Cinta Untuk Elnada
Bruk
Senyum tipis penuh kelicikan terlihat dari wajah cantik seorang gadis, ia mengulurkan tangannya untuk membantu seorang gadis yang terduduk tepat di hadapannya. Dan itu tentu saja karena ulahnya barusan.
Tepat saat tangan gadis tersebut terulur untuk meraih tangannya, ia dengan sengaja menjauhkan tangannya lalu kembali tersenyum licik.
"Sorry gue sengaja," ujarnya meremehkan.
"Makanya kalau jalan liat-liat," lanjutnya lagi berlalu pergi.
Terdengar helaan napas dari seorang gadis melihat kepergian gadis cantik tadi.
"Tumben langsung pergi," ujar Narina kepada Elnada. Namun tidak dipungkiri Narina juga merasa lega dan aman.
Elnada ialah gadis yang baru saja menabrak Narina.
Elnada Zevinta merupakan gadis cantik yang cukup populer di sekolah. Bisa dikatakan Elnada ialah primadona sekolah, namun karena sifatnya yang agak ketus juga badung atau bandel. Banyak juga di antara teman-teman sekolahnya yang tidak menyukai gadis itu.
Namun tidak sedikit juga yang tetap meratukan atau memuja gadis cantik itu.
Baik Narina ataupun Elnada sering terlibat dengan pertengkaran, hal itu dilakukan dengan sengaja oleh Elnada, sering kali keduanya berakhir di ruang BK atau mendapat hukuman.
Berurusan dengan Elnada sering kali Narina coba hindari, tetapi itu dulu. Karena untuk sekarang ini Narina cukup menikmati ditindas oleh Elnada. Ada alasan dibalik itu semua, tentu saja karena seseorang akan berusaha melindunginya juga membela untuknya.
Sesampainya di depan kelas. Elnada dengan santai mengetuk pintu kelas dan ijin untuk kembali masuk. Pelajaran sudah dimulai saat itu, ia memang baru saja dari toilet sekolah dan tidak sengaja bertemu dengan Narina, gadis yang tidak ia sukai karena sebuah alasan.
"Dari mana?" bisik Gladis, teman sebangku Elnada juga merupakan sahabat dekatnya.
"Toilet," balasnya singkat yang kemudian diangguki oleh Gladis mengerti.
Sampai pelajaran akhirnya selesai. Elnada tidak berniat beranjak dari duduknya. Gadis itu hari ini sedang dilanda virus malas untuk melakukan segala sesuatunya, terkecuali menindas Narina seperti yang tadi ia lakukan.
Melihat sikap aneh Elnada hari ini membuat Gladis menaruh curiga. Namun setiap kali ia menanyakan langsung kepada yang bersangkutan atau Elnada sendiri gadis itu terus saja hindari.
Hal itu membuat Gladis gemas sendiri rasanya.
"Dira cepetan!" seru Gladis melihat kedatangan Nadira.
Nadira merupakan sahabat mereka. Hanya saja berbeda kelas dengan Elnada juga Gladis. Ketiganya sudah saling mengenal sejak duduk dibangku kelas 5 sd, sudah lama bukan? ketika itu Elnada baru saja pindah dari kota kelahirannya. Dan langsung disambut baik oleh Nadira juga Gladis.
"Kantin yuk!" ajak Nadira kepada mereka.
"Lo ngga liat Elnad lagi cacingan gitu," balas Gladis membuat Nadira mengernyit ke arah Elnada.
"Sumpeh El?" tanya Nadira dengan polosnya.
"Bege! percaya aja lo sama dia?" sungut Elnada membuat Nadira terkekeh.
"Ya terus apa kalau nggak cacingan? bisulan lo?" tanya Gladis lagi.
Pasalnya tidak biasanya Elnada murung seperti hari ini. Bahkan biasanya Elnada paling semangat mengajak ke kantin. Ia juga sering mentraktir kedua sahabatnya.
"Gue lagi malas, udah sana kalian kalau mau pergi!" usir Elnada tampak tidak semangat.
"Nitip apa lo?" tanya Nadira pada akhirnya.
"Salam aja buat kak Enggar," ujar Elnada membuat kedua sahabatnya menggeleng.
"Cih, masih aja ngejar, udah tahu lo bukan tipe dia," ledek Gladis seraya menarik tangan Nadira untuk segera pergi.
Sebelum Elnada mengamuk pastinya.
"Ck, bocah! ngeselin banget," decih Elnada melihat kepergian kedua sahabatnya. Namun ia enggan untuk melanjutkan. Biarkan saja kedua mahluk yang selalu berada di dekatnya mendapat kebebasan dulu sekarang.
Kepalanya kembali ia sandarkan di bangkunya. Elnada kembali mengingat kata-kata dari maminya tadi pagi.
Sejak tadi pagi ia tidak bisa fokus karena hal itu. Kini nasibnya seperti berada di ujung tanduk.
"Gue harus apa?" gumamnya dengan mata terpejam memikirkan kata-kata mami Inta tadi pagi.
"Minta maaf sama Narina," suara itu seketika membuka mata Elnada yang baru saja terpejam.
Suara yang tak asing baginya, dan sebenarnya mampu menggetarkan hati Elnada hanya dengan mendengarnya saja.
Cowok tampan dan tinggi itu kini berdiri tepat di hadapannya. Elnada langsung menormalkan posisi duduknya.
"Ogah," tolaknya langsung.
Ah... Sungguh ia selalu suka jika cowok di depannya ini menemuinya, tetapi perasaan kesal langsung datang setiap kali nama perempuan lain disebutkan, terlebih itu gadis yang paling tidak Elnada sukai.
"Minta maaf atau-"
"Gue bilang ogah ya ogah! lo napa si maksa banget? itu bukan salah gue, dianya aja yang jalan nggak liat-liat," potong Elnada.
"Lagian jadi cewe ngaduan banget, lemah," gumamnya lagi. Namun masih dapat didengar oleh cowok di depannya itu.
"Nada cukup! nggak seharusnya lo kaya gitu, kaya anak kecil," ujar cowok tersebut membuat Elnada semakin tidak terima.
Nada ialah panggilan dari cowok tersebut. Namun tidak dipermasalahkan oleh Elnada sendiri, justru ia seperti mendapat perhatian khusus dari cowok tampan di depannya hanya dengan sebutan yang berbeda.
Meski tetap saja sikap cowok tersebut selalu menjengkelkan karena tetap membela gadis yang tidak Elnada sukai.
"Bela aja terus! lagian emang dia lemah, baru kesenggol dikit aja jatuh, gimana kalau gue sengaja nabrak? apa nggak langsung mampus tuh anak," ujar Elnada semakin menggebu.
Sungguh kata-kata itu sebenarnya tidak ingin dia ucapkan di depan cowok tersebut. Namun setiap kali cowok tersebut mencoba membela gadis yang bernama Narina membuat hati Elnada terbakar, ia tidak bisa untuk mengontrol ucapannya. Sekalipun akhirnya seperti bumerang sendiri baginya.
Cowok yang sebenarnya ia sukai semakin jauh dari gapaiannya. Semakin menganggap ia bukan gadis yang baik.
Biarkan saja itu terjadi, karena hati dan telinga Elnada terlalu panas untuk mendengar pembelaan dari cowok tersebut untuk gadis yang bernama Narina.
"Dia teman gue, pantas kalau gue bela, dan lo udah keterlaluan banget," ujar cowok tersebut kemudian membalikan tubuhnya.
Sejenak langkah cowok tersebut terhenti. Ia menoleh ke arah Elnada yang masih anteng di tempat duduknya.
Seulas senyum terlihat dari wajah cantik Elnada, gadis itu mengira jika cowok tersebut akan meminta maaf dan menyesali apa yang sudah dikatakan kepadanya, juga apa yang sudah diperbuat dengan membela gadis yang bernama Narina.
Elnada menunggu hal itu, dan mungkin saja akan terjadi sebentar lagi.
"Oh ya? minta maaf atau berhenti cari masalah sama Narina," lanjutnya lagi sebelum kepergiannya.
Wajah Elnada seketia berubah pias. Apa yang baru saja didengarnya meruntuhkan segalanya. Satu kalimat yang mampu membuat keinginan Elnada sirna. Sangat sakit, namun ia juga tidak bisa berharap lebih, karena apa yang selalu ia tunjukan kepada cowok tesebut berbanding terbalik dengan keinginan hatinya. Sangat naif.
Dengan helaan napas yang sangat dalam Elnada sengaja berteriak sekencang mungkin.
"Enggaraksa Abigani, banci lo!" teriaknya cukup kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
meta
iseng buka nt eh ada yg baru dr otor pavoritku..
2024-10-19
0
Sandisalbiah
ijin baca thor
2024-10-08
0
Ahmadkhadori Dori
lama bgt gak buka noveltoon iseng² buka kok ada yg baru dri kak riria 😁
2024-10-03
0