NovelToon NovelToon
Vanila And Her Secret

Vanila And Her Secret

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Anggika15

Tumbuh dewasa di bawah asuhan sebuah panti sosial, membuat Vanila berinisiatif untuk pergi keluar kota. Dengan bekal secarik kertas pengumuman lowongan kerja di salah satu usaha, yang bergerak di bidang cuci & gosok (Laundry).

Nahas, biaya di Kota yang cukup tinggi. Membuat Vanila mencari peruntungan di bidang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggika15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27 (Jatah mingguan)

“Di bawah ada Irgi, Van!”

Edgar meletakkan handphonenya di atas meja, lantas kembali mendekati Vanila yang sedang sibuk mengganti sprei.

“Huh!?”

Vanila menegakkan tubuh, menatap Edgar sambil mengusap keringat di kening.

“Irgi di bawah, temui dulu baru lanjutkan beres-beresnya!”

“Oh,” dia mendongak menatap jam yang menempelkan di dinding. “Bapak ga berangkat? Sudah siang ini,” katanya lagi.

Vanila heran, karena tidak biasanya Edgar ada di rumah sampai sesiang ini.

Sambil tersenyum, Edgar maju untuk mengecup Vanila. Sayang, Vanila malah mundur seraya mengulurkan tangan menahan tubuh pria tinggi besar di hadapannya.

“Van…”

“Saya, … ke pak Irgi dulu.”

Vanila langsung memutar tubuh dan berlari ke arah luar kamar, meninggalkan Edgar begitu saja.

Setiap pijakan menimbulkan suara yang cukup kencang, sehingga membuat Irgi yang sudah menunggu di lantai dasar mengakat pandangan hanya untuk memastikan.

Dan disanalah Vanila, berlari menuruni setiap anak tangga dengan tergesa-gesa.

“Van, jangan lari nanti…”

Krekkkk…

“Akhhh!”

Vanila merasakan ngilu di pergelangan kaki kananya, beruntung Irgi sigap melompati beberapa anak tangga untuk menahannya dari kemungkinan yang lebih buruk.

“Ada apa?” Suara dari atas terdengar datar, tapi mampu membuat Vanila ketakutan apalagi posisinya sedang memegangi pundak Irgi.

Secepat kilat Edgar turun, dan pria itu segera merebut istrinya.

“Kenapa!?” Pekik Edgar.

“Sepertinya kaki Vanila terkilir pak,” Irgi mencoba menjelaskan dengan wajah pucat luar biasa.

Bagaimana tidak, upaya penyelamatannya berujung salah paham. Dan Irgi tahu jika Edgar kini setengah kesal karena melihatnya menyentuh apa yang sudah menjadi milik pria itu saat ini.

“SAYA TIDAK TANYA KAMU!” Edgar dengan suara rendah, namun banyak penekanan di setiap kalimatnya.

Irgi mengangguk, dia tidak berani berbicara lagi.

“Kaki saya sakit, pak!” Kata Vanila setengah berbisik karena menahan rasa nyeri yang masih tersisa.

“Saya bilang, turun dan temui Irgi. Bukan minta lari terus celakai dirimu sendiri!”

Vanila menatap Edgar dengan tatapan seperti sedang memelas, meminta agar Edgar tidak bersikap seperti itu kepada dirinya.

Edgar menghela nafas panjang, dia membungkuk lalu mengangkat tubuh Vanila.

“Siapkan kompres, Irgi!” Titah Edgar.

Irgi tidak bersuara, dia hanya mengangguk kemudian beranjak ke arah dimana dapur berada.

Edgar menurunkan Vanila tepat di atas sofa ruang tengah. Selain besar dan tampilan yang mewah, rasanya juga empuk. Ah jangan heran, semua furniture yang ada disini sudah pasti mahal, selain gengsi Edgar juga pasti memikirkan kualitas bukan?

“Kalau sudah begini siapa yang repot?”

Vanila diam, dia bahkan takut menatap Edgar yang saat ini menatapnya tajam.

“Kamu ini sudah besar, tidak perlu melakukan hal-hal yang bisa membahayakan diri kamu sendiri.”

“Maaf, pak. Tadinya—”

“Tidak ada pembelaan, saya tidak mau mendengarkan alasan apapun. Intinya kamu teledor karena lari-lari di tangga dan menyebabkan kakimu terkilir seperti ini!”

Edgar mengomel, benar-benar mengomel.

Lagi-lagi Edgar menghela nafas, menegakan tubuh sambil berdecak pinggang.

“Irgi kau ini lelet sekali!” Teriak Edgar.

Vanila menggigit bibirnya sendiri, dengan keadaan jantung berdebar-debar. Kali ini bukan karena ketampanan pria itu, melainkan ekspresi marah yang di perlihatkan.

Dia takut.

“Irgi astaga, … kemana manusia ini!”

Edgar hendak menyusul, tapi dia urungkan setelah melihat pria itu muncul dari arah dapur.

“LAMA SEKALI!”

“Maaf pak, saya cari wadahnya dulu.”

Edgar merebutnya, lantas dia letakan di atas meja.

“Lalu siapa yang akan melakukannya?” Kata Edgar.

Irgi tidak menjawab, dia tahu bantuannya sekarang tidak dibutuhkan.

Untuk beberapa saat, mereka sama-sama diam. Edgar yang berpikir keras karena gengsi yang tinggi, Irgi yang merasa serba salah dan Vanila yang bingung menghadapi situasi itu.

Ga di jawab salah di jawab makin salah, intinya begitu keadaan sekarang.

“Eeee saya bisa sendiri, … ini cuma—”

“Cuma? Kamu bilang cuma?” Pekik Edgar.

Vanila melihat Edgar yang semakin kesal.

‘Kan? Serba salah emang. Di bantuin pak Irgi ga boleh, dikompres sendiri ga boleh juga. Tapi dia ga mau!’ Batin Vanila mengumpat.

“Kalau…”

“Diam Irgi, sudah pasti kamu tidak akan benar-benar membantu!” Sanggah Edgar.

Irgi mengatupkan mulutnya lagi.

“Saya tidak apa-apa, pak!”

“Diam!”

Vanila terdiam.

“Hah, astaga!” Edgar duduk di samping Vanila.

Memangnya siapa lagi? Tentu saja dia karena tidak mungkin Irgi yang melakukannya. Keenakan sekali pria ini! Pikirnya.

“Cari posisi nyaman, simpan kakinya disini!” Dia menepuk-nepuk pahanya sendiri, meminta Vanila meletakan kakinya yang sakit disana.

Vanila bergerak memposisikan diri dengan bantuan kedua tangannya. Sementara Edgar mengangkat ice bag, dia bungkus dengan handuk lalu meletakkan benda itu di pergelangan kaki kanan sang istri.

Perempuan itu tampak meringis.

“Kenapa orang Indonesia ini suka menyepelekan? Ibu saya berdarah-darah karena jarinya teriris pisau, tahu apa yang dia katakan?”

Vanila menggelengkan kepala.

“Untung cuma tersayat,” Edgar menirukan gaya bicaranya.

Mendengar itu Irgi menahan tawa.

“Sudah berdarah-darah dia masih bilang untung. Kamu juga sudah terkilir tapi masih bilang tidak apa-apa? Pikiran kalian ini bagaimana sih!?”

Edgar terus mengomel.

Vanila melirik Irgi, Irgi melirik Vanila. Lantas keduanya sama-sama menahan senyum.

“Duduk Irgi, mana yang saya minta tadi.”

Irgi dan Vanila terperanjat, keduanya sama-sama kembali memperhatikan Edgar.

“Ini, pak!”

Irgi menyimpan sebuah amplop besar berwarna coklat, dimana didalamnya terdapat kartu identitas milik Vanila, juga sebuah kartu dan buku tabungan bank.

Edgar menoleh, menatap amplopnya kemudian beralih pada Vanila.

“Sementara waktu pakai dulu tabungan atas nama Irgi.”

“Hah? Emang bisa, pak?”

“Bisa asal tau passwordnya. Saya tidak bisa menyediakan cash setiap saat, toh yang kamu butuhkan cuma atm, … tinggal kirim ‘kan lebih praktis. Kamu saja yang tarik tunai di atm terdekat, atau berbelanja menggunakan debit tentunya lebih mudah.”

Vanila melirik Irgi, dan pria itu mengedikkan bahunya.

“Setiap minggu saya akan kirim uang kesana, saya tidak akan melarang kamu membeli apapun. Hanya saja jangan boros, jangan membeli sesuatu yang tidak ada gunanya hanya untuk gengsi semata.”

Vanila mengangguk.

“Soal kebutuhan dapur dan rumah ini, semuanya masih di urus sama Irgi. Uang yang masuk ke kamu, itu hak mu!”

Dengan raut wajah yang sangat terkejut, Vanila menatap Edgar tanpa mengatakan sepatah katapun. Bukan tidak tahu terima kasih, tapi semua yang terjadi rasanya masih tidak nyata.

“Saya tidak butuh ucapan terima kasih, saya cuma bisa terima tindakan.”

‘Pasti ujung-ujungnya kesana!’

“Kamu mengerti, Vanila?”

Vanila kembali mengangguk, kemudian menjawab;

“Boleh saya pakai pribadi?”

“Tentu saja.”

“Bapak tidak akan marah?”

“Tidak.”

‘Akhirnya aku bisa bantu-bantu buat panti. Kasur anak-anak sepertinya sudah harus di upgrade, plafon kamar juga butuh renovasi!’

Vanila merasa senang luar biasa.

“Kamu senang, Van?”

Vanila mengangguk berkali-kali.

“Baiklah, giliran kamu yang harus membuat saya senang!”

Irgi langsung berdiri, dia tidak bisa mendengar obrolan yang semakin menjurus pada hal sensitif.

“Kalau begitu saya pamit ke laundry dulu, pak!”

“Ya pergilah.”

“Pak Irgi saya boleh ikut?”

Pertanyaan Vanila membuat Irgi langsung mengarahkan sorot mata kepada Edgar. Aneh memang, harusnya Vanila meminta izin pada suaminya, bukan kepada dia yang hanya seorang kepercayaan.

“Tanya pak Edgar saja, Van.”

Irgi cari aman, dia tidak mau kena omelannya lagi.

Namun, Edgar menggelengkan kepala.

“Tapi pak—”

“Kamu sedang mengalami cedera Vanila!”

“Cuma keseleo.”

“Menjawab saja!”

“Cuma ketemu teman-teman, sebentar saja pak!” Vanila sedikit merengek.

“Pergi cepat Irgi, Vanila tidak akan saya izinkan pergi.”

“Baik, pak.”

Irgi langsung melangkahkan kaki, menjauh dari Edgar dan Vanila yang kini berada di ruangan tengah.

Vanila tidak bisa menyembunyikan kekesalannya, sorot mata perempuan itu terlihat tajam dengan bibir mengerucut ke depan.

“Cuma ketemu temen-temen padahal,” gumam Vanila seraya melipat kedua tangannya di dada.

“Merajuk saja, saya tidak peduli.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Nurut aja Van, kan yang penting mingguan aman😂

1
Annie Gustava
mak sehat2 selalu yaa.. biar bsa up vanila n ale2😘,
aurel chantika
jangan -jangan emaknya Edgar ya g datang 🤣🤣🤣
aurel chantika
padahal memang iya kan ji 🤣🤣🤣
Evi Ristiani Ramdhani
ahhhhh seneng nya udah up lagi Mak,,,siapaaaa yg Dateng woiii,,,,Irgi atau Sabrina kah,,,gawat klw Sabrina bisa ada wawancara seperti nya 🤪🤪
ensagita
hadeuh !!!!!!!!! sampe tahan nafas
ternyata harus nunggu up lagi 😁😍
Dzulfan Ahlami
aku tau yg datang/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
𝐙⃝🦜尺o
Sabrina ya yang datang?
ensagita
van !!!!!! ancamannya mantep
kicep tuh si om om 😁😍
Anggika15 | Aurin99: Udah males nanggepin😅
total 1 replies
𝐙⃝🦜尺o
jangan kekang vanila terlalu ketat pak lama2 bisa ngeselin dia
atau vanila sengaja ya biar cepat ditalak🤔
Anggika15 | Aurin99: Duh😳😳
total 1 replies
aurel chantika
tetap semangat ya Mak,aku selalu menunggu vanila kok
Anggika15 | Aurin99: Alapyuuu
total 1 replies
aurel chantika
GK usah protes van,yang penting jatah bulanan aman sentosa
Dzulfan Ahlami
semangat sayang ku rezeki gak kmn,,buat Hati dan Hari2 emak2 bahagia dgn karyamu bonus pahaala yg gak terasa😘😘😘😘😘😘😘😘
Anggika15 | Aurin99: sun dulu sun😘
total 1 replies
Evi Ristiani Ramdhani
lopyu tu othor cuyunggggg,syuka eh klw up terosssss😃😃😃😃😃😃👍🏻
Anggika15 | Aurin99: 😘😘😘😘😘
total 1 replies
Desi Ratna sari
hai otor, aku dari apk sebelah 🤣
Anggika15 | Aurin99: Hai sayangku, cintaku. ayo duduk, biar betah/Chuckle/
total 1 replies
Dzulfan Ahlami
/Slight//Slight//Slight//Slight/beh isi dompet aman klu tiap mggu gitu
Anggika15 | Aurin99: Aman bangetttt/Shy/
total 1 replies
𝐙⃝🦜尺o
sabar van ntar kalo dah sembuh langsung lari
Anggika15 | Aurin99: Betul sekali/Facepalm/
total 1 replies
Evi Ristiani Ramdhani
duh udah berani manyun Van depan sumber uang mu🤭🤭😃🤪,bener kata othor tuh nurut aja dripada murkah nanti😆😆
Anggika15 | Aurin99: Otomatis itu manyun nya/Smile/
total 1 replies
𝐙⃝🦜尺o
lagi gak sadar ini van, toh si bapak juga suka
Dzulfan Ahlami
malu malu eongggggg ntarrr ketagihan ky akuhhhh minta up terus/Tongue//Tongue//Tongue//Tongue//Tongue/
Anggika15 | Aurin99: Kirain ketagihan apa😝😝
total 1 replies
aurel chantika
pak Edgar sudah Luluh kali van,kamu aja yang GK nyadar
Anggika15 | Aurin99: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!