NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hilang nya Zelena

Leon berbalik dengan cepat saat mendengar suara Kenzo. Ia segera melepaskan tangannya dari genggaman Zelena, seolah tak ingin menimbulkan salah paham. Zelena menatapnya heran, merasa ada yang janggal. Bukankah semua orang sudah tahu mereka bertunangan? Lalu, kenapa Leon bersikap seolah mereka sedang sembunyi-sembunyi?

Kenzo berjalan mendekat, ekspresinya datar.

"Kenapa kau tidak langsung masuk? Ayah sudah menunggumu," ucapnya singkat, menatap Leon.

Leon tersenyum kecil, menahan kecanggungan. "Tadinya aku memang mau masuk, tapi... aku lihat gadis cantik duduk sendirian di taman. Mana bisa aku lewatkan begitu saja," lirihnya sambil melirik Zelena.

Zelena melemparkan pandangan kesal pada kakaknya. Ia merasa momen berharganya baru saja dihancurkan.

" Dek, kamu masuk sana, udah malam anak gadis gak baik diluar " Kenzo menatap adik nya, seolah tahu arti dari pandangan kesal nya,

" Kakak sama Leon mau bahas apa sampai aku di suruh masuk? Aku sama Leon udah tunangan kak, kakak bisa ngomong walaupun ada aku " Zelena dengan sikap bocil keras kepala nya,

" Dek, tolong sekali aja, jangan buat darah tinggi kakak naik bisa? Kalau disuruh masuk ya masuk " Kenzo dengan kesabaran seluas samudra,

Zelena menatap Kenzo kesal, dia melangkah masuk ke rumah, dengan mengentak kan kaki nya kuat ke tanah, seolah ia sangat emosi,

Saat langkah Zelena menghilang dari pandangan, Kenzo kembali menatap Leon dengan tajam. Suaranya mengecil, nyaris berbisik.

"Ingat, kau tidak boleh benar-benar jatuh cinta pada Zelena. Dalam perjanjian kita, tidak ada cerita cinta di antara kalian."

Tanpa mereka sadari, Zelena masih berdiri di balik tembok dekat taman. Wajahnya terkejut, hatinya terasa remuk saat mendengar ucapan kakaknya. Perjanjian? Apa maksudnya?

Leon tidak menjawab apa pun. Hanya senyum datar yang ia lontarkan sebelum masuk ke rumah dan bersiap melapor pada Ahmad.

Zelena berdiri terpaku. "Apa yang mereka sembunyikan dariku?" bisiknya pelan.

Ruangan kerja Ahmad, Beberapa saat kemudian.

Ahmad duduk di balik mejanya, lalu menyerahkan beberapa lembar foto kepada Leon.

Di antara foto-foto itu, terlihat Leon dan Alex, serta satu gambar buram dari pria tak dikenal yang nyaris tertangkap oleh Leon.

"Siapa pria ini?" tanya Ahmad santai, meski sebenarnya dia tahu jawabannya. Ia sedang menguji kejujuran Leon.

Leon mengangkat satu foto, matanya menatap tajam. "Kau bertanya siapa pria di sebelahku, sedangkan masalah yang lebih penting adalah orang ini—yang mencoba membunuh putrimu."

Ahmad mengangguk kecil, dalam hatinya kagum. "Ternyata kau benar-benar menjaga Zelena. Bahkan lebih dari yang kuperkirakan."

"Aku sudah menyelidikinya. Dia bahkan sempat melapor ke polisi, katanya diancam akan dibunuh... entah siapa yang memberinya informasi soal kita," jelas Ahmad.

"Lalu, apa yang kau dapatkan?" tanya Leon serius.

Ahmad tersenyum samar. Ia bisa merasakan bahwa Zelena kini menjadi titik lemah Leon. Dan itu informasi berharga.

"Ada sedikit informasi berguna. Coba lihat ini." Ahmad memberikan selembar kertas berisi alamat.

Leon membaca cepat. "Ini alamat rumahnya?"

"Ya. Informasi ini dari orang dalam. Kau bisa cek langsung ke sana. Tapi ingat... peraturan kita tetap berlaku: kau tidak boleh jatuh cinta pada putriku," tekan Ahmad.

Leon hanya diam. Tak menjawab. Ia mengambil kertas itu, membalik badan, dan keluar dari ruangan.

Saat ia membuka pintu, pandangannya tertuju pada kamar Zelena yang baru saja tertutup. "Apakah dia baru masuk? Apa dia mendengar semuanya?" pikirnya.

Namun sebelum sempat mendekat, ponselnya bergetar. Pesan dari Alex.

Sementara itu, di kamar Zelena.

Arman diam-diam masuk sambil membawa nampan berisi minuman dan obat. Ia meneteskan obat tidur ke dalam gelas.

Wajahnya serius. Rencana telah dimulai. Ia butuh uang… dan Zelena adalah kunci tebusan.

Setelah semuanya siap, Arman keluar dari kamar tanpa suara. Waktu yang ia tunggu akan segera datang.

Enam jam kemudian. Malam hari.

Kamar sunyi. Zelena masih tertidur lelap di ranjangnya, tak sadar dunia sekitar.

Arman masuk kembali. Ia mengangkat tubuh Zelena dengan hati-hati dan membawanya keluar lewat pintu dapur. Di luar, seseorang sudah menunggu di dekat gerbang belakang.

"Bawa dia ke tempat yang sudah aku siapkan. Aku yakin ayahnya akan mengikuti permintaan kita," ucap Arman dingin, mengusap wajah Zelena yang tak sadar.

"Kalau dia bangun di jalan, apa yang harus kami lakukan?" tanya anak buahnya.

"Pukul saja. Luka sedikit tak akan membunuhnya," jawab Arman dingin.

Zelena dibawa pergi. Tak satu pun dari penghuni rumah tahu, bahkan Leon yang kini sedang berada jauh dari rumah.

Di lokasi target – Sebuah rumah kumuh di pinggiran kota.

Leon masuk sendirian, hanya membawa sebilah pisau. Ia menendang pintu tua itu hingga terbuka.

Di dalam, aroma alkohol menyengat. Botol-botol berserakan. Di sudut ruangan, pria yang selama ini dicari sedang tertidur dalam keadaan mabuk.

Tanpa ragu, Leon meraih kerahnya dan menyeretnya ke tengah ruangan. Ia menempelkan pisau ke leher pria itu.

"Siapa yang menyuruhmu?" desisnya, tatapan matanya penuh amarah.

Pria itu tersadar, panik, napasnya tersengal. "Aku... aku nggak bermaksud lukai dia... aku cuma butuh uang..."

Leon makin menekan pisau itu. "Kalau butuh uang, kau bisa minta padaku. Tapi kau sentuh Zelena… aku akan pastikan kau tak akan pernah bisa mengulanginya lagi!"

Seketika, darah muncrat. Leon menusukkan pisau tepat ke lehernya. Pria itu tergeletak, tewas seketika.

Leon melepaskan sarung tangannya, membuka topi dan jaketnya, lalu membakar rumah itu sebelum pergi, menghilangkan semua jejak.

Sementara itu… Lokasi penyekapan.

Tempat itu gelap, lembap, dan terpencil. Jauh dari permukiman.

Zelena duduk di kursi, tangannya diikat dan mulutnya dilakban. Kepalanya masih terkulai.

Saat pria penjaga membuka lakban, Zelena perlahan sadar dan mulai berteriak.

"Siapa kalian?! Lepaskan aku!!" jeritnya panik.

Pria itu menahan tubuhnya kasar, membungkam mulutnya dengan tangan. "Diam, nona manis. Kau tak perlu tahu siapa aku."

Zelena terus berontak. Pergelangan tangannya lecet, merah karena terus mencoba melepaskan ikatan.

Dengan tatapan kejam, pria itu mengambil kayu tebal dan menghantam kepala Zelena dari belakang.

BUGKH!!

Zelena terjatuh. Darah mengalir dari pelipisnya.

"Dia… mati?" tanya si pria dengan suara bergetar. Ia menunduk, melihat wajah cantik yang kini berlumur darah.

"Jangan mati dulu… Aku belum dapat uangnya..." gumamnya, panik, melihat Zelena yang penuh dengan darah,

Hai teman-teman, selamat membaca karya aku ya, semoga kalian suka dan enjoy, jangan lupa like kalau kalian suka sama cerita nya, share juga ke teman-teman kalian yang suka membaca novel, dan nantikan setiap bab yang bakal terus update,

salam hangat author, Untuk lebih lanjut lagi, kalian bisa ke Ig viola.13.22.26

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!