Menikahi Adik Kekasihku

Keluarga mereka hanya mengandalkan uang gaji Niken sebagai karyawan pemetik teh, kadang kalau Dedi membutuhkan bantuannya, dia sering diminta oleh Dedi untuk menjadi asisten pribadinya dan melayani semua kebutuhan pribadi sang sahabat. Itu terjadi jika asisten pribadi Dedi dalam keadaan tak bisa bekerja atau ada halangan untuk melakukan pekerjaan dia.

"Apa kakak ga berniat cari kerja?" tanya Niken saat melihat Rudi selesai dengan telponnya.

Rudi terlihat mengacuhkan apa yang ditanyakan oleh Niken. Dia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan tidur. Niken kesal dibuatnya saat melihat Rudi yang begitu acuh dan tak peduli padanya.

"Udah, Niken. Jangan hiraukan kakak kamu. Biarkan saja dia mau melakukan apa. Nanti ada masanya dia akan berjuang dan bekerja." Niken hanya bisa menghela napas berat mendengar ucapan ibunya.

Selalu saja begitu akhir dari usahanya untuk menyadarkan Rudi agar lebih bertanggung jawab dengan masa depannya sebagai seorang lelaki yang suatu saat akan menjadi kepala keluarga untuk anak istrinya.

"Mama selalu saja membelanya, makanya dia jadi arogan seperti itu. Mah, sikap seperti itu tidak mendidiknya sama sekali!" Tegur Niken masih berusaha untuk sabar menghadapi ibunya yang amat memanjakan lelaki itu.

Niken melirik ke arah ayahnya yang terbaring lemah tak berdaya. Sudah bertahun-tahun lamanya Bejo hidup dengan mengandalkan istri dan anaknya yang bekerja dan mencari nafkah. Dia tidak memiliki inisiatif untuk mencari pekerjaan atau berusaha mendapat uang demi keluarga kecilnya.

Niken tidak keberatan hasil kerjanya di gunakan untuk membiayai hidup mereka. Tetapi kadang dia juga merasa lelah dan ingin bersantai. Dia harus mengekang apapun yang dia mau karena setiap bulan gajinya selalu saja habis untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga itu.

Ayahnya Niken sejak dua tahun lalu tidak bekerja lagi. Dia lumpuh dan hanya bisa berbaring di ranjang. Sementara ibunya kadang ikut Halimah bekerja di mansion Hartawan jika disana ada banyak pekerjaan. Selebihnya ibunya hanya di rumah dan merawat ayahnya yang sakit dan butuh pertolongan dalam semua aktivitas hidupnya.

Niken memilih untuk masuk ke dalam kamarnya daripada harus bertengkar dengan ibunya yang selalu saja membela apapun yang dilakukan Rudi. Entah kenapa Rudi selalu jadi anak emas. Padahal dimata Niken, Rudi hanya pemuda pengangguran yang tak punya masa depan.

Kakaknya itu bahkan tidak malu meminta uang padanya. Walau hanya untuk membeli kuota games miliknya. Sungguh menyebalkan! Niken kadang merasa kesal luar biasa dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya yang sepertinya tidak mau berubah. Walaupun usianya sudah hampir kepala tiga.

"Dasar benalu!" kesal Niken saat dia lewat di depan kamar Rudi dan melihat kakaknya itu sedang tidur dengan begitu nyaman sedang ponselnya di tangan masih aktif.

Niken kesal kepada kakaknya tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya Niken memilih untuk mencoba menghubungi Dedi untuk meminta pemuda itu menemuinya di tempat biasa mereka ketemuan.

Tapi ponsel Dedi malah nonaktif. Niken makin kesal dibuatnya. Sudah hampir seminggu dirinya mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan Dedi. Niken tidak tahu kalau ponsel Dedi sudah direbut oleh Surya karena kepergok sedang mencoba menelpon dirinya. Surya benar-benar menutup akses untuk Dedi berhubungan dengan wanita lain selain Maura.

Dedi sekarang mempunyai nomor dan ponsel baru yang diberikan oleh Surya. Hal itulah yang membuat Dedi uring-uringan terus sejak tadi. Dedi bahkan menolak untuk berangkat kerja. Mogok melakukan apapun. Sungguh kekanakan sekali. Maura kesal dengan sikap suami manjanya itu.

Dedi sama sekali tidak mengacuhkan ancaman dari Radit yang memintanya untuk membatalkan pernikahannya bersama Maura. Dedi malah merasa tertantang untuk bersaing dengan Radit agar bisa mengambil hati Maura dan membuatnya jatuh cinta kepada dirinya. Dedi sendiri merasa bingung dengan apa yang sedang dia lakukan sekarang.

Dedi dan Radit memang sudah bersaing sejak kecil dalam segala hal. Apapun yang Radit inginkan, Dedi pasti selalu bersemangat untuk merebutnya. Entah kenapa Dedi tidak suka melihat kakaknya bahagia dengan mendapatkan apa yang dia mau atau hal yang dia sukai. Dedi semakin bersemangat untuk bersaing dengan Radit setiap kali melihat pemuda itu marah dan cemberut jika melihat dia dan Maura bersama.

Jiwa kompetisi Dedi mulai bangkit. Makanya saat ini Dedi sedang berusaha untuk mendekati Maura. Dedi mengajaknya untuk makan malam romantis di restoran yang sudah dipesankan oleh sekretarisnya tadi siang. Surya merasa bahagia sekali melihat Dedi dan Maura pergi untuk makan malam berdua saja.

"Kamu yakin mau pergi makan malam denganku? Pacar kamu nanti ga marah?" tanya Maura merasa sanksi untuk mengikuti Dedi yang begitu bersemangat mengajaknya makan malam di luar.

Sementara itu Radit yang baru saja pulang dari kantor tampak memperhatikan mereka. Aura kecemburuan yang terpancar dari wajah kakaknya benar-benar membuat diri sangat senang dan bahagia. Dedi jadi makin gencar lagi merayu Maura di depan Radit.

Radit bahkan terlihat mengepalkan kedua tangannya. "Maura, apa kita bisa pergi bersama malam ini? Ada hal penting yang ingin ku bicarakan denganmu!" Pinta Radit sambil mendekati Maura yang masih menatapnya dengan bingung.

Dedi tersenyum sinis pada Radit. "Maafkan aku kalau aku di anggap tidak sopan. Tapi, tapi dia adalah istriku. Aku sudah membuat reservasi untuk makan malam bersama." Dedi langsung memeluk dan mencium pipi Maura di hadapan Radit.

Radit hampir saja menonjok Dedi kalau saja Maura tidak langsung mengajaknya pergi dari sana. Radit marah dan kesal dengan kelakuan Dedi yang menurutnya sangat kekanakan.

"Walaupun kau adalah suaminya tapi akulah laki-laki yang dia cintai! Sama seperti kamu yang jauh lebih mencintai Niken daripada istrimu." Ucapan Radit sukses membuat Dedi berhenti dari langkahnya dan melirik ke arahnya dengan kening berkerut.

Radit tersenyum penuh kemenangan karena sudah berhasil mendapatkan perhatian dari Dedi yang penuh dengan kesombongan hanya karena sudah berhasil menikahi Maura.

" Tapi tetap saja, akulah suami dia! Bukan kamu, ya kan?" tanya Dedi sambil melirik ke arah Maura yang sejak tadi memilih diam.

Maura sebisa mungkin untuk menghindari perdebatan di antara dua saudara yang sama-sama penting baginya dan memiliki tempat tersendiri di Lubuk hatinya.

"Maaf, Mas Radit. Aku harus pergi bersama dengan suamiku. Sekarang dia yang akan selalu menjadi prioritasku dalan segala hal. Semoga Mas Radit bisa mengerti dengan status dan posisiku sebagai istrinya!" Pinta Maura sambil menatap Radit yang begitu kecewa kepada Maura.

Padahal Radit berharap Maura akan kembali padanya suatu saat nanti. Radit mengira bahwa Dedi akan segera menceraikan wanita yang dia cintai untuk bisa bersama Niken, wanita yang sudah lama dicintai oleh adiknya.