Sebuah kisah asmara dia orang anak remaja yang sudah berjalan hingga 2 tahun lamanya. Perjalanan cinta yang indah tapi retak di tengah perjalanan.
Dihadapkan dengan cinta baru oleh kehadiran orang yang baru. Perasaan yang dulu membara kini terasa hampa dan dingin.
Mampukah mereka mempertahankan kisah cinta mereka yang retak menjadi utuh. Atau melepaskan demi cinta baru yang membuat mereka bahagia. Mari kita ikuti kisah cinta mereka. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marya Juliani Jawak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas Dendam Dimulai
Permata hanya berjarak selangkah dari Caca. Kini mereka sedang berhadapan dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
"Lo tadi bilang apa? Gue sibuk dengan HP gue sendiri? Oh jelas, gue punya kerjaan bukan seperti kalian yang sibuk mencari masalah, yang taunya cuman menyindir, dan mengandalkan apapun demi mendapat keinginan kalian." Klarifikasi Permata akan kesibukan dirinya.
"Tapi bisa kan lo, lihat situasi? Lo lihat sekeliling, semua pada sibuk dengan apa yang terjadi di kantor dosen sedangkan lo? Lo cuman main HP dan sibuk yang lo maksud adalah alibi lo doang. Ia kan? Pakai hati nurani lo Permata. Lo harusnya diam dan berharap agar tidak terjadi apa - apa sama dosen kita." Emosi Caca meledak dihadapan Permata
"Wau.... kenapa gue harus pakai hati nurani gue. Seharusnya, kata itu untuk diri lo sendiri. Apa lo juga pakai hati nurani lo? Atau lo takut masalah dosen berimbas kepada lo?"
"Maksud lo? Jangan kan gue, yang lain juga wajar takut berimbas pada diri mereka. Kalau dosen kenapa - kenapa otomatis pendidikan kita tertunda dan itu berakibat fatal untuk masa depan kita."
Huff.... ucap Permata menutup mulutnya.
"Masalah kantor, cuman masalah kecil kok. Cuman masalah pemecatan Direktur. Lo gak usah khawatir akan itu. Santai aja." Senyum Permata menepuk pelan lengan Caca agar Caca tidak khawatir akan situasi diluar sana
"Apa? Direktur dipecat?" Kaget mereka yang ada di ruangan mendengar jawaban Permata
"Per, lo jangan keterlaluan, lo gak boleh ngomong seperti itu. Gak mungkin Direktur kita dipecat." Peringat Pratiwi
"Betul itu, memang Direktur kita keras tapi itu demi kedisiplinan kita kok." Ucap Fahzari
"Ia lagian lo dapat berita darimana? Jangan ngadi - ngadi takutnya jadi fitnah. Ntar lo dapat masalah baru" Peringat Maya.
Semua menjadi ribut karena ketidakpercayaan berita yang mereka dengar.
"Bagus ya, dengan satu perkataan lo, bisa bikin suasana menjadi heboh. Jangan sok tau deh lo" Ucap Caca yang tidak habis dengan pikiran Permata.
"Lah, dirimu lucu? Emang itu kok masalahnya. Udah ku bilang gak usah khawatirkan orang lain. Urus aja masalahmu sendiri. Masalah sendiri aja belum tentu bisa lo selesaikan, ini mau jadi pahlawan untuk orang lain. Gak usah sok hebat." Peringat Permata pada Caca
Bugh..... bugh.....
Atensi semuanya teralihkan dengan suara yang mereka dengar dari ruang dosen. Ada yang langsung mengintip dari jendela tapi tidak kelihatan. Mereka memasang pendengaran yang tajam berharap bisa mencuri pembicaraan dosen di kampus. Tapi hasilnya tetap nihil.
...****************...
Setelah tim pendidikan dan penyelidik pulang, kantor yang rapi kini berubah menjadi kapal pecah. Banyak barang yang berserakan dimana - mana. Rambut yang rapi juga ikut menjadi berantakan sama seperti dengan ruangan ini.
"Kurang ajar..... Siapa yang berani melaporkan aku? Dasar tidak tau diri. Pengkhianatan..... " Teriak Direktur mengobrak-abrik ruangannya.
Alasan pendidikan dan penyelidik datang karena mereka mendapat laporan adanya sogok dan rekayasa nilai mahasiswa yang dilakukan oleh Direktur.
Direktur mendapat surat peringatan, dan masalah ini akan diusut sampai tuntas. Jika didapatkan seperti yang dilaporkan, maka Direktur Kampus Rayon B akan dinonaktifkan sementara dan jabatan akan dilepas serta dilakukan perpindahan wilayah.
Hidup yang sudah enak, terusik dengan laporan seseorang yang bisa membuat hidupnya hancur dalam sekejap.
Tret.... tret.... panggilan terhubung...
"Hallo Bara? Cari tau siapa yang sudah melaporkan aku ke pendidikan. Aku mau datanya malam ini juga." Sambungan langsung terputus tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon. Direktur sangat marah karena ketenangannya telah diusik. Siapapun orangnya tidak akan dilepaskannya.
...----------------...
