Seorang remaja laki-laki yang masih bersekolah SMA terpaksa menerima permintaan sang mommy untuk menikah dadakan dengan anak mantan supirnya. Apakah sang anak akan menerimanya?.
Sedangkan sang mempelai perempuan tidak tahu siapa yang akan menikahinya. Dia sudah tak sadarkan diri ketika ijab qobul itu terjadi.
Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri.
-Greyvanno Alexander Geraldy
Siapa dia? benarkah suamiku?
-Naretta Andara Ibrahim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winda keenandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Retta segera beranjak dari tempat tidurnya untuk merapikan pakaian dan seprei tempat tidurnya yang berantakan. Setelahnya, dia berjalan menuju meja rias untuk menyisir rambutnya yang sudah berantakan seperti sarang ayam.
Deg.
Mata Retta membesar dan jantung yang kembali berdegup kencang.
"Aaarrggghhh.. I-ini apa, kenapa leherku jadi seperti macan tutul begini," kata Retta sambil berdiri di depan cermin.
Seketika tengkuk dan tangannya merinding mengingat beberapa menit yang lalu bibir Vanno tengah menjelajahi leher jenjangnya.
Blush.
Wajah Retta seketika terasa panas. Darahnya berdesir hingga terasa sampai sekujur tubuhnya. Seakan ada kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.
Entah apa yang akan dia lakukan jika berhadapan dengan Vanno lagi. Dia merasa malu.
Satu hal yang membuat Retta tak bisa menyembunyikan senyumnya. Dia bisa tahu jika Vanno itu normal, tidak belok. Retta merasakan ada benjolan yang sangat keras pada bagian bawah tubuh Vanno ketika menindihnya tadi.
Wajah Retta terasa semakin panas. Entah kenapa dia merasa malu, takut sekaligus penasaran. Ketika tengah melamun, tiba-tiba pintu kamar terbuka.
Ceklek.
Retta terkejut dan segera berbalik. Dilihatnya Vanno berjalan masuk ke dalam kamar dengan baju yang basah.
"Ma-mas Vanno kehujanan?, ini basah semua bajunya," kata Retta khawatir sambil berjalan mendekat. "Ganti baju dulu ya, aku ambilkan baju ganti." lanjutnya sambil melangkah mengambilkan baju ganti untuk Vanno.
Vanno mengangguk. Ketika melihat leher Retta yang penuh dengan stempel alami buatannya, senyum di bibirnya kembali terbit. Dia berjalan mengikuti Retta yang sedang membuka lemari baju untuk mengambil baju ganti buat Vanno.
"I-ini mas kaosnya." Kata Retta sambil menyerahkan kaos ganti untuk Vanno. Dia masih menunduk malu. Retta sama seki tidak punya muka untuk menatap wajah Vanno.
Vanno yang menyadari hal itu hanya bisa tersenyum. Dia mendekat ke arah Retta dan memegang pipinya. Sontak Retta langsung terperanjat kaget. Ada desiran aneh pada tubuhnya. Seketika jantungnya kembali berlomba-lomba untuk saling pukul.
"Jangan malu lagi. Mulai hari ini, aku berjanji akan memulainya dari awal. Aku juga akan belajar untuk memperlakukanmu seperti layaknya seorang istri. Dan, aku juga meminta kamu untuk melakukan hal yang sama." Kata Vanno sambil tersenyum hangat.
Retta seolah masih belum sadar dengan perkataan Vanno. Dia masih mengerjap-ngerjapkan matanya merespon perkataan Vanno.
Vanno yang melihatnya menjadi semakin gemas. Di dekatkannya wajahnya kembali pada wajah Retta. Dan, cup. Vanno kembali mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Retta.
Apa yang dilakukan Vanno saat itu benar-benar berhasil menyadarkan Retta. Retta yang tersadar dari keterkejutannya langsung menunduk. Dia segera memukul dada bidang Vanno. Dia sungguh merasa malu.
"Mas Vanno ih, apa yang kamu lakukan." Kata Retta sambil menahan rasa malunya sambil menunduk.
Vanno yang semakin gemas dengan tingkah laku Retta langsung memeluk tubuh wanita itu. Dibenamkannya tubuh Retta pada tubuhnya yang lumayan basah.
"Mas, basah ih." kata Retta sambil berusaha mendorong tubuh Vanno agar menjauh dari tubuhnya.
"Huusshh diam. Aku sedang mencari kehangatan, biarlah seperti ini dulu." kata Vanno sambil terus memeluk Retta. Dia tidak menggubris sang istri yang terus memberontak.
"Hah, kehangatan apa Mas, yang ada kedinginan ini." Protes Retta.
Bukannya melepaskan tubuh Retta, Vanno malah semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan tangannya sudah hampir mulai menjelajah di dalam sana. Seketika Retta memegang tangan Vanno.
"Jangan Mas," kata Retta sambil menggigit bibirnya.
Vanno mengernyitkan keningnya bingung.
"Kenapa? Kamu kesakitan?" Tanya Vanno
Retta memandang wajah Vanno dari cermin yang ada di lemari tepat di depannya. Seketika wajahnya berubah bingung. Retta segera berbalik dan melihat wajah Vanno secara langsung.
"Jangan berhenti" kata Retta sambil tersenyum.
.
.
.
.
\=\=\=\=\=
Maaf revisi ya.
Jika berkenan, silahkan mampir di cerita othor yang lain.