Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Gadis Gendut
"Apaa kamu menyukai gadis gendut itu ya?" tanya mamanya dengan wajah maju ke depan.
"Eh, itu...anu.. Emm."
Nyonya Anna mengerutkan dahi, heran dengan sikap Dewa yang tiba-tiba gugup mendengar pertanyaannya tentang Ayushita.
"Ck, mama tahu nih. Kamu suka sama gadis itu kan?" tanya nyonya Anna.
"Siapa?"
"Ya gadis gendut itu. Siapa namanya?" tanya nyonya Anna lagi sambil bersedekap menatap Dewa.
"Kenapa jadi kepo?"
"Ya mama harus tahu gadis yang sedang kamu sukai, mama harus tahu gadis itu apakah baik untuk kamu, mama juga harus tahu kalau gadis itu adalah dari keluarga baik-baik. Kehidupannya sehat, pergaulannya sehat dan juga dia sehat," ucap nyonya Anna.
"Sehat bagaimana? Mama sedang cari calon menantu atau cari bintang iklan sih?"
"Ya calon mantu, tapi kan harus dari keluarga yang baik. Bukan dari keluarga broken home atau dari keluarga toxic. Atau apalah, cari yang bebet bobot dan bibitnya jelas, jangan cuma dia cantik tapi ngga ada kriteria yang bagus," ucap nyonya Anna.
"Tuh kan, kalau mama selalu begitu. Apa tidak bisa menyerahkan jodoh anaknya sendiri? Ngga harus ada kriteria yang sesuai dengan keinginan mama. Buktinya, Sintya dia memang gadis cantik pintar juga mandiri. Tapi apa? Selingkuh juga, bahkan dia menganggap aku ini sebagai ATM bergerak dia," ucap Dewa.
Nyonya Anna menghela napas panjang, menatap anaknya yang sedang kesal karena selalu saja gadis yang di inginkannya sesuai dengan pikirannya sendiri.
"Mama hanya ingin yang terbaik buat kamu Dewa, untuk masa depan kamu juga."
"Bukan untuk aku, tapi mama. Mama malu punya menantu yang ngga sesuai kriteria mama? Mama malu juga kan dengan teman-teman sosial mama itu, kalau ternyata calon menantu mama itu tubuhnya gendut?"
"Yaa ngga begitu, tapi kan setidaknya kenapa ngga cari yang lebih baik dari gadis gendut itu?"
"Ck, ma. Selera anakmu itu beda dan unik dari laki-laki pada umumnya, dan lagi ya gadis gendut juga pastinya setia. Dia tahu diri dengan dirinya itu gendut, ngga bakal macam-macam." ucap Dewa lagi.
"Iya juga sih, gadis gendut itu akan selalu merasa rendah diri dengan keadaan dirinya."
"Nah kan, kalau aku suka sama dia. Dia juga akan suka kok, lagi pula gadis gendut itu kalau di peluk empuk ma. Seperti peluk bantal guling, anget ma," ucap Dewa lagi.
"Ck, kamu menyamakan gadis gendut itu dengan bantal guling?"
"Ibaratnya mama, tidur akan selalu di selimuti sesuatu yang empuk dan hangat. Coba deh sekali-kali mama tidur peluk guling, itu bagaimana rasanya. Enak pasti," ucap Dewa lagi.
"Ya tapi memangnya kamu hanya tujuannya itu saja? Sebagai bantal guling?"
"Ya ngga ma, kan aku suka gadis gendut seperti dia. Lagi pula gadis itu sangat mandiri dan tidak mudah di taklukan," kata Dewa.
"Maksudnya?"
"Ya, dia tidak mudah percaya dengan gombalan laki-laki."
"Ya jangan di gombalinlah, di rayu begitu. Di kasih perhatian," ucap nyonya Anna.
"Ya kan PDKT sama dia itu juga ngga harus buru-buru. Lagian ya, mama kenapa juga harus datang kesana."
"Ya kan mama juga pengen tahu siapa gadis yang di sukai anaknya. Memangnya tidak boleh?"
"Ngga boleh sekarang, dia itu susah di dekati. Tapi yang jelas, aku mau tanya sama mama. Kalau seandainya aku benar menyukai dia, apa mama setuju?" tanya Dewa.
"Emm, ya mama mau tahu dulu sifat dia bagaimana. Mama mau ajak ngobrol gadis itu," jawab nyonya Anna.
"Ck, pasti ujung-ujungnya mama ngga suka."
"Jangan berprasangka jelek dulu dong, kok kamu pesimis sih? Lha kamu saja belum PDKT dengan baik kok, sudah pesimis begitu dengan mama."
"Iya ya, tapi yang jelas mama jangan sampai bikin dia ketakutan ya," ucap Dewa.
"Bikin ketakutan bagaimana?"
"Ya, menyuruh dia diet barangkali."
"Ya wajar dong memberi saran begitu."
"Tapi jangan langsung begitu, biasanya perempuan itu kalau di kasih saran diet pasti menyangka yang tidak baik."
"Aah, mama pusing dengan cerita kamu. Sudah, terserah kamu saja, mama mau kembali ke kantor mama," ucap nyonya Anna melirik jam di tangannya.
Sejak tadi keduanya membicarakan mengenai Ayushita, Dewa sendiri merasa senang mamanya kini terbuka dengan pilihannya. Tinggal bagaimana nanti ke depannya menghadapi gadis itu, Ayushita.
"Mama pulang."
"Ngga ke kantor?"
"Ke kantor maksudnya."
Dewa mengantar ibunya sampai pintu, laki-laki itu membukakan pintu dan mencium mamanya. Risa berdiri di depannya dengan membawa berkas di tangannya, Dewa hanya melirik saja lalu kembali ke meja kerjanya.
"Nyonya, penyelidikannya sukses?" tanya Risa.
"Sukses. Tapi tak tahulah, oh ya. Siapa nama gadis gendut itu?" tanya nyonya Anna.
"Kalau ngga salah namanya Ayushita, nyonya."
"Hmm, Ayushita ya. Baiklah."
Tanpa bicara apa pun lagi, nyonya Anna pun melangkah pergi. Risa menatap punggung ibu dari bosnya tersebut.
"Bagaimana ya, apa ibu bos menerima gadis gendut itu? Aneh ya kalau ikutan suka."
_
_
*****
Cari masalah..