Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Udah Nikah Tapi Gak Berasa Gitu
Pada akhirnya Faradila Queenza sang ratu kecantikan Fakultas Ilmu Sosial berhasil disingkirkan. Hari itu Saras masih tidak berani keluar kost. Yuli izin ke PK dengan membuat surat keterangan sakit ditandatangani Ibu Kost. Tapi Saras masih terus telponan atau chattingan dengan Jordan dan Mekel.
"Faradila udah dikeluarin dari kampus, Sayang," kata Jordan via telepon sore itu.
Saras yang menghabiskan waktu seharian setelah bertarung dengan rebahan di kasur, order-order makanan enak di gofud dan belanja online pun menanggapi ketus, "aku kan sudah bilang, ini bukan soal dia, persetan dengan si muka cantik itu, aku ingin putus, putussss tus tus tus," katanya.
"Tapi aku nggak mau putus, Sayang, aku cinta sama kamu, aku bisa gila, jangan sayang," kata Jordan disertai isakan.
"Heh ! Laki-laki kok nangis. Aku tidak mau tahu," jawab Saras kesal juga.
"Kamu kenapa berubah ? Kita belom ada sebulan jadian, aku janji bakal bahagiain kamu, apapun keinginan kamu adalah perintah bagiku, jangan siksa aku begini, huhuhu," ucap Jordan lebay.
'Tut,' telepon langsung dimatikan.
"Sayang ! Sayaaang ! Tidaaaaak huwaaaa !" tangis Jordan semakin menjadi. Ia memeluk Mekel yang menemaninya jogging sore di kampus.
Mekel yang menjadi penyebab kandasnya hubungan Jordan dan Siti ikut bingung jadinya, "udah Jor, lupain aja, itu tuh diliatin kakak-kakak angkatan tuh, malu, Jor, udah gede nangis," katanya menunjuk beberapa pelari yang gemuk-gemuk berbaju ketat.
"Gue nggak bisa, Mek, Siti itu hidup gue, dia ikan dan gue air lautnya, tanpa ikan laut hampa, laut sepi gak ada warna, gue hancuuur, Mek, huhu huwaa," ucap Jordan yang sudah banjir air mata dan ingus.
Mekel mengusap wajah sahabatnya dengan handuk keringat, "sabar, gue beliin minum dulu ya, soda gembira ya biar nggak sedih lagi lu, tunggu di sini," katanya menghindar pergi ke kantin kampus.
Jordan masih terus dirundung kesedihan, bahkan tangisnya lebih kenceng daripada tangis meratapi neneknya yang meninggal tahun lalu. Tiba-tiba tas olahraga Mekel yang ditinggal di samping tempat duduk Jordan berbunyi nyaring, "akuuu butuh perhatian, tapi tak kau hiraukan… aku butuh kasih sayang…."
"Ada telepon," ucap Jordan membuka resleting tas itu dan melihat siapa penelepon.
"Aku mau di manja-manja.. manja-manja…," ponsel masih terus berdering.
Jordan membelalak melihat penelepon itu bernama Siti. Karena tidak diangkat, telepon mati, dan ada chat masuk. Hp itu dipassword, namun ada notifikasi yang siapa saja bisa baca di layar, 'ping !'
@Siti : Mas, Jordan nggak mau diputusin nih, bingung aku.
'Ping !' lagi.
@Siti : Tapi gak papa, sabar ya, Mas. Aku akan terus berusaha demi cinta kita. Ini semua salahku awalnya milih Jordan, bukannya kamu. Kalau Jordan masih terus ngejar-ngejar aku seminggu ini, aku akan pakai cara kekerasan kalau perlu.
Ping ! lagi, chat Siti masuk bertubi-tubi dan Jordan memelototinya dengan perasaan panas, wajahnya memerah, lehernya yang tegang berurat. @Siti : Pokoknya ntar habis ujian kita jadi camping bareng ya, pas liburan kita ke Jojga, Mas kan janji mau ngenalin aku ke keluarga besar Mas, aku udah gak sabaran kepengen nikah sama Mas begitu lulus nanti.
Melihat Mekel berjalan dari kantin membawa dua gelas es, Jordan buru-buru memasukkan lagi hp itu ke dalam tas dan menutup resletingnya. Ia pura-pura biasa saja, padahal dalam hati tak menyangka sama sekali bahwa sahabatnya menikungnya dari belakang seperti ini.
"Ini," kata Mekel menyodorkan es.
"Makasih, Pren," jawab Jordan dengan suara dalam.
'Sroop,' Mekel menyedot sedikit, sedangkan Jordan menggelegak es itu rakus dan cepat, 'glek glek glek glek.'
"Gue pulang duluan ya," kata Jordan buru-buru pamit.
"Kok buru-buru, belum juga kita lari," kata Mekel.
"Gak papa, gue mau ketemu psikolog," jawab Jordan.
Mekel ditinggal sendirian bersama gelas kosong. Ia habiskan dulu esnya sebelum pergi juga, gak enak rasanya jogging sendiri, pasti nantinya bakal digodain cewek dimintai nomer hp, ia pun segera pesan ojek menuju ke bengkel mobil, baru hari ini ia ada waktu jemput kendaraan kesayangannya itu meski sudah dari beberapa hari yang lalu beres.
Sesampainya di bengkel, Mekel langsung ke kasir untuk membayar tagihan, "Bang, berapa ?" tanyanya.
"Sudah dibayar Papinya Mas Mekel dari kemarin, Mas," kata si kasir.
"Lho !! Ooh.. yaudah," jawab Mekel bingung tapi kemudian mengambil kunci mobilnya dan bergegas membawanya pulang, karena biaya inap mobil di bengkel ini kalau gak diambil-ambil pemilik per harinya kena ces 100 ribu.
Di jalan Mekel berpikir kok bisa Papinya tahu mobilnya masuk bengkel ? "apa mungkin Pak Rektor yang ngelaporin ?" gumamnya.
Setibanya di kosan, sosok yang sedang Mekel pikirkan itu sudah duduk-duduk sambil merokok di depan kost. "Pulang juga kamu, Mek," sapa pria berpakaian casual tapi branded itu.
"Papi ngapain ke sini ?" tanya Mekel kesal sekaligus tegang.
"Jenguk kamu, Papi dapet laporan kalau mobil kamu masuk bengkel, Papi nginep di hotel kok, ntar malem baru balik ke Jogja, bukain pintu gih ! Papi dah nunggu kamu lama dari tadi, gimana kuliahmu ?" jawabnya.
"Biasa," jawab Mekel membuka pintu kost. Ia selalu bersikap sedingin itu dengan ayahnya yang hingga kini masih menjalin hubungan dengan beberapa wanita simpanan.
"Gadis itu… siapa namanya ? Siti Wulandari ? Kamu sudah pernah ketemu keluarganya ? Silsilahnya ? Dia orang Jakarta kan ? Hati-hati kamu sama orang Jakarta terutama silsilahnya, kadang suka gak jelas," kata si Om ngoceh terus.
"Siti Khumairoh namanya, darimana Papi tahu soal Siti ?" tanya Mekel tak kalah terkejut kali ini.
"Ada deh, intinya… selidiki dulu cewek ini sebelum kamu menjalin cinta, dia juga harus paham silsilah keluarga kita dan bisnis Papi," jawabnya.
"Pasti rektor lagi nih, gak ada yang tahu antara gue sama Siti, rektor doang yang waktu itu nonton gue ciuman," batin Mekel.
"Pi, aku capek banget, mau langsung istirahat," katanya.
"Kamu ngusir Papi ?!" kata si Om dengan nada tinggi.
"Nggak gitu," kata Mekel melepaskan bajunya yang belum berkeringat.
"Yaudah gak papa, Papi pulang aja sekarang, eh sebentar… kartu kredit kamu kok gak pernah dipake ? Masih kerja di club malam kamu ? Sampai kapan kamu begitu terus, hah ?" kata Si Om hendak keluar tapi gak jadi lagi.
"Kan Papi yang ngajarin," jawabnya.
Si Om menghela nafas lelah, Om yang hidupnya penuh hura-hura ini, yang selama ini menikahi Mamanya Mekel karena perjodohan antar keluarga berdarah biru yang tidak diinginkannya, yang suka mabok demi melupakan masalah hidupnya. "Huft… Mekel, Papi rusak, Papi jahat, Papi tahu itu.. tapi Papi gak mau kamu seperti Papi, cukup Papi saja yang kayak gini, kamu jangan ! Papi ini sebetulnya sangat sayang sama kamu."
"Aku bisa ngurus diri sendiri, Pi, aku juga bisa nentuin siapa calon istriku sendiri," jawab Mekel sebelum pergi ke kamar mandi dan cuekin sang Ayahanda.
Papinya Mekel mengusap wajahnya kemudian pergi dari kamar putranya, ia pesan taksi ke hotel sebelum pergi ke bandara. Namun sebelum meninggalkan area Kota Xxx Papinya Mekel mengirimkan chat kepada utusan atau pengawal pribadi yang ia kirim khusus menjaga dan mengawasi setiap kegiatan Mekel tanpa Mekel sadari.
@Pak Bobby Kusumaningrat : Cari tahu soal Siti lebih detail, kehidupan pribadinya, orang tuanya kerjaannya apa, dan sifatnya bagaimana atau kirim aja curiculum vitaenya ke saya kalau ada maksimal besok malam.
@Vano : Siap, Pak.
***
#Alam jin
Rombongan Rakha tiba di bukit tempat kurungan raksasa siluman ular. Siti, anak-anak Wowo dan Rakha turun dari tunggangan kemudian meninjau lokasi.
"Wooow !" kata-kata pertama mereka saat melihat benda pink cantik itu.
"Sesuai request Pangeran, kami sudah cat semuanya dengan warna merah jambu, kemudian kami beri bunga besi warna salem dan silver, ada kasur bulu angsa empuk di sana, mari silahkan lihat saya antar ke bawah, oh kami juga sudah bangun tangga besi ke bawah, gak usah susah-susah pakai tali," ucap Empu Mangkusegoro menjelaskan bak makelar perumahan menawarkan pembeli pertamanya.
Setelah menuruni ratusan anak tangga, Siti masuk pertama kali ke dalam kurungan itu, "ini… penjara atau hotel sih ? Mewah amat. Itu lukisan siapa ?" tanyanya menunjuk hiasan dinding.
"Itu beberapa artis tampan dari alam jin, supaya siluman itu kerasan," jawab sang Empu.
Rakha melihat-lihat rak buku kayu jati yang mahal penuh dengan tulisan kisah-kisah, legenda dan dongeng serat-serat yang dirapikan jadi satu banyak sekali. Kemudian ia menjajal kasurnya, terpantul-pantung bak melayang di atas awan. Desainnya sangat aman dari hujan, badai dan lain sebagainya.
"Ada kolam renangnya, hehehe," pekik Sugeng berlarian bersama adiknya antusias.
"Tempat ini sempurna, apa nantinya aku gak akan didemo rakyat jin ya membangun penjara semewah ini hanya untuk 1 orang ?" ucap Rakha langsung galau.
"Paduka, kejadian itu sudah ratusan tahun yang lalu, rakyat jin sudah banyak yang lupa dengan pembantaian besar-besaran waktu itu yang dilakukan Saraswati, hanya yang tua-tua saja yang ingat, kau tidak perlu khawatir, lagian tempat ini sangat terpencil, hampir terisolir," jawab sang empu duduk di sofa bulu beruang yang lembut.
"Baiklah kalau begitu," jawab Rakha bangkit dari kasur, saking nyamannya ia jadi ngantuk ingin tidur siang sekarang.
"Berarti sebentar lagi aku bisa pulang, yeaaaah !!!" sorak Siti girang.
"Yeaaaah," kedua anak Wowo pun senang.
"Ayo pulang sekarang bersamaku !" ajak Rakha dengan cepat menggandeng tangan Siti kembali ke tangga.
Setelah sampai di rumah dinas, hari menjelang Maghrib, Pak Wowo menjemput dua anaknya pulang, "Kak City, besok kita main lagi ya," pekik Karmilah sambil melambai tangannya.
"InshaAllah," jawab Siti tidak janji. Mungkin saja besok Rakha berbelas kasih dan ia sudah diizinkan pulang, ia tak mau kedua anak gendruwo itu menangis merengek minta ikut ke alam manusia juga.
Rakha dan Siti pun menuju ruang makan, pelayan menghidangkan bubur jelarut yang terbuat dari tepung garut yang lezat, ada daging-dagingan juga dan berbagai buah serta sayuran hijau segar. Keduanya makan dengan tenang.
Siti menyesap susu kambing sebentar sebelum mengutarakan sesuatu, "gue… setuju nikah sama Abang."
Rakha langsung berhenti makan mendengarnya, "sungguh ?"
Mata Siti berkaca-kaca, "gue udah kangen berat sama alam manusia, hiks, gak ada pilihan lagi, gue mau nikah sama Abang demi bisa pulang."
Rakha meletakkan garpu dan pisaunya kemudian menggenggam salah satu tangan Siti, ia bahagia dan sedih bersamaan, bahagia karena akhirnya ia dan Siti bisa bersatu, sedih karena Siti melakukannya karena terpaksa dan begitu selesai keduanya akan berpisah.
"Habisin dulu makannya ya, trus habis ini kita ke kamar ngomongin ini, kamu butuh banyak tenaga," kata sang pangeran bulu.
"Iya," jawab Siti menyeka air mata dan lanjut makan cepat dan lahap.
Setelah makan Rakha mengajak Siti masuk ke kamar pribadinya, kamar itu luaasss, banyak sekali pakaian, buku, serat dan perhiasan tergeletak begitu saja. Rakha mengajak Siti duduk bersama di tepi ranjang, "kalau kamu memang sudah setuju… sekarang pakai ini lagi," katanya melepaskan kalung mustika di lehernya dan menyerahkannya.
Siti menerima kalung itu kemudian memakainya, "oke, jadi kapan kita nikahnya ? Kita bikin acara sederhana aja gak usah ngundang banyak orang, bisa kan ? Kita cari penghulu besok pagi-pagi ya ?" tanyanya.
Rakha tersenyum seringai, "kita sudah sah sekarang, pernikahan manusia dan pernikahan di alam jin itu beda, nikah di sini gak perlu begitu-begitu. Prosesinya adalah saling bertukar mustika, karena kamu gak punya mustika kamu cukup pakai punyaku, gitu aja, pesta hanya pemanis," katanya menjelaskan.
"Lhaaah ? Gini doang ?" tanya Siti heran.
"Iya, kita suami istri sekarang," jawab Rakha.
"Hah ?! Kok… kok gak ada rasa apapun ya ? B aja gitu ? Masak gini doang ? Gak pake wali, ijab kabul dan saksi gitu ? Prosesi midak tigan ?" ucap Siti masih gak terima.
"Yang penting kita berdua sama-sama ridho dan sepakat kan ? Aku juga sudah mendapat restu Ayahku," kata Rakha.
"Iya juga," jawab Siti.
Rakha tersenyum puas kemudian hendak memeluk, tapi Siti mendorong tubuh itu. "Tunggu !"
"Kenapa ? Apa lagi ?" tanya Pangeran bulu ini masih mencoba sabar, namanya juga istri.
"Gue ada pertanyaan selama ini yang gue simpen, Abang kan sah jadi suami gue nih, Abang harus jujur sekarang, kenapa… bangsa jin di sini pada pinter bahasa Inggris ? Perasaan sejak awal semua pada sering pake bahasa Inggris, itu sugeng yang kecil aja pinter," tanyanya sambil berdiri di hadapan Pangeran Rakha.
"Karena peradaban kami udah tua di muka bumi, Dek, dan seorang jin bisa hidup selama ratusan bahkan ribuan tahun. Seperti yang kamu lihat jin dari berbagai negara ada di pasar, ilmu pengetahuan berkembang pesat tapi gaya masyarakat masih tradisionalis," jawab Rakha.
Masuk akal, batin Siti. Siti mengangguk dan mengajukan pertanyaan kedua, "yang kedua," katanya.
"Silahkan," kata Rakha mengangguk.
"Apa wujud asli Abang sebenarnya ? Abang bisa ganti-ganti wujud kan kayak jin lainnya ? Bisa jadi lelaki tampan, bisa jadi… mungkin… setengah hewan," tanyanya.
Rakha tersenyum simpul kali ini, "asal kamu gak takut trus lari dari Abang akan Abang tunjukin."
"Aye gak bakal lari, Bang," jawab Siti mundur-mundur jaga-jaga jika wujudnya seseram yang ada di benaknya.
Rakha bangkit dari kasurnya yang luas, berdiri tegap mendekati Siti. Siti makin mundur ke belakang, tiba-tiba bulu-bulu oranye keluar dari kulit mulus itu, wajah Rakha pun berubah, hidungnya jadi besar, kumis-kumis lele mencuat warna putih, taring panjang pun terlihat. Dan ukuran tubuhnya mekar 2-3 kali lipat.
"Haaah !!" Siti bersandar pada pintu sambil menutup mulutnya yang melongo. Manusia harimau ada di hadapannya.
"Ini wujud asliku, Siti, kau masih mau jadi istriku kan ? Walau hanya sehari ?" tanya Babang Rakha ganteng yang serem sekali sekarang.
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit