Tetangga Berjodoh

Berkali-kali Irsan menghubungi Alma namun tidak pernah ada jawaba karena Alma tidak mengaktifkan hapenya. Setelah sampai kos-kosan ia langsung mengambil barang miliknya untuk kemudian pergi ke stasiun kereta dan pulang ke Jakarta.

Tatapan matamu begitu kosong sambil menatap area persawahan yang dia lewat di sepanjang perjalanan, begitu banyak pikiran yang bersarang di kepalanya rasanya Ia tidak percaya Irsan akan berbuat seperti ini. Ternyata memang benar kalau kita tidak bisa menilai sesuatu dari apa yang terlihat karena pada kenyataannya semua itu hanya cangkang yang dalamnya kita tidak tahu .

Alma bingung harus menyikapi keadaan rumah tangganya seperti apa karena dia sendiri pun masih bimbang dengan perasaannya. Dia hanya benci penghianatan ia tidak suka dibohongi, Kejujuran adalah yang terpenting dari semua hal, apalagi ini menyangkut hubungan antara suami dan istri jika tidak ada kepercayaan apalagi komunikasi yang buruk sepertinya rumah tangga itu tidak akan berjalan dengan baik, bagai rumah kosong tak berpenghuni, usang lalu hancur.

Di Surabaya Irsan masih berusaha mencari informasi mengenai keberadaan istrinya Bahkan dia sempat melihat CCTV, Iya ingin melihat plat mobil taksi yang membawa alma terakhir kalinya, tidak terlalu sulit maka informasi pun didapatkan ya Alma sudah meninggalkan kos-kosan beberapa jam lalu, sesuai dugaannya kalau istrinya sudah pulang ke Jakarta .

Irsan tidak bisa menyusul istrinya dalam waktu dekat ,dia sudah terlanjur menandatangani kontrak untuk mengisi acara seminar di sebuah perusahaan yang ada di Surabaya. Irsan bertekad setelah selesai nanti dia akan langsung pulang ke Jakarta dan menyusul istrinya.

Sore harinya Alma sudah sampai ke Jakartaia langsung pulang menuju rumah yang selama ini ya tempati bersama Irsan, namun ia kembali bukan untuk tinggal di sana. Alma amemutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, ia akan merapikan barang-barang yang ia bawa selama tinggal di sana. Tidak banyak barang yang ia bawa selain pakaian dan beberapa barang lainnya yang biasa ia gunakan.

"Padahal belum lama tinggal di sini tapi rasanya sudah seperti bertahun-tahun. Rumah ini sangat sederhana terlihat nyaman dan hangat di luar, tapi kenyataannya rumah ini begitu dingin, aku harus ikhlas mungkin jodohku dan Bang irsan hanya sebentar. "

Alma selesai berkemas tak banyak barang yang dia bawa hanya satu koper dan beberapa tas yang mampu membawa semua barang yang ia bawa sebelumnya . Alma menatap seisi ruangan yang ada di rumah itu, tempat yang ia biasa gunakan untuk beraktivitas sehari-hari, tak banyak kenangan yang terjadi di dalam rumah itu selain kehampaan dan kekosongan. Alma baru menyadari kalau tempatnya bukan di sini .

Alma sudah memesan taksi online melalui hp-nya kemudian dia mengunci rumah itu seperti sebelumnya, tak lama mobil yang dipesan datang dan membantu Alma memasukkan barang-barang yang akan dia bawa, jarak dari rumah itu menuju rumah orangtua Alma tidak terlalu jauh, kurang dari 20 menit sudah sampai.

Arini yang sedang menyapu di depan rumah sedikit heran karena ada mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Lalu turun seorang perempuan yang ia kenali, tentu saja ia sangat mengenalinya karena itu adalah alma putri kandungnya. Arini kembali dibuat heran karena sopir yang membawa alma mengeluarkan beberapa tas dan koper, benar-benar seperti orang yang kabur dari rumah, rasa penasaran itu ia simpan sampai putrinya masuk ke dalam rumah .

"Saat kamu ke Surabaya hanya membawa tas gendong saja, kenapa sekarang kamu malah membawa koper dan tas-tas ini, lalu di mana Irsan? bukannya Abang mu bilang kamu akan pulang dengan Irsan tapi mama tidak melihatnya."

Arini langsung bertanya kepada putrinya Karena rasa penasarannya begitu besar, dia punya firasat kalau ada yang tidak benar dengan situasi putrinya saat ini .

"Bang Irsan masih di Surabaya, aku pulang sendiri tanpa dia. Aku membawa barang-barangku yang sebelumnya aku bawa ke rumah Bang Irsan dan saat ini aku membawanya kembali ke rumah orang tuaku. Sementara itu saja penjelaskanku, aku ingin istirahat lebih dulu. Setelah makan malam nanti aku mau bicara dengan mama dan ayah."

Alma langsung meninggalkan mamanya dan membawa barang-barangnya ke lantai menuju kamarnya. HP Alma terus berdering panggilan dan pesan terus berdatangan, Alma tak berniat untuk membuka atau membalasnya dia hanya ingin mengistirahatkan tubuh dan pikiran yang kali ini benar-benar menguras energinya.

Irsan belum berani menghubungi nomor keluarga istrinya, karena bisa saja Alma sudah menceritakan keadaan rumah tangga mereka, lalu hal itu akan membuatnya semakin tidak nyaman. Irsan berharap Alma membalas pesannya.

Jam makan malam sudah tiba, sejak tadi Arini harap-harap cemas, ia sudah menceritakannya pada Imran mengenai kepulangan Alma tanpa Irsan, dan kedatangan putrinya dengan semua barang yang sebelumnya dibawa untuk tinggal bersama Irsan. Imran hanya termenung, dia bisa sedikit menebak apa yang terjadi, apalagi sejak kepulangan Alvin dari Surabaya yang tak banyak bicara, terkesan menyembunyikan sesuatu.

Setelah makan malam Alma mulai membuka kata, ia tidak ingin menyembunyikan apapun dari keluarganya.

"Ayah, Mamah mungkin keputusanku kali ini akan mengecewakan kalian, tapi aku sudah tidak bisa bertahan lagi, aku sendirian menjalaninya, meskipun bang Irsan tidak menyakiti ku secara fisik maupun lisan, tapi aku kesakitan. Aku harap ayah dan mamah memahami Aku."

Tidak ada yang memotong pembicaraan Alma, dia dipersilakan mengungkapkan uneg-unegnya selama ini. Imran tak percaya bahwa laki-laki yang ia percayai selama ini membuat putrinya menangis.

"Apa kesalahan terbesar suami mu hingga kamu memutuskan untuk berpisah darinya?" Imran bertanya dengan nada lembut.

"Dia tidak berusaha membangun perasaan dengan Alma, dia tidak nyaman hidup satu atap dengan Alma, mangkanya dia menghindar."

"Apa maksud kamu?"

"Bang Irsan di Surabaya bukan semata-mata karena urusan pekerjaan, tapi karena ia ingin menghindariku, juga ada wanita yang ia sukai di sana,."

Ayah dan mamahnya begitu terkejut mendengar penjelasan Alma, namun mereka tidak ingin percaya begitu saja sebelum ada bukti yang jelas.

"Bang Alvin juga tahu yah. Bahkan Bang Irsan menjadi pembicara dan pengajar di sana, bukankah itu sudah jelas kalau dia tidak berniat kembali lebih cepat. Penanggung jawab restoran sudah ada sejak awal, informasi itu aku dapat langsung dari manager restoran milik Bang irsan."

"Jadi yang selama ini Irsan bilang sedang mencari orang yang mengelola restoran di sana itu bohong?" Tanya ibu pada putrinya.

Alma menganguk " Surabaya adalah lokasi yang Bang Irsan pilih dari banyaknya kota yang ada di Indonesia, semua itu bukan tanpa Alasan melainkan sudah dipikirkan. Manager restoran disana adalah teman kuliah Bang irsan, dia juga yang memberi informasi kalau wanita yang disukai berada di sana."

"Aku mohon biarkan kami bahagia dengan hidup kita masing-masing. Aku tidak akan menyalahkan siapapun karena keadaanku saat ini, ini juga bukan sepenuhnya salah Bang Irsan situasinya saja yang tidak bisa diterima meskipun sudah berusaha. "