Theo mengkhianati sahabat serta anak dari keluarga yang sudah menjadikannya keluarga sejak ia usia 7 tahun. Ia berselingkuh dengan Zeva, istri dari Anthon, sahabat Theo. Terlalu sering menolong Zeva dari suaminya yang kasar dan penyiksa, membuat Theo memiliki perasaan pada wanita itu hingga terjadilah hubungan terlarang keduanya. "Aaaaaakh!!! Theooooo, aku mohon bawa aku kabur dan nikahi aku!" -Zeva Auliora "Maafkan aku, Zeva. Aku tidak bisa meninggalkan Anthon dan keluarganya, mereka sudah menjadikanku seperti ini" -Theo James "Zeva akan tetap menjadi istriku meskipun kamu sudah menikmati tubuhnya, aku tidak akan melepaskan wanita itu" -Anthon Stephen Bagaimana kelanjutan cinta segita dengan panasnya hubungan perselingkuhan antara Theo dan Zeva? Apakah Anthon akan menyerahkan istrinya untuk pria lain? Dukung novel ini untuk tetap berkarya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BANGKITLAH GAIRAH
Sesampainya di hotel yang bertepatan berada di samping rumah sakit, Theo dan Zeva akhirnya membooking kamar untuk menginap.
Mereka berdua memasuki kamar suite yang mereka pesan dan memiliki pemandangan menara eiffel.
Theo mendadak menjadi canggung. Zeva pun sama, baru kali ini ia berduaan dengan saudara sekaligus sahabat dari suaminya di hotel.
"Hmmm, istirahat lah. Aku akan tidur di sofa setelah aku mandi" ucap Theo memecah keheningan.
"Ba..baiklah.. terima kasih" sahut Zeva dan pria itu hanya bisa memberi senyum tipis.
Jaket kulit yang Theo pakai, ia lepaskan dan letakkan diatas sofa. Lalu ia pun masuk ke kamar mandi dan bersandar di balik pintu.
"Astaga. Kenapa aku jadi kikuk begini berdua sama wanita? Mana Theo yang cassanaova hah?" batinya menggerutu pada dirinya sendiri.
Zeva bisa menatap punggung Theo yang bersandar di balik pintu dan tersenyum lalu berubah menjadi datar serba salah.
"Pasti dia saat ini sedang memikirkan saudara bejatnya itu. Ck, bagaimana Anthon bisa tumbuh menjadi pria brengsek sedangkan Theo tumbuh menjadi pria yang sangat mempesona" batinnya.
Melihat punggung Theo sudah menjauh dari pintu, barulah Zeva melepas mantel musim dinginnya dan ia letakkan di atas nakas setelah dilipat.
Lalu ia baringkan tubuhnya di atas ranjang.
Mendengar suara shower, Zeva bisa tau jika Theo benar benar sedang mandi.
Ia berusaha memejamkan matanya namun tidak juga kunjung terlelap.
"Hmmmm, kenapa aku tidak bisa tidur? Apa yang aku tunggu" gerutunya.
Ceklek.
Pintu kamar mandi terbuka dan membuat Zeva terkejut. Begitu pula dengan Theo yang baru saja keluar kamar mandi dengan pakaian yang sama seperti sebelumnya hanya saja rambutnya saat ini basah dan sedang ia keringkan dengan handuk.
"Kenapa kamu belum tidur?" tanya Theo.
Zeva terlihat mencari jawaban masuk akal beberapa detik dalam diamnya.
"Hmmm, sepertinya aku lapar. Lagipula aku juga belum minum obat" jawab Zeva apa adanya meskipun terdengar seperti alasan logis tapi sebenarnya ia tidak terlalu merasa lapar. Mengingat ia tadi mendapatkan obat jadi kesempatan beralasan.
"Oh iya.. maafkan aku sampai lupa tidak memesankanmu makan. Coba aku telepon recepsionisnya" ujar Theo.
"Mau makan apa?" tanyanya kemudian.
"Apa saja" sahut Zeva lalu Theo mengangguk.
Setelah panggilan diterima, pria itu pun akhirnya memesan 2 steak tenderloin.
"Sudah aku pesankan. Tunggulah sebentar" ujar Theo.
"Iya" jawab singkat Zeva karena entah kenapa posisinya saat ini yang berdekatan dengan Theo membuat buluk kuduknya merinding hanya dengan menghirup aroma pria itu setelah mandi.
Saat Theo menjauh dan duduk di sofa, barulah Zeva bisa bernafa lega.
"Hampir saja aku benar benar tidak bisa menahan diri jika didekat Theo" batin wanita itu.
"Bagaimana keadaanmu sekarang, udah enakan?" tanya Theo mulai perhatian.
"Lumayan. Saat ini aku sudah memiliki tenaga untuk hidup kembali meskipun aku tau hanya beberapa jam sebelum aku bertemu dengan pria itu" jawab Zeva.
"Pria itu? Maksudmu Anthon?" tebak Theo.
"Iya, saudara mu itu begitu membuatku muak dengan hidup ini" sahut Zeva dengan ekspresi marah.
Theo menghela nafas panjang sambil menghentikan gerakan tangannya mengeringkan rambut.
"Anthon tidak seburuk itu, Zeva. Dia sebenarnya pria baik namun karena selama ini Ayah selalu memaksanya untuk kuat sehingga ia menjadi keras seperti itu. Lunakkan dia dengan perasaan cinta darimu, pasti dia pun akan sadar cepat atau lambat" ucap Theo.
Zeva tersenyum smirk mendengarnya.
"Sebangga itu kah kamu dengan dia? Kamu..kamu tidak tau hidup seperti apa yang aku alami selama setahun ini bersamanya, Theo" sahutnya dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Aku tau dan kamu seharusnya juga mengerti bahwa ini adalah konsekuensi dari pernikahan bisnis diantara keluarga kalian. Jika kamu dari awal tidak menyukai Anthon seharusnya kamu menolak pernikahan ini" ujar Theo yang masih berusaha mempertahankan citra baik dari saudara angkatnya.
"Kamu sangat mencintai saudara dan sahabatmu ini ya. Baiklah, aku mengerti. Mungkin setelah malam ini, tidak seharusnya aku meminta bantuan mu" sahut Zeva dengan nada kecewa.
Theo tau apa yang barusan ia katakan cukup menyakitkan bagi Zeva dimana ia pun tau bagaimana keadaan keluarga Hermes saat ini.
Zeva memilih diam dan menatap ke luar jendela. Ia memalingkan wajahnya dari hadaoan Theo karena ia tidak bisa menahan air matanya lagi.
Ia kira Theo bisa mengerti dirinya dan mungkin pria ini bisa mengobati hati yang terluka, ternyata lebih memilih menjaga nama baik suaminya yang sangat brengsek.
Ting..tong...
Bel kamar berbunyi sepertinya pesanan makan sudah datang.
Theo berdiri dan membuka pintu dan benar saja 2 steak tenderloin sudah terhidangkan.
"Selamat malam, Tuan. Selamat menikmati" ucap waiter/ restaurant yang langsung mengantarkan pesanan ke kamar.
"Terima Kasih" sahut Theo dan tidak lupa pria ini memberikan tips 15 Euro kepada waiters tersebut.
Ia pun menutup kembali pintu kamar dan mendorong trolli makanan.
"Sudah datang. Makanlah" ucap Theo.
Zeva menyeka air matanya lalu menoleh kearah pintu.
"Terima kasih" ujar Zeva lirih dengan raut wajah yang masih kesal.
"Sama sama. Ayo kita makan" ajak Theo.
Di kamar suite itu ada sebuah meja yang bisa digunakan makan untuk berdua. Theo menata 2 steak di meja.
Zeva pun terpaksa turun dari ranjang dan berjalan ke arah meja.
Namun saat merasakan aliran darah datang bulannya deras, ia rasa sudah menembus celana. Ia pun menoleh ke atas ranjang.
"Astaga! Tembus!" batinnya panik.
Lalu ia buru buru mengambil pembalut yang ia bawa ditasnya dan masuk kamar mandi tanpa berkata apapun kepada Theo hingga pria itu kebingungan.
"Ada apa Ze? Apa kamu baik baik saja?" tanya Theo didepan pintu kamar mandi.
"Aku..aku baik baik saja..hanya saja aku perlu ganti pembalut" jawab Zeva.
Mendengar kata pembalut, Theo mengerti jika Zeva juga perlu mengganti bantalan yang menahan darah datang bulan.
Lalu ia membalikkan tubuhnya dan melihat ada jejak darah di seprei ranjang.
Ia pun tersenyum smirk.
"Hmmm gara gara ini ya sampai dia panik dan langsung masuk kamar mandi" gumamnya.
Theo yang gentleman dan sudah mengusai mengatasi wanita, tidak ingin Zeva menjadi malu padanya karena hal ini.
Ia langsung menelepon receptionis untuk meminta ganti sprei. Karena hotel ini cukup mewah dengan pelayanan yang baik, hanya menunggu 5 menit, sprei sudah diganti baru. Tentunya Theo akan dikenakan biaya tambahan, tapi bukan masalah.
Zeva yang tidak ada c-d ganti, tidak bisa keluar kamar mandi karena bagaimana dia bisa pakai pembalut jika tidak ada c-d yang ia pakai terlebih dahulu.
Ia pun enggan untuk meminta tolong pada Theo karena malu.
Namun Theo yang sangat peka, setelah menyaksikan sprei itu diganti, ia buru buru keluar kamar dan berlari menuju swalayan 24 jam didekat jalanan hotel. Ia membeli c-d darurat untuk wanita di swalayan itu.
Ia pikir, Zeva hanya memerlukan c-d karena wanita itu bisa memakai handuk untuk membelit bagian bawahnya.
Toko fashion jam 12 malam sudah tutup semua.
Theo langsung kembali setelah mendapatkan c-d untuk Zeva.
Tok...tok..tok..
Theo mengetuk pintu kamar mandi.
"Ze, bukalah pintu. Ini aku bawakan sesuatu yang bisa kamu pakai" ujarnya.
Zeva pun penasaran apa yang dibawa Theo, mana mungkin pria itu tau apa yang dibutuhkan seorang wanita yang sedang datang bulan hingga bocor/tembus.
"Apaa itu? Kamu membawakanku apa?" tanyanya.
"Ce-la-na dal-am" jawab singkat Theo membuat Zeva langsung sedikit membuka pintu.
Theo langsung memberikan paperbag yang ia bawa di sela pintu itu. Lalu ia menunggu Zeva duduk di meja makan.
Tak lama kemudian, Zeva keluar kamar mandi dengan lilitan handuk di bawahnya.
"Terima kasih" ucap Zeva malu malu.
"Sama sama. Ayo makan" ujar Theo.
Pandangan Zeva langsung mencari jejak darahnya tadi tapi tidak ada.
Theo tau apa yang wanita itu cari.
"Aku sudah mengganti spreinya. Eh..lebih tepatnya room service yang mengerjakannya tadi" celetuk Theo.
Seketika itu Zeva semakin malu namun juga ada perasaan bahagia, ternyata ada pria yang mengerti seorang wanita yang sedang mengalami datang bulan.
Zeva berjalan berlahan mendekati meja didepan jendela dan duduk didepan Theo.
"Sudah dingin. Apa perlu aku pesankan lagi?" tanya Theo.
"Tidak perlu. Aku masih bisa memakannya" jawab Zeva.
Lalu mereka berdua pun makan malam bersama.
Steak yang mereka pesan sama sama habis tak tersisa. Entah kenapa kedua orang itu seperti sama sama kelaparan.
Theo membantu mengambilkan obat Zeva di tas wanita itu karena saat keluar UGD tadi obat yang telah ia ambil ia berikan.
"Minumlah" ucap Theo.
Zeva tersenyum dan mengambil obat itu lalu meminumnya.
"Tidurlah" ucap Theo lagi.
"Iya" jawab singkat Zeva.
"Oh ya, maafkan aku. Di kamar mandi ada celana yang kujemur" lanjut wanita itu.
"Tidak masalah" sahut Theo dengan senyuman.
Zeva berdiri dan berniat ke ranjang namun tiba tiba ia terpeleset dan hampir jatuh jika Theo tidak menariknya dalam pelukan.
"Kamu tidak apa apa?" tanya Theo seketika panik.
"Ti..dak..apa apa..aku yang tidak berhati hati" jawab Zeva gugup sambil tetap menikmati pelukan Theo.
"Aroma wanita ini sungguh membuatku tak bisa menahan diri" batin Theo dan tiba tiba nalurinya muncul sebagai pria cassanova, tapi ia sekuat tenaga menahannya.
Theo memilih untuk mendorong wanita itu dan membalikkan tubuhnya membelakangi Zeva.
"Hati hati kalau jalan. Mungkin aku tidak ada disampingmu jika kamu terjatuh" ucap Theo sok cuek padahal hatinya berdebar.
Zeva sepertinya yang tidak bisa menahan diri terhadap pria dihadapannya ini.
"Biarkan aku dicap sebagai wanita murahan, aku tidak peduli!" batinnya sebelum ia terbakar gairah.
Grep!!
Zeva memeluk Theo dari belakang.
Kedua gundukan kenyal miliknya menempel di punggung pria yang sedang ia peluk dan bergerak lembut disana sesuai irama tarikan nafas Zeva.
"Ze..zeva..apa yang kamu lakukan?" tanya Theo dengan suara bergetar karena gugup dan kaget.
"Memelukmu. Biarkan aku memelukmu sebelum aku tertidur" jawab Zeva semakin mengeratkan pelukannya.
Theo tak berkutik dan desiran panas dalam tubuhnya mulai bangkit.