Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Part 27
Setelah kepergian yucan, Wisnu dan kedua bodyguard-nya, Husien kembali ke ruang pertemuan, mengadakan rapat darurat.
"Nora hubungi Lila, suruh dia ke sini sekarang." tukas Husien dengan tinggi.
"Baik tuan!"
Nora mengambil ponsel di dalam tas, kemudian men scroll layar ponsel mencari nomor kontak Lila, lalu menekan gambar gagang telepon berwarna hijau, nada dering panggilan masuk, tetapi Lila tidak mengangkat telepon dari Nora.
"Lila angkat dong." batin Nora.
"Maaf tuan! Lila tidak mengangkat telepon saya." lapor Nora.
Mendapat laporan dari Nora, Husien kemudian meminta nomor kontak Lila, karena selama ini dia memang tidak pernah menyimpan nomor Lila, setelah mendapatkan nomor kontaknya Husien menghubungi Lila. Namun hasilnya sama.
"Coba tuan hubungi Tuan Vito, mana tahu Nona Lila sedang bersamanya." ujar Nora memberikan saran.
Husein kemudian menghubungi Vito, setelah dua kali panggilan baru itu mengangkat teleponnya
"Kamu lagi di mana?" tanya Husien kesal.
"Saya lagi di kantor pusat." jawab Vito.
Husien merasa heran kenapa Vito tidak ikut pertemuan tadi, malah berada di kantor pusat padahal semua direksi petinggi perusahaan sedang berkumpul di gedung pertemuan.
"Kenapa kamu tidak datang di acara pertemuan dengan CEO group Alexsa tadi pagi?" tanya Husien.
"Mama Farah bilang kalau CEO grup Alexa pertemuannya di kantor pusat, makanya saya tidak kemana-mana." jawab Vito.
Mendengar jawaban Vito, Husien menatap ke arah Farah, di kepalanya penuh dengan beberapa pertanyaan, karena semua yang menghandle acara pertemuan ini adalah Farah dan Husein menduga ketidakhadiran Vito dan Lila adalah ulah dari Farah karena Farah tidak menyukai Vito dari dulu.
"Farah! kenapa Kamu membohongi Vito dengan mengatakan kalau pertemuan dengan CEO grup Alexsa diadakan di kantor pusat?" tanya Husien dengan suara tinggi.
"Kenapa Vito harus hadir dalam pertemuan ini, dia hanyalah seorang karyawan biasa tidak berhak bergabung dengan para direksi perusahaan." ujar Farah menyangkal ucapan Husien.
"Vito jabatannya sekarang adalah CEO di anak cabang perusahaan kita, jadi dia setara dengan direksi petinggi perusahaan yang ada di kantor pusat." hujan Husien menjelaskan.
"Itu papa yang mengangkatnya! sementara aku belum merestuinya jadi dia belum diakui sebagai CEO di anak cabang perusahaan kita." Farah mendebat keputusan dari suaminya.
"Ingat Farah! Vito itu menantu kita."
"Menantu? hahaha sebentar lagi Yura akan menceraikannya." ucap Farah seraya tertawa lepas.
Farah sama sekali tidak peduli kalau ucapannya didengar oleh para petinggi perusahaan, karena memang dari awal dia tidak menyukai pria miskin yang dicintai putrinya itu.
"Kau ini! enak saja bicara cerai." ujar Husien.
Husien yang awalnya juga tidak menyukai Vito. Namun karena melihat kegigihan Vito dalam meningkatkan pendapatan perusahaan membuat Husien sedikit bersimpati padanya dan atas permintaan Yura, Husien memberikan kepercayaan kepada Vito untuk memegang dan mengelola perusahaan anak cabang group Harahap.
"Kenapa tidak! kalau Yura sudah bercerai dengan Vito, aku akan menjodohkannya dengan yucan CEO dari grup Alexsa." ujar Farah lagi membuat emosi Husien semakin memuncak.
"Jaga ucapanmu Farah! group Alexa bukan tandingan kita."
"Kenapa tidak Yura cantik cocok kok bersanding dengan tuan Alex. Bukan dengan Vito yang kau anggap menantu itu." ujar parah dengan ada sinis.
"Malas berdebat denganmu."
Para petinggi perusahaan hanya bergumam tak jelas mendengar perdebatan antara Farah dan Husein, sebenarnya para direksi dan karyawan tidak ada menyukai karakter Farah, hanya orang-orang yang suka menjilat yang dekat dengannya.
Husein membubarkan rapat dan beranjak meninggalkan ruang pertemuan, dia melangkah keluar melalui pintu utama, kemudian langsung ke halaman parkir, masuk ke mobil.
"Niko antar saya ke kantor." titah Husein pada sopir perusahaan group Harahap.
"Baik tuan."
Sementara Vito sama sekali tidak mendapat pemberitahuan dari para petinggi direksi perusahaan kalau pertemuan dengan CEO group Alexsa diadakan di gedung hotel.
"Apa ini rencana mama Farah yang sengaja tidak menginginkan aku hadir di pertemuan itu." gumam Vito.
Tiga tahun pernikahannya dengan Yura tidak merubah prinsip Farah, dia tetap tidak menyukai Vito sampai saat ini walaupun dia sudah resmi menjadi menantunya. Vito pun tidak pernah berusaha untuk bisa disukai Farah.
Sepuluh menit kemudian Niko memasuki halaman parkir kantor pusat, dia menghentikan mobil yang dikendarainya, kemudian turun membuka pintu untuk Tuan Husien. Husein bergegas masuk ke pintu utama.
"Selamat siang tuan." siapa resepsionis sambil menundukkan kepalanya. saat melihat Husien melewati mejanya.
Husien berjalan lurus tanpa menoleh ke kiri dan kanan, bagi karyawannya itu sudah merupakan pemandangan yang biasa, karena Husien memang jarang berbasa-basi. Dengan langkah tegap Dia menuju pintu lift naik ke lantai delapan langsung ke ruang CEO.
"Papa!" seru Vito saat melihat Husien membuka pintu ruang kerjanya.
Begitu melihat Husein datang, Vito segara beranjak dari duduknya. kemudian pindah ke sofa, dia mempersilahkan Husien duduk di kursi kerjanya. Vito memang belum kembali ke perusahaan anak cabang karena Husien belum pulih benar dan masih butuh bantuannya.
"Panggil Lila ke sini." titah Husien. setelah dia duduk di kursi kerjanya.
"Lila sudah empat hari tidak masuk kantor. Pa!"
"Apa? sudah empat hari! berani sekali dia tidak minta izinnya dengan saya." ucap Husien.
Sejak kedatangan Farah Husien memang tidak ada datang ke kantor, karena dia sibuk menemani Farah ke berbagai acara sosialita dan keluarga, hingga dia tidak mengetahui kalau Lila selama itu juga tidak masuk kantor.
"Cari Lila sekarang bawa dia ke sini." titah Husien sedikit emosi.
"Lila sekarang sedang di rumah sakit. Pa! dia lagi dirawat."
"Lila sakit?" tanya Husien sedikit terkejut, karena setahu dia, Lila dalam keadaan baik-baik saja.
"Sakit apa dia?" tanya Husein lagi sebelum Vito menjawab pertanyaan Husien yang pertama.
"Dia luka parah karena ditindas oleh Mama Farah, Marisa dan Yura." ujar Vito, Dia mendapat informasi ini dari Niko pada saat mereka berjalan bersama di koridor rumah Sakit menuju parkir.
"Apa kau punya bukti! jangan asal tuduh." ujar Husien belum mempercayai berita yang disampaikan oleh Vito.
"Pa! semua direksi perusahaan dan beberapa karyawan mengetahui kejadian ini, tapi mereka tidak ada yang berani menceritakannya kepada kita, karena mama Farah telah mengancam mereka." Vito menjelaskan dengan panjang lebar.
"Kita harus bertemu dengan Lila sekarang." ujar Husein
Husien sangat cemas kalau Lila tidak bisa dihadirkan, maka kontrak kerjasama dengan group Alexsa akan gagal, karena CEO group Alexsa meminta Lila untuk mengantarkan berkas kontrak kerja itu.
"Kita tidak bisa memaksa Lila. Pa! dia sakit parah dan baru menjalani operasi." ujar Vito menjelaskan agar Husien mengerti.
Husien menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian berjalan mondar-mandir sedang memikirkan sesuatu. Bagaimana caranya bisa menemui CEO group Alexsa malam ini tampak kehadiran Lila.
"Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang, menemui Lila mana tahu malam ini dia sudah bisa bertemu dengan Tuan Alex." ujar Husien setengah memaksa.
"Tapi pa! kasihan Lila kalau kita paksakan sementara dia sedang dalam pemulihan pasca operasi." ujar Vito lagi.
"Papa ingin ketemu dia." Husien ngotot.
"Pa! di rumah sakit ada ibunya, aku khawatir kalau papa menemui Lila dan memaksanya, Lila malah dibawa pulang kampung sama ibunya." ujar Vito berusaha mencegah Husien menemui Lila.
"Lila tidak akan pergi, karena jika dia berhenti sebelum menyelesaikan kontrak kerjanya, dia dikenai denda sepuluh kali lipat gaji. Emang dia punya uang untuk bayar denda." ujar Husien yakin kalau Lila tidak akan berhenti bekerja di perusahaannya.
"Iya! mungkin dia tak punya uang sebanyak tu. Tapi jika papa memaksa dia dalam keadaaan sakit, itu sangat tidak manusiawi. Pa!"
"Kita harus bagaimana. Tuan Alex menginginkan Lila menemuinya malam ini. jika tidak kerjasama batal dan perusahaan kita diambang kehancuran." ujar Husien tak bisa membayangkan kalau perusahaan yang dibangun selama ini harus bangkrut.
Vito tidak ingin Husien menemui Lila karena akan memperkeruh suasana, tapi Vito juga tidak bisa membiarkan group Harahap bangkrut
"Begini saja Pa! saya ke rumah sakit menemui Lila. Papa menyelidiki kebenaran info tentang penindasan Lila."
Husien menyetujui usulan Vito, kemudian dia meminta Nora untuk memanggil Bambang dan Johan yang pada saat itu juga hadir di gedung pertemuan. sementara Vito akan menemui Lila.
"Apa Tuan memanggil saya?" tanya Bambang dan Johan secara beriringan.
"Jelaskan pada saya. Apakah Nyonya Farah kemaren menindas Nona Lila?" tanya Husien seraya melipat kedua tangan di dadanya.
Bambang dan Johan saling berpandangan tidak ada yang berani mengeluarkan suara.
"Saya bertanya pada pak Bambang dan pak Johan. Apakah pertanyaan saya kurang jelas?" kali ini Husien maju selangkah agar lebih dekat.
"Anu Tuan.."
"Eh Papa! temani mama ke rumah Bu Cindy dia mengadakan syukuran lahiran cucu." tiba-tiba Farah datang dan menyelonong masuk ke ruang kerja Husien.
Bambang dan Johan menarik nafas lega, dia merasa terselamatkan dari bencana yang hampir membuatnya kehilangan pekerjaan.
"Aku lagi sibuk, kamu pergi saja dengan Yura." ujar Husien menepis tangan Farah yang bergelayut manja.
"Ayolah Pa!" Farah berusaha membujuk Husien.
"Farah! Aku.."
Husien tidak meneruskan ucapannya, karena di belakang Farah, Yura dan Marisa menyusul.
********
Apakah Husien berhasil mendapat informasi tentang penindasan Lila
Baca cerita selanjutnya di part 28
Terima kasih kepada para reader yang telah membaca novel saya, jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan hadiahnya i love you♥️♥️
emak anak sm" iblis ja***ng
thanks you