Aisy anak perempuan yang lahir dari keluarga yang sederhana,anak dari seorang buruh pabrik yaitu pak Didi,saat ini ia duduk di bangku SMA yang beberapa bulan lagi akan lulus.
Beberapa bulan kemudian tiba saatnya pengumumann kelulusan dan Alhamdulillah Aisy dinyatakan 'lulus'. Keinginannya untuk kuliah dibidang keperawatan dikabulkan oleh Ayahnya.
Beberapa Tahun kuliah sekarang terwujud pula Cita-citanya Aisy menjadi seorang perawat terwujud, beberapa Tahun setelahnya Aisy menikah, Awal pernikahan berjalan mulus dan penuh kebahagiaan, tapi kehidupan pernikahan selanjutnya pernikahan Aisy banyak konflik bahkan diambang perceraian.
Mampukah Aisy mempertahankan pernikahan?
Apakah Aisy rela dimadu?
Simak Kisah Aisy dalam kehidupan pernikahannya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Niken di Bentak
Keesokan Harinya Bad cover Niken sudah selesai dicuci Sari merasa malas buat pergi mengantar makanya dia diamkan di rak pakaian.
"Bukk..itu punyanya mbak Niken sudah selesai, kok belum diantar?'' Tanya seorang karyawan.
"Mm..sebetulnya searah sama punyanya Ibu W sie mbak, tapi malas Aku liat orangnya sok kecentilan bnget." Ucap Sari sambil memanyunkan bibirnya.
''Hehehe...Ibuk masih cemburu yaa???'' Gurau karyawan satunya yang datang menyahut.
''Hihihihi..kayak ABG saja Aku ini ya??" Kata Sari tanpa mengelak bahwa Ia memang cemburu.
"Pak Wahid dah pusing mbak... jadi nggak bakalan tertarik sama ulat bulu satu itu, dulu memang Dia naksir berat sama Pak Wahid tapi tidak ditanggapin, lagian Dia itu matre Buu..." Karyawan lain memberitahu.
"Ooooo...." Sari manggut-manggut.
''Ngobrolinn apaan hayoo?? Sudah selesai apa pekerjaanya?" Wahid datang menegur.
''Heheheehe...." Sari dan "2" karyawannya tertawa
"Nanti kalau mau antar cucian sama Mas aja ya?." Ajak Wahid.
"Ya mas..." Sari menjawab sambil nyengir.
Sore Hari nya dengan mengendarai sepeda motor matic, Sari dibonceng oleh Wahid mengantarkan Loundry ke Ibu W dan Juga Niken. Sambil ngobrol ngalor ngidul dan diselingi ketawa. Banyak pasang mata yang melihat mereka, apa lagi pas lewat di warung pinggir jalan bukan hanya melihat saja bahkan Ibu-Ibu julid ini langsung membicarakannya.
"Eh..liat tuu..Istri kedua saja bangga, mesra banget lagi." Ucap Ibu A saat Wahid dan Sari lewat sambil ketawa ketiwi.
"he'emb..ganggu rumah tangga orang saja bangga." Sinis Ibu C.
"Pakai pelet paling itu.'' Ibu D menambahi.
''Ckckckckck...Kalian itu yaa... orang lewat nggak ngganggu gitu kok ya sewot, biarin aja Napa?? Jadi beli nggak ni..malah pada nggosip." Kesal mas Paijo pemilik warung.
"5" menit kemudian Sari dan Wahid tiba di kosannya Niken. Sari menyerahkan bad cover yang sudah bersih, Niken menerimanya dengan muka yang agak masam karena Sari datang dengan Wahid dan kelihatan mesra.
''20" Ribu saja mbakk?" Menyodorkan bad cover.
"Nih uang nya, Kan Niken mintanya Mas Wahid yang antar ko' sama perempuan ini sih? Bagusan Niken kemana-mana Mas yang jadi Istri kedua? Punya penghasilan lagi." Sinis Niken.
"Ken....itu ada kaca besar banget di belakang kamu." Ucap Wahid datar.
''Trus..???" Bingung Niken.
"NGACAA! Ayo Buukk..kita pulang." Ucap Wahid dengan nada tinggi lalu berlalu meninggalkan Niken yang termenung.
"huhh...hugs..hugs." Niken menangis merasa kesal.
"Kamu itu lho Ken-Ken, mbok ya sadar..dari dulu Wahid itu nggak suka sama kamu, masih banyak laki-laki lain, itu budhemu telfon mau pulang kapan?" Bu kos menasehati Niken yang masih keponakan temannya itu.
"Braakk..." Niken menutup pintu kamarnya.
Kalau Niken saat ini sedang kesal, berbeda sama Wahid dan Sari setelah pulang dari kosannya Niken. Sepanjang perjalanan mereka berdua merasa senang dan puas apalagi Wahid Ia merasa lega sudah membalas rasa jengkel para istri-istrinya.
Sampai dirumah pun Aisy dibuat heran sama mereka berdua, sejak masuk halaman Sampai duduk di ruang tv senyum mereka masih melekat. Dia yang duduk diruang tv melihat dengan jelas dari dalam rumah.
"Pada kenapa sih?? Senyam senyum sendiri?" Heran Aisy.
"hehehe..." Sari dan Wahid ketawa bersamaan.
Sari dan Wahid menceritakan semuanya, dan Aisy juga tersenyum puas. Kini mereka bertiga tertawa bersama-sama, rasa cemburu yang hinggap sekarang sudah hilang berkat Wahid, Ia mampu menenangkan hati istri-istrinya untuk sekarang ini.