Clarissa, yang terikat oleh sistem terpaksa harus menjalani dua kehidupan lagi agar dia bisa mati dengan tenang.
Setelah dalam kehidupan sebelumnya, suskses sebagai wanita karir yang dicintai oleh keluarga dan semua orang, kini dia terlempar ke jama di era 80 an yang terlahir sebagai bayi dari keluarga buruh tani miskin yang tinggal di desa Sukorejo.
Misi kali ini adalah mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menjadi wanita suskse seperti sebelumnya.
Mampukah Clarissa yang kini bernama Lestari,seorang bayi dengan otak dan pemikiran wanita dewasa,yang sudah pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya mampu menyelesaikan misinya?
Kehidupan di era 80 an tidaklah mudah, keterbatasan alat dan juga masih tingginya praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) membuat hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Lestari yang dalam kehidupan sebelumnya banyak ditunjang oleh kemajuan teknolgi dan percepatan informasi.
Penasaran...
ikuti terus kisa Lestari dalam cerita ini!
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MUNCUL PESAING
Didalam bisnis, apapun itu, jika kita berhasil pasti ada saja orang yang iri dan ingin meniru usaha yang kita lakukan.
Melihat banyaknya uang yang didapatkan Srikandi dalam menjual jagung rebus dan jagung bakar disekolah, beberapa orang yang selama ini tak menganggap jagung itu bermanfaat dan hanya menjadikannya sebagai makanan ayam pun mulai berlomba-lomba untuk menirunya dan menjualnya ditempat yang lebih luas, seperti alun-alun, daerah perniagaan dan pasar.
Tanpa mereka tahu, seberapa banyak orang yang meniru, apa yang mereka jual rasanya tak akan sama dengan yang dimiliki oleh Srikandi karena mereka tak memiliki bumbu yang membuat rasanya menjadi lezat.
“Apa ini! rasanya sangat tak enak!”, ucap salah satu anak yang membeli jagung bakar dari Minten yang berjualan dipinggir jalan.
“Iya, jagung rebus ini juga sangat hambar, tak semanis yang aku beli disekolah”, ujar temannya menimpali.
“Huek! Ini sangat tidak enak! Pahit!”, ucap temannya yang lain, sambil memuntahkan jagung bakar milik temannya yang dia ambil untuk dirasakan.
Beberapa orang yang semula tertarik dan ingin membeli dagangan Minten karena mendapat cerita dari anak-anak mereka jika ada jajajan jagung bakar dan jagung rebus yang sangat enak, seperti yang mereka lihat didalam gerobak jualan milik Minten, perlahan mudur secara teratur dan pergi, membuat Minten yang kehilangan pelanggan mengertakkan giginya dengan marah.
“Dasar bajingan kecil! Kamu membuat banyak pelangganku pergi! Enyahlah!”, ucap Minten sambil mengacungkan kayu yang tadi dibuat penyangga tutup gerobak jualannya, membuat ketiga bocah lelaki kecil tersebut lari terbirit-birit.
Karena merasa dirugikan, uang 50 hilang dan rasa makanan yang mereka beli tak enak sehingga tak bisa dimakan, ketiga bocah lelaki itupun berteriak lantang. “Kalian semua! jangan membeli jagung diwanita itu! dia penipu! Rasa jangung bakar dan rebusnya sangat tidak enak!”.
“Iya, itu benar. Jika kalian ingin membeli jagung bakar dan rebus, datang saja kesekolahanku. Jagung yang dijual dikantin sangat enak, kalian tak akan rugi”.
Ketiga bocah lelaki itupun terus berlari sambil mengeluarkan kata-kata yang membuat Minten melotot dengan hidung kembang kempis dan dada naik turun menahan amarah.
Selanjutnya, karena rasanya tidak enak, orang pun enggan membelanjakan uangnya dan lebih memilih untuk membeli makanan enak lainnya yang lebih mengenyangkan, seperti bakpo atau roti kukus.
Kerugian yang Minten alami dihari pertama berjualan juga dialami oleh beberapa penjual lainnya yang ikut-ikutan menjual dagangan seperti Srikandi.
Beberapa orang yang sudah merasakan jagung bakar dan rebus milik Srikandi, meski mereka berusaha sangat keras, hasil yang mereka dapatkan tak sesuai, membuat mereka sedikit frustasi.
Karena bisnis berkembang sangat pesat, bahkan sehari bisa habis lima ratus bungkus, permasing-masing item, membuat Supardi harus pergi kedesa lain untuk membeli jagung.
Belum juga semua orang bangkit dari keterkejutan oleh jagung bakar dan rebus yang keluarga Supardi bikin laris manis, keluarga miskin itu kembali membuat gebrakan dengan meluncurkan stik singkong dan keripik singkong rasa bawang dan pedas, membuat semua orang yang mencoba untuk mengikuti langkah mereka langsung terhenti.
Jika hanya menggoreng keripik singkong, mereka sangat bisa. Tapi masalahnya, mereka memiliki bumbu taburan seperti Srikandi sehingga keripik singkong yangmereka hasilkan rasanya biasa saja, hanya asin dari garam. Sementara yang tak menggunakan apapun malah lebih parah, rasanya tawar, membuat siapapun yang makan enggan untuk menghabiskannya.
Melihat bisnis keluarganya mulai berkembang, Tari merasa senang. “Ibu, dengan belkembangnya bisnis ini, ibu halus memiliki olang yang bisa membantu ibu agal ibu tak kecapekan”, ucapnya.
Mendengar ucapan Tari, Srikandi merasa jika hal itu benar dan dia pun berniat untuk mendisuksikannya dengan sang suami, setelah dia lebih dulu mendengarkan penghitungan kasar yang dibuat oleh Tari ketika bayi itu berceloteh selama menemaninya masak.
Supardi yang diajak oleh istrinya berunding, merasa jika apa yang Tari ucapkan masuk akal. Dengan semakin bertambah banyaknya pesanan yang masuk, mereka pasti akan keteteran untuk bisa memenuhi pesanan yang ada.
“Baiklah, aku akan coba menghubungi para tetangga terdekat dulu untuk membantu, jika mereka tidak bisa, baru mencari orang yang lebih jauh”, ucap Supardi.
Baginya, tetangga samping kanan, kiri, depan , belakang merupakan orang yang bisa menolong mereka ketika tertimpa musibah. Dan itu sudah dia buktikan beberapa kali. Tetangga dekat, lebih tulus membantu dari pada keluarga yang memiliki ikatan darah dengannya sehingga dalam hal baik seperti ini pun dia lebih mengutamakan mereka untuk berpartisipasi.
Beberapa orang yang ditawari oleh Supardi untuk bekerja, tentu saja mereka merasa senang. Selain bisa membantu perekonomian keluarga, pekerjaan yang harus mereka lakukan juga tak terlalu berat, hanya mengupas singkong dan ketela serta mengiris dan menggorengnya, mengupas jagung dan membersihkan tongkolnya dari rambut jagung yang mengganggu.
Agar efisien, orang yang Supardi rekrut dibagi, karena hanya mempekerjakan lima orang wanita yang sudah berusia lanjut untuk membantu istrinya, tiga orang bekerja untuk mengupas, sementara yang dua lagi bertugas untuk mengiris. Sementara sang istri hanya bekerja untuk menggoreng karena pekerjaan ini tak terlalu berat dan bisa ditinggal untuk mengerjakan pekerjaan yang lainnnya.
Narto pun juga turut membantu mengupas singkong bersama ibu-ibu tetangga yang membantu pekerjaan ibunya.
Sementara dua kakaknya, baru akan membantu pekerjaan begitu mereka selesai bersekolah. Semua dikerjakan secara bersama dengan guyub dan rukun.
Beberapa orang yang selama ini terus mengikuti perkembangan bisnis Srikandi, melihat hari ini Supardi membawa lima orang ibu-ibu untuk bekerja dirumahnya, merasa sangat iri.
Sayangnya, mereka sama sekali tak bisa menyaingi rasa enak dari keripik atau jagung serta ketela goreng yang Srikandi buat.
Meski mereka mencoba mengutak-atik resepnya, bahkan sempat mendatangkan beberapa orang yang ahli memasak, tetap saja rasanya tak sama. Meski enak, mereka merasa ada yang sesuatu yang kurang, hingga apa yang mereka jual tak selaris milik Srikandi.
Ibu kantin yang sejak awal menerima barang penjualan dari Gito dan Aan, kini sudah resmi menjadi agen tunggal mereka didesa Sukorejo.
Semua produk yang Srikandi hasilkan, akan dititipkan ketangan wanita bertubuh gemuk itu. Selain jujur, ibu kantin juga merupakan orang yang supel sehingga dia bisa menjual hanya dengan membuka mulut sambil memberikan tester yang sengaja dia siapkan untuk menarik minta calon pembeli.
Tari yang mendengar bagaimana ibu kantin dalam penjual barang dagangan mereka merasa puas karena tak menyangka, di desa terpencil seperti ini, mereka mendapatkan talenta tenaga marketing yang sangat baik.
Jika diasah dengan baik, ibu kantin bisa menjadi tenaga marketing yang professional dengan bakat yang dimilikinya.
Supardi sendiri, setelah bisnis camilannya ini mulai berjalan. Diapun meninggalkan pekerjaan sebagai buruh tani dan sekarang sibuk berkeliling desa untuk mendapatkan bahan baku dengan harga murah namun memiliki kualitas yang bagus.
Dia juga mulai pergi ke pasar induk, mensurvey kemasan yang bagus dan kedap udara agar keripik singkong yang dibuatnya bisa tahan lama, sesuai deskripsi yang diberikan oleh Tari.
Meski sedikit susah mencari, tapi setelah dia lebih teliti lagi dalam mencari disetiap sudut pasar induk, pada akhirnya dia menemukan kemasan seperti yang Tari deskripsikan, meski tak terlalu sesuai, setidaknya, bungkus plastik yang didapatkannya lebih baik daripada plastik kiloan yang sementara ini dia gunakan.
Selain lebih tebal, juga ada klipnya, jika setelah klip direkatkan dengan panas lilin, bukankah itu akan membuat keripik singkong yang ada didalamnya bisa tahan lebih lama sehingga dia bisa menyetok barangnya dirumah. Lebih mudah agar ketika ada pesanan besar dan mendadak, dia tak keteteran.
Karena jarak pasar induk dari rumah sangat jauh sehingga dia harus menaiki kol (sejenis Mitsubishi Colt T120 yang popular sebagai angkutan umun diera 80 an) dan harus mengeluarkan biaya, Supardi pun tak menyia-nyiakan perjalananya dan segera membeli beberapa bahan untuk usahanya yang hanya bisa dia beli disana dengan harga murah, terutama bawang putih, bawang merah dan cabai yang harganya jauh lebih murah daripada yang ada didesa Sukorejo.
Tak lupa dia mencoba mencari margarine, seperti apa yang Tari ucapkan. Jika mahal, dia akan membelinya sedikit untuk mencobanya dirumah. Jika harganya dirasa masih masuk akal, dia mungkin akan membelinya banyak sehingga kepergiannya hari ini tak sia-sia.
di tunggu upnya thor