NovelToon NovelToon
Si Kembar Yang Tak Diakui

Si Kembar Yang Tak Diakui

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Sindya

Anak yang semula dipinta untuk diaborsi saat mengetahui menderita penyakit bawaan, ternyata tumbuh dengan baik. Dengan kejeniusan si kembar membalas dendam perlakuan ayah mereka dengan mengambil alih perusahaan ayahnya diusianya 10 tahun.


"Gugurkan mereka....! Aku tidak sudi membesarkan anak penyakitan!" titah Rama.



"Tidak. Mereka darah daging kita. Jika kamu tidak menginginkan mereka. Aku sanggup membesarkan mereka!" tegas Alea.



"Ayo kita cerai!"

Saat mengetahui istrinya berhasil hamil, Rama begitu bahagia. Namun sayang, ketika kehamilannya mencapai lima bulan, kandungan Alea yang hamil kembar ini mengalami masalah.


"Maaf nona! sepertinya calon bayi kembar anda memiliki kelainan. Sebaiknya anda melakukan aborsi sebelum mereka berhasil dilahirkan. Jika bertahan, mereka akan tumbuh dengan penyakit bawaan," ucap dokter membuat langit seakan runtuh seketika.


Rama tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan langsung beranjak meninggalkan Alea yang masih mematung di tempatn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Tragis..

Dalam kebingungannya, Abrar mencari ponselnya yang lain di dalam laci bagian bawah dan langsung menghubungi Mark yang saat ini masih belum tidur.

Drettttttt...

Mark melirik ponselnya dan melihat nomor kontak Abrar. Ia melihat arlojinya yang menunjukkan sudah hampir pukul 2 pagi. Merasa sangat penting, Mark segera menerima panggilan itu. Belum saja ia menyapa Abrar, sudah terdengar suara teriakan Abrar yang sangat memilukan hatinya.

"Daddyyyy....tolongggg....! Ada kebakaran di apartemen di kamar kami...hiks ..hiks...hiks..!" jerit pilu Abrar terdengar menyedihkan membuat Mark segera berdiri sambil mengusap mulutnya.

"Astaghfirullah halaziiim!" pekik Mark merespon ucapan Abrar.

"Sayang. Apakah kamu bisa bergerak keluar bersama dengan Azira?" tanya Mark memberi solusi.

"Azira pingsan Daddy...hiks ... hiks...!" jawab Abrar sambil sesenggukan.

"Allahuakbar!" dada Mark makin terasa sakit.

"Sekarang kamu jangan matikan ponselnya! tetap bersama Daddy dan Daddy akan menghubungi pihak pengelola apartemen dan damkar untuk memberikan pertolongan pertama padamu.

Sebentar ya, sayang! Jangan gampang panik dan terus berdoa!" pinta Mark meneguhkan hati Abrar walaupun jantungnya sendiri hampir mau copot saat ini.

"Iya daddy. Tolong selamatkan kami...hiks...hiks..bibi Sari tidak mendengar teriakanku," ucap Abrar.

"Nanti om Barack akan ke situ! Kamu harus keluar dulu untuk menye...-"

"Tidakkkk....Aziraaa...!" teriak Abrar menjatuhkan ponselnya dan spontan berdiri melangkah dengan cepat menghampiri Azira.

Putranya Alea ini tidak sadar jika dirinya sudah bisa berjalan sendiri tanpa alat bantu apapun seperti orang normal. Rasa syok-nya membuat syaraf motoriknya bekerja dengan cepat karena adrenalinnya cukup terpacu melihat keadaan Azira.

Abrar mencari sesuatu untuk menghentikan api yang mengenai baju dress tidur adiknya. Dengan sekuat tenaga ia menarik kedua tangannya Azira yang masih pingsan itu menuju pintu.

Baru saja ingin membuka pintu itu, sudah ada bibi Sari yang mendorong pintu itu dengan handuk tebal karena gagang pintu yang sangat panas membuat bibi Sari kesulitan untuk membuka pintu kamarnya si kembar.

"Ya Allah. Abrar kamu tidak apa sayang?" tanya bibi Sari yang belum menyadari kakinya Abrar sudah bisa berdiri sempurna.

"Aku tidak apa-apa Tante Sari! Tolong Azira...! Dia pingsan," ujar Abrar ketakutan.

Bibi Sari segera menggendong Azira dan menarik tangan Abrar untuk meninggalkan kamar itu. Karena listrik di apartemen itu mati secara otomatis karena kondisi darurat akibat kobaran api, membuat ketiganya berjalan dalam kepulan asap tebal yang sudah memenuhi ruangan itu hingga membuat mereka terbatuk-batuk. Mereka berjalan mengikuti insting sambil memilah tempat untuk di injak karena lantai saja sangat panas saat ini.

"Bunda ..hiks ..bunda.... hiks...!"

Sementara Mark yang sudah mendatangi apartemen itu dengan helikopter miliknya yang terparkir di atas atap rumah sakitnya sehingga dengan mudah menjangkau apartemen yang di tempati Alea dan si kembar itu.

Mark melompat dengan cepat dari helikopternya dan berlari menuju lift. Sementara mobil damkar dan ambulance yang sudah dihubungi Mark siap mengevakuasi anak kembarnya Alea dan bibi Sari.

Karena api sudah mulai menjalar di unit kamar lain membuat tim damkar kesulitan mencapai lantai 20 itu. Pemadam harus di lakukan dari luar gedung dengan alat milik damkar.

Para petugas polisi dan satpam apartemen hanya bisa mengamankan para penghuni kamar apartemen mewah itu untuk dievakuasi di tempat aman. Di jalan sekitar apartemen sudah penuh dengan warga sekitar yang hanya bisa menatap amukan si jago merah saat ini.

Barack yang berpapasan dengan Mark di tangga darurat segera ke kamar tersebut untuk menyelamatkan nyawa si kembar dan bibi Sari yang terperangkap di dalam kepulan api.

"Tuan Mark..! anda tidak bisa masuk ke sana karena apinya sudah menyebar!" cegah kepala damkar dan juga detektif Richard menahan kedua lengan Mark yang terlihat murka pada keduanya.

"Kedua anakku terpanggang di dalam sana dan kalian mencoba menghentikan aku, hah?! lepas...!" bentak Mark menatap tajam wajah kedua pria pengecut ini seraya menghempas lengannya dari cengkraman dari dua orang pria ini dari lengannya.

"Tapi tuan...!" teriak detektif Richard serba salah karena tahu Mark adalah salah satu pengusaha dan dokter hebat yang sangat berpengaruh di Amerika.

"Keberanian seperti apa yang kalian punya tuan-tuan terhormat? Menyelamatkan nyawa anak kecil saja tidak bisa," remeh Barack melihat dua pria pengecut ini mengepalkan kedua tangan mereka pada Barack.

Mark membuka kode sandi pintu unit kamar itu yang sudah sangat panas, namun tidak dipedulikan oleh dirinya padahal tangannya adalah salah aset berharga untuk kelangsungan hidup banyak orang. Ia menendang pintu itu bersama dengan Barack hingga terbuka. Keduanya menyerobot masuk ke unit kamar itu tanpa alat pengaman apapun.

"Abrar... Abrar...!" teriak Mark di tengah kepulan asap mengisi paru-parunya. Mendengar suara daddy-nya, Abrar langsung berteriak meminta tolong karena saat ini mereka ada di dalam kamar mandi karena tempat itu saja yang tidak terjangkau api.

"Daddyyyy....! Kami di dalam kamar mandi..!" teriak Abrar terdengar sayup-sayup oleh Mark dan Barack.

"Mereka di sana...!" ucap Barack mendengar asal suara Abrar.

Mark berlari dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi itu dan mendapati bibi Sari sedang memangku Azira dan Abrar duduk ketakutan di sebelah bibi Sari. Mark dan Barack menyalakan senter ponsel mereka agar bisa melihat keadaan si kembar dan bibi Sari.

"Abrar ..! Di mana kalian sayang?" tanya Mark sambil menyenter ke seluruh kamar mandi itu.

"Daddy...!" Abrar berlari memeluk kedua kaki jenjang Mark.

"Sayang ...! Kamu tidak apa ..?" tanya Mark sangat kuatir. Ia menggendong Abrar dan memeluk anak itu sebentar.

"Badanku terasa panas daddy dan Azira dari tadi tidak sadar juga," ucap Abrar dengan suara parau.

"Kamu gendong Abrar dan saya gendong Azira..!" titah Mark menyerahkan Abrar kepada Barack.

"Bibi Sari. Biarkan aku menggendong Azira. Kita harus segera keluar dari sini dan langsung ke rumah sakit. Bibi masih bisa jalankan?" tanya Mark cemas juga dengan keadaan bibi Sari.

"Masih tuan ..! Hanya saja kakinya agak lemas untuk melangkah," sahut bibi Sari yang masih syok saat ini.

"Baiklah bibi. Ikuti langkahku dan jangan berjauhan denganku karena api di luar sudah membesar.

Mark dan Barack membasahi handuk di kamar mandi untuk menutupi tubuh Abrar, Azira dan bibi Sari agar terhindar dari jilatan api.

Tim damkar segera menjemput Mark dan yang lainnya dengan tandu. Mark membaringkan Azira dan Abrar ke brangkar untuk di bawa ke atas atap apartemen.

Mereka harus naik lagi helikopter agar bisa tiba di rumah sakit lebih cepat karena keadaan Azira yang sangat mengkuatirkan. Helikopter sudah siap membawa si kembar dan bibi Sari ke rumah sakit.

1
Hafizah Aressha R
cantik bangettt
nizarr
ini banyak banget cerita nya
Rika Kamiko
azira terlalu mudah memaafkan si rama,,tanpa menjaga perasaan dedy dan bundanya,,harusnya tak perlu sebegitu nya pd ayah kandungnya yg sdh durhaka,,,terlalu halu ceritanya dan tidak ada ditemukan dlm kehidupan nyata org spt azira ini..
Rianti Dumai
sampai dititik ini aQ masih mewek juga,,😅😂😭
Rianti Dumai
ikut Brebes baca'a Thor,😭
Rianti Dumai
maka'a jadi org jgn sombong,lisan itu mesti dijaga karna karma itu pasti ada
Rianti Dumai
dasar mertua duralex,,,🤪
Jetty Eva
manis jika kata "anak kandung" digantikan dgn "bocah kembar"...sebab jika kata "anak kandung" seakan memisahkan yg kandung n sambung..padahal Mark tak pernah menganggap mereka anak sambung..
Jetty Eva
brankar...
Jetty Eva
koq Adam..??
Rosdiana Diana: sorry, nama itu ada di novel aku juga karena bareng launching nya jadi ketukar dgn judul lain. mampir aja di judul dikira pembantu ternyata istri mafia..maaf ya typo
total 1 replies
Wahjuni Indahjani
gak bisa nahan 😭😭😭😭😭
Yuni Suharto
baru umur 6 bln udh bs manggil dad & bunda.bnr2 bayi novel 🤭
Bundanya Pandu Pharamadina
kejeniusan Alea nurun ke semua anak²nya
👍❤❤❤❤
Bundanya Pandu Pharamadina
Rama sama ortunya pasti pasti akan menyesal pd saatnya nanti
Bundanya Pandu Pharamadina
Rama Rama suami macam apa dirimu, lama menanti sang buah hati, giliran di kasih berhianat
Bundanya Pandu Pharamadina
Alea wanita cerdas tangguh ❤❤❤❤
Bundanya Pandu Pharamadina
like favorit
👍❤
sihat dan kaya
bukan tiri... tetap saudara kandung... cuma lain ayah sahaja.
Sri Utami
baguuss🥰🥰
Racan Ok
lanjut thort
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!