Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 27
Dinda, raffael dan Roy, seketika membelalakkan mata, saat mendengar keinginan gevano.
Dinda yang terlalu terkejut pun, tiba-tiba saja tersedak air liurnya sendiri. Roy yang sedang makan pun, menghentikan makanannya.
Bahkan raffael yang berada di samping gevano pun, seketika salah tingkah menatap dinda yang terbatuk, akibat tersedak.
"Mamah kenapa, " tanya gevano khawatir.
Dinda pun berusaha bersikap biasa saja. dia tidak mau sampai gevano tahu, jika dirinya merasa risih dengan pembahasan hal itu.
"Ma-mah tidak apa-apa, vano. Sebaiknya kamu sekarang istirahat lagi, ya. Dokter kan bilang, kamu harus banyak beristirahat." jawab dinda, mengalihkan pembicaraan.
Gevano terlihat cemberut, saat dinda menyuruhnya untuk istirahat. padahal dia sangat ingin mendapatkan jawaban, dari raffael atas keinginannya.
"Tapi, mah... papah belum menjawab keinginan, vano. Pokoknya, vano ingin adek!" protes gevano merajuk.
Dinda memijat pelipisnya, entah harus bagaimana lagi dirinya menjelaskan, pada vano. jika hal yang di inginkannya itu, tidak lah mudah.
Raffael mendekati dinda dan merangkulnya. matanya pun menatap gevano, yang terlihat cemberut. "Vano... ingin adek, " tanyanya tersenyum.
Gevano yang memang ingin pun, dengan cepat mengangguk. "Mau... pah. Kapan Vano punya, adek?" serunya antusias.
Raffael tersenyum tipis. " Jika mamah mu siap, vano." jawabnya santai.
Dinda mendelik, saat mendengar perkataan raffael. seketika dia menepis tangan raffael, yang berada di pundaknya. "Kamu bicara apa sih, raf? Jangan, bicara yang aneh-aneh, deh!" sahutnya ketus.
Raffael menggaruk tengkuknya, yang tidak gatal. ternyata tidak mudah, mengajak dinda untuk bercanda sebab bawaannya, selalu serius.
Roy yang sudah selesai makan pun, ikut angkat bicara. " Vano, kalau kamu ingin punya adek. Sebaiknya, suruh mamah sama papah nikah dulu. Biar gampang buat adeknya." sahutnya, enteng.
Dinda semakin frustasi, saat ketiga laki-laki di hadapannya menyudutkannya. baginya tidak ada satu pun di antara mereka, yang membelanya.
Dinda yang sudah pusing pun, memilih duduk sofa. membiarkan ketiga laki-laki berbeda generasi itu, bertukar pikiran sesuka mereka.
Tanpa dinda ketahui, raffael yang sedang berbicara dengan gevano, sesekali meliriknya. raffael sebenarnya merasa kasihan, pada dinda yang tertekan karena keinginan gevano.
Namun di samping itu dia berharap, jika suatu saat nanti dinda bersedia hidup, bersamanya dan gevano.
Setelah berhasil membujuk gevano.raffael pun menghampiri dinda yang sedang menyandarkan tubuhnya, sembari memejam matanya.
"Kamu kenapa, din?" tanya raffael, duduk di sampingnya.
Dinda membuka matanya, dan melihat ke arah raffael. "Aku tidak apa-apa, raf." jawabnya singkat.
"Kamu pasti, masih memikirkan perkataan vano?" Raffael menatap lekat, wajah cantik dinda.
"Tidak." Dinda mengalihkan pandangannya, ke arah lain.
Raffael tersenyum tipis, melihat sikap dinda yang tidak bisa berbohong. "Sikap kamu tidak pernah berubah, din."
Dinda pun seketika melihat, ke arah raffael. "Maksud kamu apa, raf?" tanyanya heran.
"Sejak pertama, kita memutuskan untuk berteman. Aku tahu sikap kamu, saat berbohong atau tidak. Jadi, sikap kamu baru saja mengatakan, jika kamu memang memikirkan apa yang dikatakan, vano." jawab raffael panjang lebar.
Dinda terdiam, tidak menyangka jika raffael masih mengingat kebiasaannya, yang tidak bisa menyembunyikan sesuatu.
Namun satu hal, yang membuat hatinya bertanya. Apakah raffael tahu, jika selama ini dinda mengandung anaknya? entahlah hanya raffael yang tahu.
Dinda pun hanya tersenyum tipis, sebagai jawaban. tidak menyangka, jika raffael tahu akan sikapnya selama ini.
"Ciyeee...! Ada yang lagi, pdkt nih." seru Roy, dari kejauhan, tersenyum menggoda.
Dinda seketika memalingkan wajahnya, yang terasa panas. bisa-bisanya Roy, menggodanya di depan gevano.
Gevano yang tidak paham pun, ikut tersenyum melihat kebersamaan raffael, dan dinda. hati gevano merasa bahagia, melihat kedekatan dinda dan raffael, yang begitu romantis. hal itu pun membuat, hatinya semakin menghangat.
Raffael menatap tajam Roy, yang selalu merusak momennya bersama Dinda. jika saja Roy bukan temannya, ingin rasanya dia membuang roy jauh-jauh dari sana.
"Raf, sepertinya kita harus ke proyek hari ini. Hari ini ada barang, yang datang lagi. Sekalian hari ini, para pegawai waktunya gajihan. Jadi, kita harus kesana." ujar Roy, mengalihkan pembicaraan.
Raffael mengangguk pelan, sebagai jawaban. bahkan kali ini gevano pun, tidak protes saat dirinya akan pergi.
Hari pun berjalan dengan cepat, raffael dan Roy pun segera pergi ke proyek untuk melihat, perkembangan pembangunan villa. sekaligus mereka mengurus, pembayaran setiap pegawai.
Di rumah sakit, dinda hanya sendirian menemani gevano. sebab inces belum pulang, dari tempat kerjanya.
Tanpa terasa malam pun tiba, gevano sudah tertidur setelah meminum obat pemberian, dari dokter.
Dinda yang merasa lapar pun, memutuskan untuk mencari makanan keluar. dinda berjalan sendirian, di koridor rumah sakit.
Dia pun pergi ke kantin, dan memilih duduk di bangku yang tersedia di sana. suasana di kantin itu tidak terlalu ramai, mungkin karena waktu sudah malam.
Dinda memilih memesan nasi dan soto ayam, untuk menu makannya. di saat sedang menunggu makanannya, seseorang datang menghampiri mejanya.
"Boleh saya duduk di sini?" tanya seseorang, dengan memakai pakaian formal.
Dinda dapat menebak, jika laki-laki yang berada di depannya itu, seperti baru pulang kerja. "Si-silahkan." jawabnya tergagap.
Laki-laki berparas tampan itu tersenyum tipis, saat dinda mengizinkannya untuk duduk, bersamanya.
"Kenalkan, nama ku Kaivan. " Laki-laki itu tiba-tiba saja mengulurkan tangannya, dan memperkenalkan diri.
Dinda mematung, menatap uluran tangan kaivan. dengan ragu, dinda menerimanya. "Dinda." balasnya singkat.
Kaivan tersenyum, saat dinda pun memperkenalkan dirinya. tak lama setelah itu, makanan yang mereka pesan pun datang.
Dinda terlihat senang, sebab makanan yang dia pesan sudah datang. dia pun segera memakannya, sebab sudah lapar.
"Kamu suka, soto?" tanya kaivan, memperhatikan dinda, yang sudah memulai makannya.
Dinda hanya mengangguk pelan, sebab ingin menjawab tapi mulutnya penuh dengan makanan.
Kaivan tersenyum tipis, melihat dinda yang terlihat lucu. rasa lelahnya, seakan hilang hanya dengan melihat tingkah wanita, yang baru saja dia kenal.
Dinda yang lebih memilih makan, tidak memperdulikan kaivan, yang menatapnya dari tadi. sebab dinda, ingin cepat-cepat menghabiskan makanannya, dan kembali ke ruangan gevano.
Kaivan pun mulai memakan makanannya, meskipun sesekali melirik ke arah dinda. baru kali ini, dia melihat wanita yang terbuka apa adanya, tanpa menutup kepribadiannya.
"Apa kamu, di sini sedang menemani keluarga mu?" tanya kaivan, saat mereka sudah selesai dengan makannya.
Dinda yang baru selesai minum pun, menatap sekilas padanya. "Aku sedang menemani putra, ku. Kemarin, dia mengalami kecelakaan, dan di rawat di sini." jawab dinda, memberitahu.
Kaivan seketika terkejut, ternyata wanita di hadapannya ini sudah mempunyai anak. namun dia salut pada dinda, meskipun sudah mempunyai anak masih saja, terlihat muda dan cantik.
Kaivan merasa penasaran, dengan sosok wanita yang sudah mencuri perhatiannya, sejak pertama bertemu.
Meskipun dia tahu, jika wanita di hadapannya ini, sudah mempunyai keluarga.
"Sedang apa kamu di sini, dinda?" Suara seseorang dengan nada beratnya, mengalihkan perhatian dinda dan kaivan.
Seketika dinda terkejut, saat melihat raffael sudah berada di sana, dengan sorot mata tajamnya.
"Raffael." gumam dinda pelan.