Luna Olivia, seorang mahasiswi semester akhir yang memiliki sifat bar-bar harus menerima kala dirinya dijodohkan karena balas budi Ayahnya.
Bara Adi Wijaya, seorang Ceo Casanova yang tidak ingin mempunyai komitmen dengan wanita, tetapi malah dijodohkan dengan orang tua nya.
***
Bagaimana jadinya jika seorang Ceo Casanova di jodohkan dengan gadis tengil yang bar bar?
Apakah mereka bisa bersatu dan saling menerima ?
Atau malah sebalik nya, mereka tidak akan bisa bersatu karena perbedaan yang ada ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ekadewi01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. Tidak Rela
Setelah Devan datang, mereka berempat langsung menuju ke arena balap mobil mengendarai kendaraannya masing-masing.
Sepuluh menit lagi acara di mulai, Luna pun bersiap-siap terlebih dahulu. Dengan setia Bara mendampingi istrinya itu ditemani oleh Devan dan juga Ajeng.
"Inget Juleha, lo kudu fokus dan jangan kasih cela buat lawan nyalip lo!" petuah Devan.
"Siap," jawab Luna cepat.
"Ini minum dulu!" Ajeng menyerahkan sebotol air mineral untuk sahabatnya.
"Ya udah, gue turun dulu, ya!" pamit Luna.
"Om, gue turun dulu. Lo tunggu sama mereka berdua aja."
Bara menganggukkan kepala nya. "Good luck," ujar Bara memberi semangat.
"Thanks." Setelah itu Luna turun ke arena.
Malam ini ada 20 peserta yang mengikuti balap mobil sport kali ini. Puluhan mobil sport sudah berjejer memenuhi arena termasuk mobil merah milik Luna.
Suara knalpot mobil sudah menggema meramaikan arena dan pemandu acara sudah membuka acara tersebut.
"Semangat untuk para peserta malam ini! hadiah senilai 200 juta sudah menunggu salah satu dari kalian!" ucap Mc tersebut.
"Satu...dua...tiga...go!"
Para mobil pembalap melesat dengan sangat kencang termasuk mobil Luna yang sedang mengincar untuk berada di posisi pertama.
Mobil merah Luna masih berada di urutan ketiga. Luna masih berusaha menyalip mobil kuning di depannya.
Sudah dua putaran dan mobil Luna masih berada di posisi ketiga.
"Luna, ayok gas terus!" teriak Ajeng.
Sementara Bara masih mengamati mobil Luna yang belum berhasil menyalip mobil lawan nya.
Luna berusaha untuk terus menyalip mobil kuning di hadapan nya, saat putaran ketiga dia berhasil menyalip mobil kuning itu dan berada di posisi kedua.
"Yes, tinggal satu lagi yang harus gue singkirin!" gumam nya setelah berhasil menyalip mobil kuning tersebut.
"Gue yakin lo bisa," lirih Bara.
Benar saja di putaran ke enam Luna berhasil memimpin di posisi pertama menyusul mobil hitam yang sebelumnya berada di posisi pertama.
Luna masih tetap fokus karena masih satu kali putaran lagi, dia harus bisa bertahan hingga di putaran terakhir.
"Ayok, Juleha lo pasti bisa!" teriak Devan penuh semangat.
Di putaran terakhir Luna menaikan kecepatan mobilnya agar bisa segera tiba di garis finis. Suara riuh tepuk tangan terdengar setelah mobil Luna berhasil keluar menjadi juaranya.
Ajeng dan Devan bersorak kegirangan, berpelukan sambil berputar-putar saat melihat Luna keluar menjadi juaranya.
Lagi-lagi Luna menjadi juara, membuat Bara sangat bangga dengan istrinya.
"Selamat." Ucap mc tersebut menyerahkan papan simbolis kepada Luna.
Karena hadiah lumayan banyak jadi tidak diberikan uang tunai melainkan sebuah cek.
Luna menerima papan simbolis itu dengan gembira, modalnya untuk membuka cafe cabang kini semakin bertambah.
"Terimakasih." jawab Luna menerima hadiah tersebut.
Saat Luna ingin meninggalkan arena menghampiri suami dan juga sahabatnya, tiba-tiba Zayn datang entah dari mana munculnya.
Zayn datang karena diberitahu oleh Devan kalau mereka sedang menemani Luna turun ke arena.
Dia memberikan buket bunga untuk Luna. "Luna, ini untuk kamu." Mau tidak mau Luna menerimanya karena tidak enak untuk menolak.
Bara yang melihat istrinya diberi bunga oleh laki-laki lain pun mengepalkan tangan nya.
"Lun, mungkin ini terdengar lucu tapi ini memang kenyataan nya. Sejak pertama kali gue ngeliat lo, gue udah jatuh cinta sama lo. Mungkin itu yang di bilang cinta pada pandangan pertama, tapi rasa yang gue punya ini tulus." Zayn mengungkapkan perasaan nya sembari memegang tangan Luna.
Bara benar-benar tidak bisa menahan emosinya lagi melihat sang istri di pegang oleh laki-laki lain. Apalagi laki-laki itu menyatakan cintanya kepada sang istri.
Bara turun kebawah lalu menarik tangan Luna dengan kencang, menyeretnya masuk ke dalam mobil lalu meninggalkan arena.
Saat Bara menarik tangan Luna, kunci mobil Luna terjatuh dan langsung diambil oleh Devan.
Biarlah Devan yang akan mengurus mobil sahabatnya itu, tetapi yang dia takutkan yaitu sahabatnya. Dia takut Bara berbuat macam-macam dengan Luna.
"Lho, Van itu bukan nya, Pak Bara?" tanya Zayn bingung.
Devan menepuk bahu Zayn dan berkata. "Iya, itu Pak Bara pemilik Wijaya Corporation sekaligus suaminya Luna."
Jeedeeerrrr
Bagai disambar petir disiang bolong Zayn mendengar perkataan Devan. Jadi selama ini dia menyukai istri orang lain.
Salahnya sendiri yang tidak menanyakan status Luna terlebih dahulu, Karena Zayn yang melihat Luna masih muda dan menebak kalau wanita itu masih single.
"Sabar ya, Zayn. Gue tau yang namanya hati dan cinta itu datangnya tak terduga dan nggak bisa di paksa." ujar Ajeng memberikan semangat kepada teman barunya itu.
Zayn terdiam lesu, baru saja menemukan wanita yang dia cintai tetapi ternyata dia tidak bisa memiliki wanita itu.
"Sabar, Bro. Mungkin Luna bukan jodoh lo!" ujar Devan.
"Ya udah, ayok balik! gue suruh orang dulu bawa mobil Luna ke rumah gue."
Setelah orang yang di minta Devan datang, mereka semua pergi meninggalkan arena karena waktu juga sudah sangat larut.
***
Bara membawa Luna pulang ke apartmentnya, saat sudah tiba di basement dia menarik tangan Luna dengan kasar membawa nya masuk ke unitnya.
"Masuk!" ucap Bara dengan lantang.
Setelah pintu terkunci Bara membawa Luna masuk kedalam kamarnya kemudian membantingnya ke tempat tidur.
Bara mengungkung tubuh sang istri lalu melumat bibir itu dengan kasar, sementara tangan nya menahan tangan sang istri yang sedang memberontak.
Karena kecemburuan nya dia menyakiti istrinya sendri, padahal dalam hal ini Luna tidak bersalah.
Luna menitikkan air matanya, hancur hatinya di perlakukan layaknya seorang jalang.
"Om, tolong lepas jangan kek gini!" pinta Luna memohon.
Bara masih belum menghiraukan perkataan istrinya yang sudah memohon-mohon.
"Om, gue mohon lepasin gue! maafin gue kalo gue ada salah. Jangan kek gini, kan selama ini lo nggak kek gini, Om. lo ngerendahin gue, Om. Gue bukan jalang yang biasa lo mainin!"
Mendengar ucapan istrinya Bara pun terdiam. Dia baru sadar apa yang dia lakukan kepada istrinya itu salah.
Bara melihat Luna menangis untuk pertama kalinya dan itu di sebabkan oleh dirinya sendiri.
"Shiitt!" makinya frustasi.
Luna lalu duduk membenarkan bajunya yang berantakan lalu mengusap air matanya. Dia tidak boleh terlihat cengeng di mata suaminya.
Bara duduk di sebelah Luna yang masih terdiam. "Maafin gue ya gue khilaf, jangan marah, ya!"
Luna mengangguk, mungkin setelah ini dia menarik kata-katanya kembali yang ingin berteman dengan suaminya.
Dia tidak ingin kejadian seperti ini terulang kembali. Karena dia tidak ingin menyerahkan kehormatan nya kepada suaminya yang tidak menyukai nya.
"Lun, jangan marah sama gue. Jangan menjauh juga setelah ini!" pinta Bara menggenggam tangan yang tadi sempat dipegang oleh laki-laki lain, yang membuatnya hampir saja membuat Luna mungkin saja akan membencinya.
"Lun, jawab!" ujar Bara lembut.
"Iya," jawabnya singkat.
"Gue nggak suka liat cowok itu deketin lo sampe pegang-pegang tangan lo. Gue nggak suka makanya gue marah, tapi malah ngelampiasin semuanya sama lo," ungkap Bara dengan jujur.
Luna masih bum mencerna ucapan suaminya, kenapa harus marah saat dirinya dekat dengan pria lain.
Apa Bara menyukainya tetapi, itu serasa tidak mungkin, secara Bara hanya bisa mempermainkan wanita.
"Om, gue pulang ke mansion, ya." pamit Luna yang ingin pulang ke mansion, tetapi Bara tidak mengizinkan nya.
"Udah malem nggak usah pulang ke mansion, istirahat disini aja, ya! gue janji nggak bakal ngapa-ngapain. Sekarang lo tidur disini biar gue tidur diluar. Oh iya, kalo lo mau bersih-bersih nanti pakaian ganti nya pake punya gue aja dulu, di lemari ada kaos sama celana pendek gue pake itu aja, ya!"
Luna menganggukkan kepala nya tanda mengerti. "Ya udah, gue keluar ya kalo butuh apa-apa panggil gue aja!"
"Iya," jawabnya singkat masih enggan berbicara dengan suaminya akibat kejadian tadi.
Bara keluar dari kamarnya setelah mengambil baju ganti di lemari dan membawanya keluar. Sementara Luna masih terdiam, dia tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.
First kiss nya telah di renggut oleh suaminya sendiri, first kiss yang ingin dia serahkan untuk laki-laki yang kelak mencintainya.
Walaupun, Luna gadis tengil yang bar-bar tetapi dia wanita baik-baik yang enggan berpacaran tidak jelas.
Hanya ada satu mantan pacarnya saat SMA dulu yang memang dia juga mencintai pria itu. Tetapi, karena berbeda keyakinan hubungan mereka harus kandas.
Luna masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena memang badan nya sudah terasa lengket.
Selesai mandi dia memakai kaos Bara yang kebesaran di badan nya sehingga tampak seperti dress. Dia juga mengambil celana training olahraga milik Bara lalu memakainya.
Setelah selesai Luna membaringkan tubuh nya di atas tempat tidur. "Huh, kenapa gue masih kepikiran omongan Bara yang tadi."
"Tau ah, mending gue tidur." Luna memaksa matanya untuk terpejam daripada terus memikirkan sang suami.
***
Sementara Bara masuk ke kamar mandi di kamar sebelah kemudian berendam dengan air hangat agar tubuh dan pikiran nya bisa sedikit rileks.
Dua puluh menit berendam, Bara keluar dari bathtub berdiri dibawah shower membilas tubuhnya menghilangkan sisa busa yang masih tersisa di tubuh atletisnya.
Selesai bersih-bersih dia memakai pakaian yang tadi dia bawa dan duduk di tepi ranjang.
"Bodoh lo Bar, hampir aja lo nyakitin Luna. Arrgghhh gue nggak bisa kontrol emosi gue." l
Bara tidak ingin karena kejadian tadi Luna berubah sikap dan menjauh darinya.
Bara keluar dari kamar menuju ke pantry mengambil minum lalu membawa nya duduk di sofa dan menyalakan televisi.
Lama Bara duduk termenung di sana, akhirnya pria tampan itu bangkit dari duduk nya masuk ke kamarnya yang ditempati oleh Luna.
Pintu itu ternyata tidak di kunci oleh Luna, Bara masuk kedalam dan melihat istrinya yang sudah terlelap memakai kaos dan juga celananya.
Dia mendekat ke tempat tidur dan duduk ditepi tempat tidur memandangi wajah cantik natural istrinya.
"Maafin gue Lun, gue nggak bisa kontrol emosi gue tadi. Entah kenapa hati gue panas liat lo deket sama cowok lain. Apa iya gue udah jatuh cinta sama lo dan kenapa bisa secepat itu gue jatuh cinta sama lo." Lirih nya sembari membelai kepala sang istri dengan lembut.
"Padahal nggak ada yang lo lakuin, tapi kenapa bisa dengan sendirinya gue jatuh cinta sama lo yang cuek banget sama gue." Bara memandang lekat wajah teduh sang istri yang sedang terlelap.
"Gue harap lo nggak berubah karena kejadian tadi. Gue nyaman deket sama lo." Bara memberanikan diri mengecup dahi istrinya secara diam-diam.
Dia juga masih mengingat untuk pertama kalinya mencium bibir istrinya walaupun dengan sangat kasar.
Setelah diam-diam mengecup kening sang istri, Bara keluar dari kamar menuju ke sofa yang ada di ruang tv.
Bara memilih tidur di sofa takut Luna nanti membutuhkan sesuatu, jadi dia tidak tidur di kamar sebelah yang kosong.
Bara memejamkan matanya menyusul istrinya ke alam mimpi walaupun tidur terpisah.
mau ngapain?