Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah kost.
Naura mengalihkan pandangannya, tak ingin menatap wajah yang pernah menumbuhkan cinta sekaligus menorehkan luka dihatinya.
Mengingat jendral yang masih status suami orang, membuatnya harus menjaga batasan, bukan. Terlebih jika ia ikut jendral sudah pasti gelar buruk sebagai pelakor akan melekat dalam dirinya, meski mereka tak tahu cerita yang sebenarnya.
" Kamu masih mau tetap disini ? Kamu dihina, direndahkan, tapi kamu masih mau disini" ujar jendral dengan amarah yang kian membuncah, namun masih bisa ia tahan.
Ia menghapus kasar air mata nya, kembali menatap wajah yang selalu berpaling darinya.
Lelaki itu menghembuskan nafas kasar. " Ikut aku dan pindah ke apart ku sekarang" titahnya dengan nada yang melunak.
" Aku gak mau, tolong jangan paksa aku jen!" bentak naura menolak keras ajakan mantan suaminya.
Ia berjalan menjauh dari tatapan jendral, dan membalikkan badannya. "Bukankah kamu juga tahu dari dulu hidupku seperti ini, anak panti yang tidak ada kejelasan tentang siapa orang tuanya. Kamu juga tahu itu" ujar naura mengusap pipinya yang basah karena tetesan air mata.
" Hadeh malah drama ikan terbang lagi" seloroh ibu kost dengan sinis.
" Eh naura, kamu ikut saja sama dia. Sudah ada yang mau menyewa kamar ini, malah dia rela bayar mahal lagi" ujar wanita berbaju daster itu.
Naura mengepalkan kedua tangannya, kesal juga ia lama-lama melihatnya. Ia berjalan menghadap pada wanita paruh baya itu dengan tatapan tajam.
" Buk, saya gak pernah sekalipun telat bayar uang kost. Saya juga gak pernah cari gara-gara sama ibu, tapi sikap ibu sekarang malah ingin mengusir saya" ujar naura meluapkan unek-uneknya.
"Oh ... Atau jangan-jangan penyewa baru itu elviana, ibu dibayar berapa sama dia buat ngusir saya?" tuduh naura membuat mata ibu kost itu melebar.
" Bu-bukan dia kok, pe-penyewanya laki-laki" bantah wanita paruh baya itu menghindari kontak mata.
Dengan dada yang kembang kempis, naura berujar "Ibu tenang saja, saya akan pergi dari sini. Tapi tidak sekarang, ini sudah malam silahkan ibu pergi dari kamar saya" halaunya.
" Kamu ngusir saya, ini kostan saya terserah saya lah" tolak ibu kost itu.
" Ini sudah malam bu, ibu mau tidur disini" bentak naura dengan mata melotot membuat ibu kost itu akhirnya pergi.
" kamu juga jen, juga tolong jaga jarak dengan aku. Aku tak ingin orang lain beranggapan buruk lagi" ucap naura dengan suara serak.
Jendral menatap naura sejenak, setelah akhirnya pergi dari sana. Namun, ia berhenti di ambang pintu.
" Maaf, jika ini semua salahku" ucapnya dengan suara yang lembut.
Pintu kamarnya segera naura tutup, setelah jendral sudah melewati ambang pintu. Ia menguncinya cepat dan menyandarkan tubuhnya pada daun pintu, lalu tubuhnya luruh.
Dengan memeluk lututnya wanita itu pun menangis. Salahnya apa? Baginya dunia ini begitu kejam.
Sedangkan diluar jendral tak langsung pergi, lelaki itu mendengar isakan mantan istrinya. Bahkan saking jelasnya ia ikut larut dalam kesedihannya.
Jendral mengusap kasar wajahnya. Saat mendengar amarah wanita itu di telpon, ia segera datang karena takut juga khawatir. Namun ia malah mendengar kata-kata menyakitkan pada mantannya.
Rasa cintanya masih ada, bahkan masih utuh. Membuatnya terpukul oleh rasa bersalah dan terbelenggu oleh perasaannya pada wanita itu.
...****************...
Disebuah kamar luas nan mewah, namun kesunyian menyelimuti ruang itu. Elviana memeluk lututnya yang juga menangis. Sakit hatinya saat orang tuanya masih memikirkan saudara kembarnya yang sudah dianggap meninggal itu.
Hampir setiap hari, ibunya menatap foto sang oma yang sudah lama meninggal sambil menangis tersedu-sedu.
Beberapa tahun lalu ...
" Mah ... Mamah kenapa ? Kok mamah nangis" tanya ana yang baru pulang sekolah, seragam merah putih itu masih melekat ditubuhnya.
" Wajah kakak mu sangat mirip dengan oma, mamah gak sempat memotret wajahnya. Mamah merasa bersalah, karena melupakannya saat kebakaran itu terjadi" papar sang ibu mengusap foto berbingkai kayu dengan ukiran indah itu.
" Kaka itu cantik ya mah mirip oma" tanya elviana dengan wajah polosnya.
" Iya dia cantik" sahut bu vanya dengan bibir tersenyum samar.
Hari-hari berlalu, elviana mulai sering melihat ibunya melakukan hal yang sama. Melihat foto omanya dan menangisi kaka kembarnya yang meninggal itu.
Semakin lama semua itu semakin membuatnya sebal, lantaran ibunya sering melupakannya. Hari ulang tahunnya, liburan bersamanya, semuanya terlupakan, hingga membuat dirinya berubah.
Perasaan terabaikan itu membuatnya marah dan benci terhadap sang ibu. Sikap nya yang dulu polos dan sopan berubah menjadi sosok wanita yang kasar dan selalu membuat onar.
Masa remajanya kerap membuat orang tuanya dipanggil ke sekolah. Berharap ibunya lebih perhatian padanya, justru membuat ketegangan diantara keduanya.
Kembali ke masa kini ...
Kini gadis kasar yang terabaikan itu menangis sendirian dalam cahaya remang-remang, tak ibunya tak juga suaminya membuatnya merasa terabaikan dan terlupakan.
Dibawah ranjang besarnya ia masih duduk memeluk lututnya, dengan deraian air mata membasahi pipinya.
Ponselnya yang ada di sampingnya menyala dalam keremangan itu, ia meraihnya melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya. Setelah membukanya, matanya menatap tajam pada benda pipih itu.
Foto jendral yang datang ke kostan naura, menjadi alasan kemarahannya. Sudut matanya kembali mengembun.
" Naura, dasar wanita itu" ujarnya sambil menggenggam kuat ponselnya.
" Jendral, jika aku tak bisa mendapatkanmu maka tak akan ada satu wanita pun yang bisa memilikimu. Termasuk naura" gumamnya, lalu berseringai licik.
Prang
Ia melempar kasar ponsel dengan logo apel tergigit itu. "Lihat saja aku tak akan diam" ujarnya menatap lurus seakan menatap wajah musuhnya dengan tatapan menusuk.
...****************...
Keesokan harinya ...
Naura sudah menghubungi reva dan akan tinggal bersamanya di apart temannya itu, hanya beberapa hari. Dengan mata yang masih sembab ia menunggu kedatangan temannya sambil menggenggam sebuah koper ditangannya.
Pada ibu kost, sebenci apapun ia tetap berpamitan pada wanita paruh baya yang mengusirnya itu. Beruntung ia memakai kaca mata bacanya, jadi semua orang tak terlalu melihat wajahnya yang menangis semalaman.
" sorry, nunggu lama!" sapa reva yang sudah datang ke kostannya.
" gak apa-apa" sahutnya sambil menaruh kopernya dibagasi mobil.
Naura berjalan ke arah depan, membuka pintu mobil dan duduk disamping kemudi. Setelah memasang seatbelt mobil pun melaju.
Hari ini ia menyibukkan dirinya dengan pekerjaan, melupakan segala rasa sakit dan masa lalunya. Hingga jam istirahat menyapanya, ia masih berkutat dengan komputer dihadapannya.
" ehem" suara deheman wanita menghentikan pekerjaanya.
Naura melirik ke arah suara itu, " Ah bu nina, saya fikir siapa" ujar naura yang langsung berdiri.
" Kamu kenapa masih disini? Ini jam makan siang loh, gak kekantin?" tanya wanita yang lebih tua darinya.
Naura hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum paksa. " Ibu sendiri ngapain kesini?" tanyanya.
" Saya cuma lihat-lihat saja, ruangan ini masih bagus apa enggak" jawab nina asisten pak wisnu.
" Oh ... Tapi, ini jam makan siang bu" ucap naura menggaruk tengkuknya, tak biasanya seorang asisten berkeliaran ke departemen keuangan, bukan. Apalagi disaat jam istirahat.
" Saya lagi puasa" jawab nina segera.
" Em... Maaf bu saya gak tahu" ucap naura merutuki diri.
Nina hanya tersenyum melihat kecanggungan yang terpancar jelas diwajah wanita muda itu, namun ia tak melupakan niatnya mendekati naura.
" Eh ... Itu apa dirambutmu naura" tanya nina melihat ke arah rambut wanita itu.
" Eh ada apa gitu bu?" tanya naura yang langsung mengibas-kibaskan puncak rambutnya.
" Biar saya ambil" titah nina menawar kan bantuan, yang langsung mencabut beberapa helai rambut naura dan menyimpannya disaku blazernya.
" Ternyata hanya semut" ucap nina mengibaskan tangannya seolah ia sudah membuang semut tersebut.
" Ya sudah, saya pergi dulu kamu lanjutkan saja pekerjaan kamu" pamit nina yang tersenyum dan berjalan pergi.
Naura mengusap puncak kepala rambutnya, entah berapa helai yang dicabut oleh nina hingga ia merasa kepalanya sakit.
Sementara di tempat lain, nina langsung pergi keruang ceo. Ia berjalan cepat untuk bertemu dengan bosnya.
Setelah menghadap bosnya, nina memberikan helaian rambut milik naura padanya.
" Dia tak curiga kan?" tanya pak wisnu sambil meraih helaian rambut itu dan memasukkannya kedalam plastik transparan.
" Tidak pak" jawab nina.
" Baik, kau boleh pergi" titah pria paruh baya itu.
Nina membungkukkan tubuhnya, lalu pergi dari ruang ceo.
Sedangkan pak wisnu ia menatap helaian rambut itu dengan teliti.
" Kita lihat, apa dia benar alisha atau bukan" ucap pria berkaca mata itu.
"Jadi, Minggu depan. Undangannya juga udah dicetak," jawabnya.
Setelah tanda petik dua (") tidak perlu spasi dan setelah kalimat berakhir ada akhiran titik (.), koma (,), seru (!) dan tanya (?) yang memiliki fungsi masing2, bukan asal2an aja.
"Ra, jadi nikah enggak?" tanya wanita bla bla.
dibandingkan kata itu?
"Ra, kamu beneran bakal nikah?" tanya bla bla bla.
dan untuk pemenggalan nama, itu pake tanda koma (,) bukan tanda seru (!). Perhatikan penggunaan tanda2 dalam kalimat, karena itu mempengaruhi kalimat kamu nantinya.
bedakan antara 'di' sebagai kalimat dg 'di' sebagai penunjuk tempat