namun dalam sekejab menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tanya dan hati yang sulit melupakan.

Kini sosok itu ada di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Wanita Gila

Kantor Starlight masih dipenuhi kesibukan para pegawainya. Namun, suasana berbeda terasa di lantai teratas, tempat sang CEO bekerja. Sepi, hanya terdengar bunyi kertas dan pena saat Damar menandatangani dokumen yang seolah tak ada habisnya.

Hari itu pekerjaannya menumpuk. Bahkan untuk sekadar membantu Wulan pulang dari rumah sakit pun ia tidak sempat. Satu hal lain yang membuatnya makin kesal: sampai sekarang ia belum juga bertemu wanita yang sedang ia cari.

Suasana hatinya benar-benar buruk.

Tok tok tok.

Suara pintu ruang kerja diketuk.

“Masuk.”

Abas, asistennya, melangkah masuk dengan wajah gelisah. Damar yang masih menunduk menekuni berkas tak menyadari ekspresi panik itu. Abas berdiri kaku, bingung bagaimana harus menyampaikan berita yang dibawanya.

Merasa ruangan sunyi terlalu lama, Damar akhirnya mengangkat kepala. Tatapannya tajam menusuk.

“Ada apa?” tanyanya dingin.

“Pak… anu… ada…” Abas gugup, lidahnya kelu.

“Cepatlah bicara. Jangan bertele-tele. Kau sedang membuang-buang waktuku,” potong Damar, nadanya dingin.

“M-maksud saya, Pak… ada Nona Hana di bawah. Beliau memaksa untuk bertemu Anda.”

Kening Damar berkerut.

“Hana siapa?”

Abas menghela napas dalam-dalam. Sial… aku lupa bosku ini tak pernah mau mengingat nama perempuan yang menurutnya tak penting.

“Anak Pak Hadi, klien kita, Pak.”

Wajah Damar yang sudah dingin, kini semakin beku. Abas makin salah tingkah. Rasanya ia ingin ditelan bumi saja.

“Hal sesederhana ini perlu kamu tanyakan padaku?” suara Damar makin menusuk.

Abas memberanikan diri. “Nona Hana bilang, ada yang ingin ia sampaikan soal desain perhiasan untuk kerja sama dengan butiknya.”

BRAK!

Damar melempar kasar dokumen yang tadi dipegangnya ke meja. Suaranya membuat Abas terlonjak.

“Urusan desain serahkan saja ke tim desain! Apa itu pun kau tidak tahu?” nada Damar meninggi.

Abas menelan ludah, mencoba menenangkan diri. “Tapi, Pak… Nona Hana memaksa. Bahkan sudah menimbulkan keributan di lobi. Banyak karyawan yang mulai bergosip soal Anda dan dia.”

Rahang Damar mengeras. Sorot matanya makin dingin.

“Jadi hal sepele seperti ini saja kamu tak bisa mengatasi?”

Abas merasa dadanya sesak. Ia tak berani membalas.

“Lebih baik kamu ajukan pengunduran diri kalau hanya bisa membuatku repot dengan urusan kecil begini,” tekan Damar.

“Baik, Pak. Akan saya coba atasi,” jawab Abas akhirnya, dengan nada tegang dan pasrah.

Dalam hati ia tahu, ia tak bisa begitu saja meninggalkan pekerjaannya. Pekerjaan ini yang selama ini membiayai pengobatan orang tuanya. Jadi meskipun harus menghadapi wanita gila yang terus-terusan mengejar bosnya, Abas tak punya pilihan selain menanggung semuanya.

Sementara itu, di lobi bawah, seorang resepsionis berusaha membujuk Hana yang sudah menjadi pusat perhatian para karyawan. Banyak pasang mata mengamati keributan itu dengan penasaran.

“Nona, mohon pengertiannya. Pak Damar sedang sangat sibuk. Kami tidak bisa mengizinkan siapa pun menemui beliau tanpa konfirmasi langsung,” ucap resepsionis hati-hati.

Hana mendengus kesal. “Kalian jangan keras kepala. Aku calon istri Damar! Kami bahkan sudah makan bersama kemarin. Jadi sudah pasti Damar akan mengizinkanku masuk dan bertemu dengannya. Lagipula aku membawa berkas kerja sama butikku dengan perusahaan ini. Damar pasti ingin menemuiku!”

“Mohon maaf, Nona. Sekali lagi, kami tidak bisa mengambil risiko.”

“Bullshit!” bentak Hana tajam. “Jangan macam-macam! Aku bisa minta Damar memecat kalian nanti!”

Wajah resepsionis itu nampak lelah menghadapi keras hatinya Hana, tapi ia tetap teguh. Ia tahu jelas, asisten bosnya sebelumnya sudah menekankan melalui sambungan telefon agar Hana jangan sampai naik ke atas.

“Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan tugas sesuai prosedur. Kalau Nona membuat keributan, justru bisa memberi dampak buruk bagi Anda sendiri.”

“Mau sok menasihatiku? Sadar posisi, ya! Kamu cuma resepsionis di sini, sedangkan aku calon istri Damar. Berani sekali kamu bermain-main denganku!”

Abas yang sejak beberapa menit lalu sudah turun untuk mengawasi Hana akhirnya angkat bicara, suaranya tegas.

“Nona Hana, hentikan. Anda sudah membuat suasana kantor tidak kondusif. Apa Anda tidak malu diperhatikan semua karyawan Starlight?”

Hana melirik sekeliling. Ia melihat tatapan para karyawan yang menilai, beberapa berbisik-bisik. Tatapannya berubah sinis.

“Apa pedulimu? Kamu cuma asisten di sini. Sementara aku? Posisi dan masa depanku jauh di atasmu.”

Abas menahan napas, tetap berusaha tenang. “Mohon maaf, Nona. Bos kami tidak suka keributan. Kalau Anda nekat, saya terpaksa menelpon Tuan Hadi. Bisa saja kerja sama yang sudah disepakati batal begitu saja.”

“Kurang ajar!” Hana mendesis, matanya menyala. “Seorang asisten berani mengancamku? Ingat ini! Aku adalah calon istri Damar. Kalau nanti aku sudah resmi menjadi istri Damar, kalian berdua akan aku singkirkan dari perusahaan ini. Aku pastikan itu!”

Dengan wajah memerah karena marah, Hana berbalik dan melangkah cepat menuju mobilnya. Ia masuk, lalu menghempaskan tubuh ke kursi. Tangannya menghantam setir berkali-kali.

“Brengsek! Aku tidak boleh kalah begini! Damar harus jadi milikku. Kalau Papa tidak bisa memastikan dia jatuh ke pelukanku, maka aku sendiri yang akan bertindak. Dan aku… tidak akan pernah membiarkan siapa pun memilikinya. Damar hanya milikku!”

Matanya liar, penuh amarah dan obsesi. Pikirannya sudah kalut. Upaya ayahnya yang mendorong kedekatan lewat dalih proyek kerja sama tidak banyak membuahkan hasil. Celah untuk mendekati Damar belum juga ia temukan.

Dan itu membuat Hana makin gila. Ia sudah jatuh terlalu dalam pada pesona dingin lelaki itu. Dalam benaknya, hanya ada satu keyakinan: apa pun yang diinginkannya harus menjadi miliknya. Tidak ada yang boleh merebut.

Sementara itu, di lobi, para karyawan masih saja kasak-kusuk membicarakan kejadian barusan. Bisik-bisik itu makin lama makin terdengar jelas.

Abas yang masih berdiri di sana akhirnya tak tahan. Suaranya menggelegar.

“Mau sampai kapan kalian bergosip? Segera kembali ke pekerjaan masing-masing sebelum kalian dapat peringatan karena membuang waktu di jam kerja!”

Seketika suasana lobi mereda. Para karyawan yang tadinya berkerumun buru-buru bubar, pura-pura sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Abas mengembuskan napas kasar, wajahnya tegang. “Anak Pak Hadi benar-benar gila. Bikin pekerjaanku tambah berat saja,” gerutunya pelan, tapi cukup terdengar oleh resepsionis yang sejak tadi masih berdiri tak jauh darinya.

“Memang… itu siapa, Pak?” tanya si resepsionis hati-hati.

Abas menoleh cepat, tatapannya dingin. “Kembali ke pekerjaanmu. Jangan ikut-ikutan bergosip.”

Resepsionis buru-buru menunduk. “Bukan mau bergosip, Pak. Saya hanya… perlu tahu. Kalau wanita itu datang lagi, setidaknya dengan begitu saya jadi paham apa yang harus dilakukan.”

Abas mendengus kesal. “Dia hanya wanita gila.” Tanpa menunggu reaksi, ia berbalik pergi begitu saja.

Resepsionis itu terdiam. Hanya bisa mengangguk kecil, berusaha mencerna maksud kalimat Abas barusan.

1
Erna Fadhilah
sangat sangat sangat banyak kan malah
Erna Fadhilah
menang di Damar kalau posisinya kaya gitu 😁😁
Nittha Nethol
lanjut kak.jangan pakai lama
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
asiiik 😂😂😂skrg gantian Damar yang ngejar Stacy ya😄😄
Erna Fadhilah
pada shock semua ini denger Ares manggil Damar dengan panggilan papa 😁😁
Erna Fadhilah
kamu ikuti aja Stacy nan pas akhir pekan biar kamu tau siapa orang yang di panggil sayang sama Stacy
Erna Fadhilah
Stacy bingung dia mau sama Ares tp di suruh sama Damar ketemu mama Rini
Erna Fadhilah
kirain tidur di kamar di dalam ruangan Damar 😂😂
Erna Fadhilah
tenang res sebentar lagi kamu bakal punya papa yang bakal sayang sama kamu
Erna Fadhilah
jangan jangan orang yang di maksud Stacy itu pak hadi sama hana 🤔🤔
Erna Fadhilah
yang di panggil sayang sama Stacy itu Ares ponakannya bukan orang special lainnya Dam 🤦‍♀️😁
Erna Fadhilah
makanya Dam ingat kata mama Rini ya kamu jangan gedein gengsi nanti bakal nyesel baru tau rasa
Erna Fadhilah
kirain wulan atau ayu eeeh ternyata mama Rini yang masuk ruangan Damar
Erna Fadhilah
siapa tu yg datang, wulan atau ayu kah🤔🤔
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
begitu Damar masuk langsung liat pemandangan yang buat dia kebakaran
Erna Fadhilah
hana PD sekali mengaku calon istri Damar, masih untung Damar ga langsung ngomong sama para karyawan kalau hana bukan calon istrinya, kalau sampai itu terjadi bisa malu pakai banget pasti
Erna Fadhilah
aku seruju banget kalau wulan sama Andre
Erna Fadhilah
aku penasaran adam belum nikah ya thor, padahal kan dia lebih tua dari wulan dan Damar, wulan aja malah udah punya anak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!