Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Dosen Cantik
Universitas Jianghai. Kampus paling elit di kota ini, tempat berkumpulnya anak-anak pejabat, pengusaha kaya, dan segelintir mahasiswa beasiswa cerdas yang sering jadi bahan bully-an.
Selama tiga tahun, Ye Chen termasuk dalam kategori terakhir. Mahasiswa miskin, pekerja paruh waktu, dan terlihat menyedihkan.
Tapi hari ini, semuanya akan berubah.
Vroooom!
Suara raungan mesin mobil sport membelah keheningan pagi di gerbang kampus. Sebuah Lamborghini Veneno berwarna hitam matte... yang terlihat seperti pesawat tempur... meluncur pelan memasuki area parkir VIP.
Para mahasiswa yang sedang berjalan kaki spontan berhenti. Mata mereka terbelalak.
"Gila! Mobil apa itu?! Aku belum pernah melihatnya di majalah!"
"Itu Veneno! Harganya puluhan juta Yuan! Siapa yang bawa? Anak Gubernur kah?"
"Pasti Tuan Muda baru dari Ibukota!"
Semua orang menahan napas saat pintu mobil bergaya scissor door itu terangkat ke atas.
Kaki jenjang berbalut celana bahan mahal menapak aspal. Lalu keluarlah sosok pria dengan kacamata hitam Aviator, mengenakan kemeja putih yang lengan bajunya digulung santai, memamerkan jam tangan Patek Philippe di pergelangan tangannya.
Pria itu membuka kacamatanya, menyisir rambutnya ke belakang dengan jari.
"Ye... Ye Chen?!"
Seseorang berteriak kaget. Itu adalah ketua kelas Ye Chen, si gemuk Budi.
"Hah?! Ye Chen si miskin itu?"
"Tidak mungkin! Bukannya dia kemarin baru saja diusir dari kontrakan?"
"Operasi plastik?! Atau dia habis merampok bank?!"
Bisik-bisik tetangga langsung menyebar seperti api disiram bensin. Tatapan yang dulu meremehkan, kini berubah menjadi campuran rasa iri, kagum, dan curiga.
Ye Chen tersenyum tipis. Dia menikmati perhatian ini.
"Sistem, terima kasih mobilnya. Nyaman juga ternyata," gumamnya pelan.
Mobil ini adalah "bonus kecil" yang dia beli dalam perjalanan dari Mall kemarin menggunakan aplikasi Online Shopping khusus yang disediakan Sistem (pengirimannya instan via portal gaib, jadi tidak perlu urus STNK).
Ye Chen berjalan menuju gedung Fakultas Ekonomi. Langkahnya tegap, auranya mendominasi. Beberapa mahasiswi cantik yang dulu bahkan tidak sudi meliriknya, kini tersenyum manis, berharap untuk disapa.
"Hai, Ye Chen... Baju barumu bagus," sapa seorang primadona kampus dengan nada genit.
Ye Chen hanya mengangguk singkat, "Trims." Dia terus berjalan. Wanita-wanita dangkal ini tidak menarik lagi baginya.
Tujuannya sekarang adalah ruang dosen. Dia harus mengurus masalah skorsing-nya akibat telat bayar uang semesteran minggu lalu.
Koridor Fakultas Ekonomi.
Saat Ye Chen berbelok di koridor, dia mendengar suara langkah sepatu hak tinggi yang tegas dan berirama.
Tap. Tap. Tap.
Suhu udara di koridor itu mendadak turun beberapa derajat. Para mahasiswa yang sedang nongkrong langsung bubar jalan atau menunduk ketakutan.
"Gawat! Penyihir Es datang!"
"Lari! Jangan sampai tertangkap matanya!"
Dari ujung koridor, berjalanlah seorang wanita yang kecantikannya bisa meruntuhkan suatu negara, tapi tatapannya bisa membekukan neraka.
Su Yan (32 Tahun). Dosen termuda dan paling ditakuti di universitas.
Dia mengenakan kemeja sutra putih yang kancingnya sedikit tegang menahan dadanya yang over-sized, dipadukan dengan rok pensil hitam ketat yang membalut pinggul lebarnya yang matang. Kakinya yang jenjang dibalut stocking hitam tipis, berakhir di sepatu hak tinggi merah menyala. Rambut hitamnya digelung rapi, dan kacamata berbingkai emas bertengger di hidung mancungnya.
Cantik. Cerdas. Dan mematikan.
Ye Chen berhenti. Matanya menyipit. Bukan karena takut, tapi karena Sistem tiba-tiba berbunyi nyaring.
Ding!
[Mendeteksi Target Harem Potensial!]
[Nama: Su Yan.]
[Status: Perawan Tua (Belum Menikah), Dosen Killer.]
[Kondisi Khusus: Terkena Kutukan 'Sembilan Yin Beku' (Nine Yin Frost Curse).]
[Efek Kutukan: Setiap malam bulan purnama, tubuhnya akan terasa sangat dingin dan sakit luar biasa. Hasrat seksualnya ditekan paksa oleh energi dingin ini, membuatnya menjadi wanita yang dingin dan galak.]
[Solusi: Membutuhkan 'Energi Yang Murni' dari Host untuk menetralkan racun dingin itu. (Kode: Dual Cultivation Pijat Plus-plus).]
[Nilai Penaklukan: S (Sangat Sulit).]
Ye Chen menelan ludah. 'Wah... Pantas dia galak. Ternyata dia kesakitan dan... kurang belaian?'
Su Yan terus berjalan lurus, matanya menatap dokumen di tangannya. Dia tidak melihat ada orang di depannya.
Atau mungkin dia melihat, tapi menganggap Ye Chen akan minggir seperti mahasiswa lain.
Tapi Ye Chen tidak minggir. Dia berdiri tegak di tengah jalan.
Bruk!
Su Yan menabrak dada bidang Ye Chen. Dokumen di tangannya berhamburan ke lantai.
"Aduh!" Su Yan terhuyung ke belakang, hampir jatuh karena hak tingginya terpeleset.
Dengan sigap, Ye Chen melingkarkan lengannya yang kekar ke pinggang ramping Su Yan, menahannya agar tidak jatuh.
Adegan itu seperti di film drama Korea slow motion. Wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter. Ye Chen bisa mencium aroma parfum Lavender yang lembut bercampur aroma tubuh wanita dewasa yang memabukkan.
"Anda tidak apa-apa, Bu Dosen?" tanya Ye Chen, suaranya sengaja diberatkan.
Su Yan tertegun sejenak. Dia menatap mata Ye Chen. Biasanya, pria yang menatapnya akan langsung membuang muka karena takut. Tapi pria ini... matanya justru menatapnya dengan berani, bahkan sedikit... nakal?
"Lepaskan saya!" Su Yan tersadar, mendorong dada Ye Chen dan mundur selangkah. Wajahnya merah padam, entah karena marah atau malu.
Dia merapikan kemejanya yang sedikit berantakan. "Mahasiswa macam apa kamu?! Jalan tidak pakai mata?! Siapa namamu? Saya akan kurangi nilai etikamu!"
"Saya Ye Chen, Bu. Dan sepertinya Ibu yang jalan sambil baca kertas, bukan saya," jawab Ye Chen santai sambil berjongkok memunguti kertas-kertas Su Yan.
"Ye Chen?" Su Yan mengernyit. Dia ingat nama itu. Mahasiswa miskin yang nunggak uang kuliah. Tapi... penampilannya kok begini?
"Tunggu..." Su Yan menatap Ye Chen dari atas ke bawah. Jas Armani, sepatu Italia, jam Patek... "Kamu habis merampok bank?"
Ye Chen berdiri, menyerahkan tumpukan kertas itu. Saat menyerahkannya, jarinya sengaja bersentuhan dengan jari Su Yan yang dingin sedingin es.
Srrrt!
Su Yan tersentak kaget. Dia merasakan sengatan listrik aneh saat kulit mereka bersentuhan. Hawa panas dari tangan Ye Chen seolah mengalir masuk ke jarinya, memberikan rasa nyaman yang aneh di tubuhnya yang selalu kedinginan.
"Tangan Ibu dingin sekali," komentar Ye Chen, menatap mata Su Yan lekat-lekat. "Apa Ibu sering merasa sakit di perut bagian bawah setiap malam?"
Mata Su Yan membelalak kaget. "Ba-bagaimana kamu tahu?!"
Itu adalah rahasia terbesarnya. Penyakit aneh yang sudah ia derita sejak remaja. Dokter manapun tidak bisa mendiagnosisnya.
Ye Chen tersenyum misterius. Dia melangkah maju satu langkah, mendesak Su Yan mundur hingga punggungnya menempel ke dinding koridor.
"Saya tahu banyak hal, Bu. Termasuk fakta bahwa obat penahan sakit yang Ibu minum itu tidak akan mempan lagi bulan depan. Ibu butuh pengobatan khusus," bisik Ye Chen.
Jantung Su Yan berdegup kencang. Posisi ini sangat intim. Di koridor kampus! Tapi anehnya, kakinya terasa lemas dan dia tidak bisa mendorong Ye Chen menjauh. Aura dominan Ye Chen mengunci tubuhnya.
"Pengobatan... apa maksudmu?" tanya Su Yan, suaranya sedikit gemetar, kehilangan wibawa dosen killer-nya.
"Datanglah ke ruanganku nanti... eh salah, maksud saya, boleh saya ke ruangan Ibu nanti siang? Kita bahas 'skripsi' tubuh Ibu," goda Ye Chen sambil mengedipkan sebelah mata.
"Ehem!"
Suara deheman keras memecah momen itu.
Mereka menoleh. Di ujung koridor, berdiri Dekan Fakultas, Pak Tua Wang yang botak dan buncit. Matanya menatap Ye Chen dengan sinis.
"Ye Chen! Ikut saya ke kantor sekarang!" bentak Dekan Wang. "Ada laporan masuk tentang perilaku tidak bermoral dan dugaan pencucian uang!"
Su Yan langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri. "Saya... saya duluan!" Dia buru-buru pergi dengan wajah merah, tapi sebelum berbelok, dia sempat menoleh sekilas menatap punggung Ye Chen. Hatinya kacau. Siapa sebenarnya mahasiswa itu? Dan kenapa sentuhannya begitu... adiktif?
Kantor Dekan.
Ye Chen duduk santai di kursi tamu, kakinya disilangkan di atas meja.
Dekan Wang menggebrak meja. "Turunkan kakimu, Bajingan Kecil! Kamu pikir ini warung kopi?!"
Di samping Dekan Wang, berdiri Zhao Ming (dengan pipi diperban dan masker mulut). Ternyata Zhao Ming yang mengadu.
"Pak Dekan, dia pasti terlibat sindikat kriminal!" tuduh Zhao Ming, suaranya agak pelo karena giginya ompong. "Lihat mobilnya! Lihat bajunya! Kemarin dia masih seorang gembel! Dia pasti jual narkoba atau jadi gigolo!"
Dekan Wang mengangguk setuju. Dia sudah disuap oleh Keluarga Zhao. "Benar. Ye Chen, pihak kampus tidak bisa menoleransi seorang kriminal. Mulai hari ini, kamu di-DO (Drop Out)!"
Ye Chen tertawa. "DO? Hanya karena aku jadi orang kaya?"
"Karena sumber kekayaanmu mencurigakan!" bentak Dekan. "Kecuali kamu bisa membuktikan uangmu itu halal, sekarang kamu keluar!"
Ye Chen menggelengkan kepala. "Kalian ini lucu sekali. Zhao Ming, gigimu bahkan belum sembuh total dan kau sudah mau cari masalah lagi?"
"Kau...!" Zhao Ming mundur selangkah ketakutan, trauma dengan tamparan kemarin.
"Pak Dekan," Ye Chen menatap pria botak itu. "Berapa gaji Bapak sebulan? 20 Juta Yuan? 30 Juta?"
"Apa urusanmu?!"
Ye Chen mengeluarkan ponselnya. "Saya dengar universitas sedang butuh dana untuk pembangunan gedung perpustakaan baru yang macet karena korupsi, benar?"
Wajah Dekan Wang pucat. Itu rahasia internal.
"Sistem, transfer donasi 100 Juta Yuan ke rekening yayasan kampus. Tulis keterangannya 'Uang Jajan Ye Chen'."
Ting!
Ponsel Dekan Wang berbunyi. Notifikasi email dari Yayasan.
[Dana Masuk: 100.000.000 Yuan.]
[Pengirim: Manusia Tampan (Ye Chen).]
Dekan Wang memegang dadanya, hampir kena serangan jantung. Seratus Juta Yuan?! Itu cukup untuk membangun dua gedung!
Sikap Dekan Wang berubah 180 derajat dalam sekejap mata.
"O-Oh... Tuan Muda Ye!" Dekan Wang langsung berlari memutari meja, lalu memijat bahu Ye Chen. "Kenapa tidak bilang kalau Anda adalah... eh... investor rahasia? Hahaha! Namanya juga anak muda, suka bercanda ya, kan?"
Zhao Ming melongo. "Pak Dekan?! Kenapa Bapak memijatnya?!"
"Diam kamu Zhao Ming!" bentak Dekan. "Berani sekali kamu memfitnah mahasiswa teladan kita! Keluar sana! Atau saya skors kamu!"
Zhao Ming, "???"
Ye Chen menepis tangan Dekan Wang. "Sudah, jangan pegang-pegang. Saya jijik pak."
Dia berdiri. "Jadi, status mahasiswa saya sudah aman kan?"
"Aman! Sangat aman! Anda mau lulus besok juga bisa saya buatkan ijazahnya!" seru Dekan Wang dengan expresi menjilat.
"Bagus. Oh ya, satu lagi," Ye Chen menyeringai licik. "Saya dengar Bu Su Yan sedang butuh asisten dosen pribadi untuk penelitian khususnya?"
"Eh? Iya, sepertinya begitu..."
"Tunjuk saya jadi asisten pribadinya. Bilang padanya, ini perintah donatur utama. Dia harus membimbing saya secara... intensif. Di ruangan tertutup."
Dekan Wang mengedipkan mata, paham maksud terselubung itu (meski salah paham). "Ohhh... Hahaha! Siap Tuan Muda! Bu Su Yan memang butuh 'bimbingan'. Saya akan atur jadwalnya segera. Ruangannya kedap suara kok."
Ye Chen tersenyum puas.
"Bagus. Zhao Ming, minggir. Kau menghalangi jalan orang kaya."
Ye Chen menendang kaki kursi Zhao Ming hingga pria itu terjungkal lagi, lalu berjalan keluar ruangan sambil bersiul.
Sekarang, target sudah dikunci.
Izin sudah didapat.
Waktunya "mengobati" Bu Dosen.
[Misi Sampingan Terbuka: 'Menjinakkan Penyihir Es'.]
[Tujuan: Lakukan kontak fisik intim (Pijat Tantra) untuk meredakan kutukan Su Yan.]
[Hadiah: Peningkatan Level Kultivasi ke Tahap Qi Condensation Level 5.]
Ye Chen menatap pintu ruangan Su Yan di ujung lorong. Dia menjilat bibirnya.
"Tunggu aku, Bu Guru..."
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.