“Karya ini merupakan karya jalur kreatif”
Dunia digemparkan oleh suatu kasus, munculnya serangan makhluk hidup dari luar ruang angkasa.
Proyek besar untuk mengatasi masalah itu pun dimulai, para pengusaha besar pun berebut untuk mendapatkan mega proyek itu demi keuntungan. Siapa sangka justru dua bocah laki laki kembar bernama Raja dan Asasta yang memenangkan mega proyek itu.
Akankah dua bocah itu berhasil menyelamatkan bumi dari serangan makhluk luar angkasa atau justru mereka celaka karena menjadi korban penculikan atau menjadi korban keganasan makluk luar angkasa itu, akankah bumi bisa diselamatkan?
Yukkk guys ikuti kisah Aja dan Ata....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27.
Aja pun lalu membuka kaca matanya. Sesaat kemudian muncul cahaya biru yang tertuju pada makluk itu. Dan cahaya itu pun mengelilingi tubuh makluk aneh itu. Makluk aneh yang menyerupai amoeba raksasa itu kesulitan bergerak. Aja pun tersenyum.
“Aku harap dia bisa mengecil lagi dan Profesor bisa mengamankan dia lagi ke ruang laboratorium yang lebih aman, agar tidak bisa keluar lagi.” Ucap Aja sambil terus memancarkan cahaya dari matanya.
Sang Profesor dan beberapa orang yang melihatnya pun tampak kagum dengan kekuatan cahaya yang keluar dari mata Aja. Mereka semua tersenyum saat melihat makluk itu secara perlahan lahan mengecil.
Akan tetapi tiba tiba makluk itu bergerak gerak dengan sangat aktif dan ganas. Meskipun tubuh tidak beraturan itu sudah mengecil dan dikurung oleh cahaya namun masih saja bisa bergerak mendekat bahkan tubuh itu bisa bergerak naik. Hingga Aja harus mendongak untuk mengikuti gerakan dari makluk aneh mengerikan itu.
Semua orang yang berada di tempat itu ketakutan dan berusaha menjauh.
“Gawat dia masih bisa mendekat Ta, lakukan juga sesuatu.” Ucap Aja lirih sambil terus menatap makluk aneh yang terus berubah ubah bentuknya berusaha keluar dari cahaya biru yang mengurung dirinya. Dan mendekati tubuh Aja rasa rasanya ingin menghisap tubuh Aja.
Sesaat Ata pun akan membuka kaca matanya.
“Kamu keluarkan jurusmu tanpa membuka kaca mata agar Mama tidak semakin panik.” Ucap Aja yang tahu jika saudara kembarnya akan membuka kaca matanya.
Ata pun tidak jadi membuka kaca matanya. Dia menjulurkan lidahnya dan keluar kobaran api . Kobaran api itu pun tertuju ke tubuh makluk aneh yang terus bergerak gerak aktif mendekat. Mendapat serangan lagi makluk itu tampak semakin murka.
Dan sialnya kobaran api dari lidah Ata justru membuat cahaya biru yang mengurung makluk itu menjadi pudar. Dan semakin tipis cahaya itu dalam mengurung tubuh makluk aneh itu.
Dan makluk itu pun bisa keluar dari cahaya biru, lalu meloncat menjauh menghindari kobaran api serangan dari Ata.
Pegawai pegawai laboratorium itu pun berteriak teriak dan berlarian.
“Ta, dia malah lepas!” teriak Aja. Ata pun tampak bingung lalu menghentikan jurus api naganya.
Di saat kobaran api sudah tidak ada. Aja yang masih melepas kaca mata itu pun segera berlari untuk mengejar makluk itu. Dia khawatir jika makluk itu akan menjadi liar dan memangsa warga.
Ata juga ikut berlari mengejar makluk aneh itu. Sang pengawal pun ikut berlari meskipun dia tidak berani menembak makluk itu.
Mereka terus berlari hingga keluar dari pintu gerbang laboratorium.
Di saat mata Aja sudah bisa melihat makluk aneh yang kini tubuh nya sudah mengecil kira kira sebesar bola kaki namun wujud masih saja amorf, tidak beraturan. Makluk itu masih saja melayang di udara.
Aja pun segera mengeluarkan cahaya dari matanya. Dan lagi lagi makluk aneh itu kembali terkurung oleh cahaya biru dari mata Aja. Dan tidak bisa lari lagi.
“Aku juga harus buka kaca mataku Ja.” Ucap Ata dan dia pun segera membuka kaca matanya.
Cahaya yang ke luar dari mata Ata pun juga mengurung mengelilingi tubuh makluk aneh itu. Cahaya dari mata dua bocah itu semakin tebal mengelilingi tubuh makluk aneh itu. Tubuh itu pun semakin mengecil dan tampak sudah tidak lagi begitu aktif meskipun masih terus berusaha untuk keluar dari cahaya yang mengurung dirinya. Lama lama tubuh makluk aneh itu semakin ke bawah, kini ketinggalan tinggal satu meter di atas tanah. Tubuh nya pun semakin mengecil dan mengecil, kini kira kira menjadi sebesar telur ayam lagi.
Dan sesaat kemudian...
KLOOOTAKK
Suara keras benda jatuh di atas aspal. Tubuh makluk aneh yang sebesar telur ayam namun tetap saja bentuk tidak beraturan itu kini jatuh di atas aspal. Warna nya pun menjadi hitam semacam arang.
Aja dan Ata terlihat lega. Mereka pun menghentikan aksinya mengeluarkan cahaya dari matanya.
Orang orang yang berdiri di belakang mereka pun tampak lega. Sang Profesor berlari mendekati makluk aneh yang telah menjadi arang itu akan dia ambil untuk diteliti lagi.
Bangkai makluk aneh itu pun kini sudah berada di dalam toples kaca tertutup dan dibawa oleh Sang Professor.
“Tuan Tuan Kecil, terima kasih.” Ucap Sang Profesor sambil menatap Aja dan Ata yang kini sudah memakai lagi kaca matanya.
“Sama sama Prof, hati hati Prof jangan sampai ada bakteri yang sudah bermutasi lepas lagi ke luar dari ruang laboratorium.” Ucap Aja dengan nada serius.
“Iya Tuan Kecil, tetapi juga ada kemungkinan bakteri yang sudah di alam bebas juga bisa bermutasi seperti itu tadi. Jadi Vajo harus membuat program untuk mengantisipasi.” Ucap Sang Profesor.
“Hmmm I know I know....” gumam Aja sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
Di saat mereka akan melangkah masuk ke dalam pintu gerbang gedung laboratorium. Terdengar bunyi dering dari tablet milik Ata. Ata pun segera mengambil tablet dari tas ransel nya.
“Mama.” Gumam Ata saat melihat kontak nama Sang Mama melakukan panggilan video.
Sementara itu di lain tempat. Tuan Jack tampak marah marah karena korban semakin banyak.
“Aku akan melakukan protes, karena Vajo tidak bisa bekerja.” Suara Tuan Jack dengan penuh emosi.
“Mana kantor kantor diliburkan, kan perusahaanku rugi, hanya Vajo yang untung karena dapat kucuran dana.” Ucap Tuan Jack lagi.
“Tuan demo saja ke gedung PBB juga ke gedung putih kalau perlu ke gedung kedutaan besar Indonesia juga.” Ucap Sang pengawal Tuan Jack.
“Hmmm okey okey, aku akan suruh orang orang demo ke gedung gedung itu. Aku akan hubungi pimpinan NGO yang sering melakukan demo demo itu. Aku akan bayar mereka.” Ucap Tuan Jack lalu dia tampak sibuk mengusap usap layar hand phone miliknya.
“Kerahkan orang orang untuk protes, demo karena PBB dan Tuan Presiden tidak bisa bekerja, dan malah memilih rekan kerja yang goblok, tidak bisa membantu tugas mereka malah kondisi semakin kacau!” ucap Tuan Jack setelah terhubung dengan pimpinan NGO yang suka demo demo.
“Siap Tuan, akan segera kami laksanakan. Tapi kami perlu amunisi untuk melakukan hal itu.” Suara seorang laki laki di balik hand phone milik Tuan Jack.
“Ha... ha... ha... Anda tenang saja Tuan, aku akan segera transfer dana untuk makan siang.” Ucap Tuan Jack sambil terbawa terbahak bahak, dan selanjutnya sambungan telepon pun segera diputus, karena dia akan segera mengirim dana agar aksi demo bisa segera terlaksana.
“Aku akan terus mendesak, agar tender dengan Vajo dibatalkan dan diganti oleh perusahaan ku ha.... ha.... ha.....” ucap Tuan Jack sambil terus tertawa terbahak bahak.
“Karya ini merupakan karya jalur kreatif.”