Cinta Untuk Elnada

Sampai di parkiran. Elnada turun terelebih dahulu, tanpa menunggu Enggar ataupun Oki. Keduanya masih berada di dalam mobil.

"Thanks kak," ujarnya berlalu pergi.

Di depan Oki, Elnada tidak banyak drama seperti yang sudah-sudah, bahkan gadis itu terkesan cuek dari biasanya.

Setelah kepergian Elnada. Barulah Oki bernapas dengan lega, ia menatap Enggar seakan meminta penjelasan dari cowok itu.

"Lu harus jelasin bro, gue masih syok anyir," ujar Oki sembari mengambil ransel miliknya.

Keduanya turun dari mobil. Dan langsung disambut oleh Raja yang sudah lebih dulu datang.

"Wehhh bro, berita gokil," ujar Raja semangat.

"Apaan?" tanya Oki menatap Raja. Setelahnya kembali menatap Enggar karena belum mengatakan apa-apa tentang keberadaan Elnada di rumahnya.

Jelas saja Oki sangat ingin tahu dan menunggu penjelasan dari Enggar tentang gadis itu. Semua Oki rasakan masih tidak begitu nyata, seorang Elnada tiba-tiba berada di rumah Enggaraksa, ingatkan mereka, keduanya tidak pernah akur karena Narina.

Elnada yang selalu mencari masalah dengan Narina, sementara Enggar yang selalu mencoba membela atau melindungi Narina dari Elnada yang merundung gadis itu.

"Kemarin si Elnad unggah foto, tapi ada yang aneh dari fotonya," beritahu Raja seraya menunjukan unggahan Elnada kemarin di ponselnya.

Seketika mata Oki melotot melihat unggahan dari akun media sosial milik Elnada. Itu memang jelas Enggaraksa, dan Oki semakin yakin ada sesuatu yang Enggar sembunyikan dari mereka.

"Menurut lo aneh kenapa?" tanya Oki memancing.

"Kaya lo nggak sih man?" balas Raja menatap Enggar.

Terdengar helaan napas dari Enggar, setelahnya cowok itu pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Namun sebelum kepergiannya Enggar sempat berucap.

"Mungkin," ujarnya seketika membuat Raja melongo tidak habis pikir dengan jawaban singkat dari Enggar.

"Anjir, enteng banget omongan lo," ujar Raja merasa tidak percaya dengan jawaban dari Enggar.

"Tuh anak kenapa si? aneh tahu nggak," lanjutnya lagi yang dibalas Oki dengan mengangkat kedua bahunya.

"Dahlah, kita susul aja," balas Oki.

"Tapi gue penasaran sama foto yang Elnad unggah, kaya si Enggar bege," kesal Raja tetap ikut menyusul bersama dengan Oki.

Meski terlihat acuh, namun dibalik acuhnya Oki malah semakin menjadi-jadi rasa penasarannya.

"Nggak beres berdua," ujarnya dalam hati.

Sementara Elnada sejak kedatangannya tadi menjadi pusat perhatian. Banyak siswi yang menatapnya karena merasa penasaran dengan unggahannya kemarin. Bukan tanpa sebab tetapi memang postur tubuh dari cowok yang Elnada unggah sangat mereka kenali, meski tampak dari arah belakang mereka cukup familiar siapa orang tersebut.

"Masa si Enggar?"

"Tapi emang mirip banget Enggar."

"Tapi kek mustahil nggak sih seorang Enggar sama tuh cewek?"

Beberapa siswi mulai membicarakan unggahan Elnada kemarin saat gadis itu lewat.

Bahkan di depan kelaspun beberapa temannya kembali berbisik-bisik yang masih dapat didengar Elnada meski samar.

"Segitunya suka kak Enggar sampai niat banget ngikutin buat diunggah."

"Kaya nggak tahu si Elnad aja, dia kan rival Narina ya pasti lah segala cara dilakuin."

"Cocok sih sebenarnya, tapi dia bukan tipe kak Enggar banget, secara kak Enggar kan suka cewek anggun kaya kak Narina."

Mendengar itu semua membuat telinga dan hati Elnada memanas. Ia tidak tahan lagi untuk berdiam diri saja dengan segala tuduhan teman-temannya. Meski ia tidak seanggun Narina, tetapi bukan berati Elnada melakukan segala cara untuk membuat Enggar menyukainya. Dan apa tadi mereka bilang? membuntuti? oh rasanya itu berlebihan sekali.

Niat awal tadi untuk langsung masuk ke kelas tidak ia lakukan. Elnada menghampiri empat siswi yang sedang membicarakannya.

"Kenapa? masalah ya buat kalian?" ujar Elnada menyunggingkan senyumnya.

Melihat senyum Elnada yang mematikan membuat teman-temannya tadi memilih untuk pergi dan masuk ke kelas. Mereka tidak berani, lebih baik mundur dari pada bermasalah dengan Elnada yang bisa saja membut mereka mendapat hukuman nantinya.

"Cih, cemen," komentar Elnada saat melihat teman-temannya tadi pergi.

Ia melanjutkan langkahnya masuk ke kelas. Di sana sudah ada Gladis dan Nadira yang siap memberi banyak pertanyaan untuk Elnada. Mulai dari kemarin datangnya Enggar menjemput gadis itu, dan foto yang Elnada unggah juga pastinya akan menjadi pertanyaan dari kedua sahabatnya.

"Lo harus jelasin dulu ke kita yang kemarin itu," ujar Gladis saat Elnada baru saja duduk di kursinya.

"Jelasin apa? gue kan udah bilang kalau kak Enggar suami gue, pada ngeyel sih kalian," balas Elnada enteng.

Namun kedua sahabatnya jelas saja tidak bisa percaya begitu saja. Mereka masih menganggap jika Elnada sedang bermimpi, atau mungkin Elnada pergi ke orang pintar untuk membuat Enggaraksa luluh dengan dirinya.

"Lo pasti ke orang pinter kan?" tebak Gladis lagi.

Elnada terdiam sejenak menatap kedua sahabatnya secara bergantian, sebelum akhirnya tertawa kencang karena tuduhan Gladis padanya. Menurut Elnada sangat tidak masuk akal tuduhan dari salah satu sahabatnya itu.

"Malah ketawa nih anak, sinting," kesal Gladis yang sebenarnya semakin penasaran. Tetapi juga kesal dengan tawa Elnada.

"El, kok bisa sih kak Enggar jemput lo? dan yang difoto itu juga kak Enggar kan? lo ke rumah kak Enggar?" kali ini Nadira yang bertanya, dengan nada serius dan lebih tenang, tidak seperti Gladis yang terlihat tergesa-gesa karena rasa penasarannya.

"Hmmmm, mau dengerin nggak?" tanya Elnada diangguki keduanya.

"Jadi gini gaes..." Elnada mulai menceritakan apa yang terjadi dengannya, sampai ia bisa dengan Enggaraksa karena sebuah pernikahan.

Elnada menjelaskan sedetail mungkin, tanpa kurang atau dilebihkan, hanya saja Elnada tidak menceritakan tentang kepergian kedua orang tuanya.

"Anjir, beruntung banget lo," komentar Gladis dengan wajah terkejutnya.

"Amalan apa yang lo lakuin sampai bisa semulus itu El kisah cinta lo?" tambah Nadira seketika membuat Elnada mendengus.

"Lah, malah melow nih anak," timpal Gladis lagi ketika melihat wajah Elnada tampak sendu, tidak semangat seperti tadi ketika menceritakan pernikahannya dengan Enggar.

"Kalian nggak tahu aja gimana susahnya bikin kak Enggar suka sama gue," ujar Elnada sontak dibalas anggukan kepala oleh kedua sahabatnya.

Baik Gladis dan Nadira sangat tahu persis seperti apa gadis yang Enggar sukai, jelas saja Elnada jauh dari tipenya. Meski berparas cantik bak bidadari dunia, tetapi sifat Elnada jauh dari type seorang Enggar.

"Iya juga sih, tapi lo tenang aja, kita akan bantu lo biar kak Enggar suka sama lo," ujar Gladis dengan semangat.

Karena sekarang Elnada istri dari Enggaraksa, maka dengan senang hati Gladis dan Nadira akan membantu Elnada.

"Jangan sampai rumah tangga lo hancur karena valakor udik itu," lanjut Gladis tampak menggebu.

"Ck, nggak level kali gue sama tuh anak," balas Elnada mengingat bagaimana Narina.

"Nggak level apanya? lo cuma menang cantik doang," seloroh Gladis seketika membuat Elnada mendelik. Namun detik berikutnya Elnada mengangguk setuju, membenarkan apa yang Gladis katakan.

Selebihnya Narina memang di atasnya, apa lagi di mata Enggaraksa, mungkin Elnada hanya gadis biasa yang kebetulan menjadi istrinya.

"Bantu gue bikin kak Enggar suka sama gue, gue nggak mau jadi janda muda," ujar Elnada sontak membuat kedua sahabatnya melongo. Sebelum akhirnya tertawa karena apa yang dikatakan oleh Elnada menurut Gladis dan Nadira sangatlah konyol.

"Najis banget malah pada ketawa," kesal Elnada berniat untuk pergi. Namun kedatangan seseorang tepat di ambang pintu kelasnya seketika membuat niat Elnada terurungkan, begitu juga dengan kedua sahabatnya yang langsung diam menatap ke arah orang tersebut.

"Elnada," panggilnya.