Alika tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah secepat ini. Semua berawal dari satu permintaan sepele saudari tirinya, yang menyuruh Alika pergi ke sebuah hotel.
Karena sebuah kekeliruan, Alika justru masuk ke kamar hotel yang salah dan menghabiskan malam dengan Sagara, sang CEO dingin dan arogan yang selama ini hanya dikenalnya dari jauh.
Apa yang terjadi malam itu seharusnya dilupakan. Tapi takdir berkata lain.
Saat Alika mengetahui dirinya hamil. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, menyembunyikan semuanya demi harga diri, atau menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Namun, yang paling mengejutkan, justru adalah keputusan Sagara. Pria yang katanya selama ini tak tersentuh, datang kembali ke dalam hidupnya, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanggung jawab.
Cinta perlahan tumbuh di antara keduanya. Tapi mampukah cinta bertahan saat masa lalu terus menghantui dan realita kehidupan tak berpihak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27 Morning Sickness
Keesokan paginya, Alika terbangun lebih awal dari biasanya. Ia duduk di tepi tempat tidur, tangannya memegangi perut yang terasa mual sejak subuh tadi.
Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Sudah tiga kali ia bolak-balik ke kamar mandi, namun rasa mual itu tak juga reda.
“Apa karena aku hamil jadi terus mual seperti ini?” gumamnya pelan, sambil menyeka sudut bibirnya yang basah.
Alika mencoba berbaring kembali, berharap tubuhnya bisa tenang, namun baru saja kepala menyentuh bantal, perutnya kembali bergejolak.
Dengan panik, ia berlari ke kamar mandi dan kali ini benar-benar tak bisa menahan muntahnya.
“Hoek… hoek!” Suara muntah terdengar keras memenuhi ruangan.
**
Di ruang makan, Sagara duduk sendiri di meja makan yang telah ditata rapi. Aneka hidangan sarapan terhidang sempurna, tapi tak satupun disentuhnya.
Sagara sesekali melirik jam dinding. Sudah lebih dari satu jam sejak sarapan siap, namun Alika belum juga muncul.
“Kenapa dia belum turun juga?” gumamnya pelan.
“Sepertinya nona Alika kurang enak badan, Tuan. Sejak tadi malam dia tidak keluar dari kamar,” sahut Lee yang berdiri tak jauh.
Sagara mengernyit. Ia memang sempat melihat Alika tampak lelah sejak mereka pulang dari penghulu kemarin, tapi tidak menyangka kondisinya sampai seperti ini.
Tanpa banyak bicara, Sagara berdiri dari kursinya.
“Aku akan mengeceknya ke kamar.”
Sagara melangkah cepat menuju lantai atas. Sesampainya di depan kamar, ia mengetuk pintu pelan.
“Alika? Kamu di dalam?” panggilnya.
Tak ada jawaban. Sagara mengetuk lagi, kali ini sedikit lebih keras.
“Alika, kamu baik-baik saja?”
Masih sunyi.
Rasa khawatir mulai muncul. Perlahan, Sagara membuka pintu kamar dan melangkah masuk. Kamar itu tampak sepi, hingga ia mendengar suara dari kamar mandi.
Sagara melangkah cepat ke arah suara itu, menemukan pintu kamar mandi yang sedikit terbuka.
Dari dalam, terdengar suara muntah yang membuatnya panik.
“Alika!” serunya, langsung mendorong pintu dan mendapati Alika berjongkok di lantai, memegangi perutnya.
“Kamu kenapa? Sudah lama seperti ini?” tanya Sagara menghampiri wanita itu.
“Saya tidak tahu. Perut saya terus mual sejak beberapa hari terakhir,” lirih Alika.
“Mual?” ulang Sagara.
Alika mengangguk lemah. “Rasanya sangat nggak nyaman.”
“Kenapa kamu tidak bilang dari kemarin?” tanya Sagara lagi.
Alika menahan kesal. Bukankah jelas? Ia sedang hamil. Morning sickness seperti ini wajar, tapi kenapa pria ini seolah tidak mengerti?
Sagara menarik napas, mencoba tetap tenang meski ia tak bisa menyembunyikan wajahnya penuh kekhawatiran.
“Pasti karena kamu tidak makan semalam. Kamu tahu, aku duduk menunggumu sendirian di meja makan.”
“Percuma saja anda menunggu! Saya tetap tidak bisa makan! Lihat makanan saja langsung mual,” sahut Alika ketus.
Sagara tidak membalas. Ia justru membantu Alika berdiri, lalu membimbingnya kembali ke tempat tidur. Ia mengatur bantal agar Alika bisa duduk dengan nyaman.
“Duduklah,” perintahnya.
“Saya baik-baik saja.”
“Duduk. Jangan membantah. Aku akan panggil dokter.”
“Tidak perlu. Ini cuma morning sickness. Saya akan baik-baik saja.” Alika langsung menahan tangannya.
“Morning… apa?” Sagara tampak bingung.
“Morning sickness. Gejala awal kehamilan. Mual dan muntah, biasanya terjadi pagi hari.”
“Tapi tetap saja, aku akan panggil dokter untuk periksa kamu.” Sagara mengangguk pura-pura mengerti, padahal tidak.
“Saya cuma perlu istirahat. Nanti juga hilang sendiri,” ujar Alika pelan.
Meski belum sepenuhnya yakin, Sagara akhirnya mengalah. Ia duduk di pinggir ranjang, memandang Alika yang mulai tampak sedikit tenang.
“Istirahatlah. Aku akan tetap di sini. Kalau kamu butuh apapun, bilang saja.”
Alika menoleh, menatap Sagara sejenak. Ada rasa hangat yang mengalir, meski pria itu tak mengucapkan kalimat manis apapun.
“Tuan, bukankah Anda harus ke kantor?”
“Cuti,” ucap Sagara dengan berbohong. Sagara tak mungkin mengatakan kalau dirinya khawatir.
Mereka sama-sama terdiam.
Alika perlahan memejamkan mata. Rasa mualnya mulai mereda, dan keberadaan Sagara di dekatnya membuatnya merasa sedikit lebih tenang.
“Masih mual?” tanya Sagara beberapa menit kemudian dengan nada lebih lembut.
“Sedikit,” jawab Alika, tangannya mengelus perutnya yang terasa lebih tenang.
“Kalau begitu, tidurlah. Biar aku bantu atur posisi bantal supaya lebih nyaman,” ucap Sagara sambil mengambil bantal tambahan.
“Saya tidak apa-apa,” tolak Alika pelan.
“Biar lebih nyaman!!” ulang Sagara tegas.
Alika menurut, meski dalam hati ada rasa canggung. Mereka belum lama menikah, dan perhatian tiba-tiba dari Sagara membuatnya sedikit bingung.
“Boleh saya minta sesuatu pada anda, Tuan?”
“Katakan.”
“Maukah anda… mengusap perut saya?”
Sagara tertegun. Sedangkan Alika malah menggigit bibir, takut kalau permintaannya dianggap aneh.
Qlika gak mau kemeja Sagara bekas dipeluk ama Cindy..
❤❤❤❤❤❤
sengaja yuh Alika..
nerani2nya dia megang lengan langit di depan sagara..
cari perkara..
😀😀😀❤❤❤❤
aihhh di luar prediksi malah sodara tiri yg jadi pemicu cembukur
kejar Alika..
😀😀😀❤❤❤❤❤
mulai..
😀😀😀❤❤❤❤
nah gitu dong jangan menyek hari strong,,kakek mana kakek ko ga pernah nongol ga kangen apa ma cicit