NovelToon NovelToon
Tepat Tujuh Belas

Tepat Tujuh Belas

Status: tamat
Genre:Teen / Horor / Romantis / Tamat / cintamanis / Kumpulan Cerita Horror / hantu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Biru Taro

Kamalla adalah siswi SMA biasa pada umumnya. Hidup dengan keluarga yang sederhana, memiliki dua sahabat baik, dan juga pacar yang cukup populer bernama Radhit.

Meski hubungan keduanya sering kali diusik oleh mantan dari kekasihnya yang bernama Monik, baginya hal itu bukan sebuah masalah besar.

Namun masalah lain kerap datang bergantian ketika usianya tepat tujuh belas tahun. Mulai dari hubungannya yang kandas dengan sang pacar, sahabat, bahkan terror mengerikan dari sosok tak kasat mata.

Tentu saja hal itu menjadi tanda tanya besar di kepalanya. Apakah semua ini ada hubungannya dengan mantan dari kekasihnya? Apa mungkin secara tak sadar ada kesalahan yang dia perbuat? Atau ada hal lain dibalik semua kejadian ini?

[Karya pertama bergendre horror romantis]

-Biru Taro-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biru Taro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berkemas [Dua Puluh Tujuh]

Cengkraman Monika kemarin ternyata membuat luka memar cukup pekat di leher Kamalla. Alih-alih agar tak mengundang perhatian, keputusannya untuk menutup memar itu dengan syal putih justru mengundang penasaran bagi kedua sahabatnya.

"Astaga, Kamalla!" kedua mata Jenny mendadak bulat sempurna ketika Kamalla menunjukkan luka memar di lehernya yang sedari tadi dibalut syal.

"Lo nggak nekat gantung diri karena ditinggal Radhit 'kan?" tanya Kia.

Jenny dan Kamalla kompak memutar kedua bola matanya.

Suasana kelas pagi itu masih terbilang lengang karena masih setengah jam lagi menuju pelajaran pertama. Hanya ada mereka dan dua siswa yang tengah mengobrol di meja paling depan.

"Gue mau minta bantuan kalian berdua," ujar Kamalla setelah mengenakan syalnya kembali.

"Nggak. Lo jelasin dulu soal memar itu!" tuntut Jenny.

"Iya, La. Itu kenapa sih?" tanya Kia.

"Gue dicekik sama Monik--"

"Tuh 'kan!" potong Jenny sebelum Kamalla melanjutkan kalimatnya. "Udah gue bilang, dia itu ular. Selama ini dia cuma pura-pura baik aja sama lo. Lihat aja nanti, biar gue labrak sekalian deh!"

"Emang ular begitu ya, Jen?" tanya Kia.

"Gue belum selesai ngomong. Dengar dulu," ujar Kamalla. "Gue emang dicekik sama Monik, tapi ini semua diluar kendali dia."

"Maksud lo diluar kendali gimana?" tanya Kia lagi.

"Kemarin sore setelah pemakaman Radhit, gue ngundang dia buat ke rumah gue."

"Lagian lo ngapain berteman sama dia sih, La? Pakai ngajak-ngajak dia ke rumah lo segala!"

"Dengar dulu, Jen," Kia menatap Jenny dengan sebal. "Terus gimana lagi, La?"

"Emosi gue kalau udah bahas soal si monyet," gerutu Jenny.

"Gue cuma mau bantu dia buat ketemu sama Bara," lanjut Kamalla. "Awalnya nggak ada yang aneh, sampai tiba-tiba dia kesurupan dan nyerang gue sampai begini."

"Halah, acting!" sahut Jenny. "Paling juga dia nggak terima karena lo dekat sama Bara."

"Sebenarnya ada hubungan apa sih Bara sama Monik, La?" Kia mengerutkan dahinya.

"Gue juga belum tahu."

"Ya lo tinggal tanya dong sama Bara," ujar Kia. Jenny hanya mengangguk setuju.

"Belum bisa dalam waktu dekat ini. Soalnya dia masih kelihatan terpukul banget karena," Kamalla melirik kedua sahabatnya secara bergantian. "Monik diculik."

"Monik diculik?" tanya Jenny dengan sedikit berbisik.

"Lo udah lapor polisi?" Kia gantian bertanya. Kamalla menanggapinya dengan gelengan kepala.

"Gue nggak ngerti deh, La," ujar Jenny. "Urutan ceritanya gimana? Lo ngajak dia ke rumah lo buat ketemu Bara, terus dia kesurupan dan nyekik lo, habis itu dia diculik?"

Kamalla mengangguk pelan. "Kenapa gue nggak lapor polisi, karena yang nyulik bukan manusia."

"Maksud lo gimana sih, La?" tanya Kia.

"Panjang ceritanya. Gue bakal ceritain nanti pas istirahat, soalnya bentar lagi juga mau mulai pelajaran," ujar Kamalla. "Intinya sekarang, lo berdua mau bantuin gue nggak?"

"Jangan bilang kalau Monik diculik setan!?" sahut Jenny. Kamalla kembali mengangguk.

"Setahu gue, setan yang suka nyulik orang namanya Wewe Gombel," ujar Kia. "Tapi Wewe Gombel 'kan cuma nyulik anak-anak."

"Gue kira setelah kejadian rumah kosong itu, lo berhenti main-main sama hal kayak gini," kata Jenny.

"Awalnya niat gue juga begitu, tapi ternyata malah berlanjut," ujar Kamalla sambil mengulum bibirnya.

"Terus lo mau minta bantuan apa ke kita? Kalau soal hantu-hantuan, gue angkat tangan deh. Gue nggak mau bernasib sama kayak Monik," ujar Jenny dengan menampilkan wajah ketakutan.

...****************...

Kamalla patut bersyukur karena memiliki dua sahabat yang dapat diandalkan. Meskipun dengan lantang Jenny menolak untuk membantu Kamalla jika hal itu berkaitan dengan makhluk tak kasat mata, setidaknya dia setuju untuk membuat sebuah skenario terkait rencana Kamalla ke Ruyuk Tepus. Caranya cukup mudah, Jenny dan Kia hanya perlu bersandiwara kepada Ibu Kamalla bahwa sekolah mereka akan mengadakan study tour besok.

"Lo yakin ini bakalan berhasil, La?" tanya Kia sangsi ketika tiga remaja itu sampai di aula parkir sore itu.

"Iya," sahut Jenny. "Bakal terdengar aneh nggak sih kalau acara study tour dadakan begini?"

"Tenang aja. Walaupun gue anak tunggal, Ibu gue bukan tipe orangtua yang kepo banget kok. Apalagi Ibu gue 'kan udah kenal banget sama lo berdua."

"Justru itu, La. Nggak sampai hati kita bohong sama Ibu lo. Soalnya Ibu lo baik banget sama kita berdua," ujar Kia seraya mengeluarkan motornya dari barisan motor lain yang masih terparkir. Jenny yang membantu menarik motor Kia hanya mengangguk tanda setuju.

"Emangnya harus besok banget ya, La? Nggak bisa minggu depan aja gitu biar lebih masuk akal bohongnya?" tanya Jenny.

"Nggak bisa, Jen. Kalau terlalu lama, gue takut Ibu keburu tahu kalau gue lagi nyari tahu soal Ayah gue."

"Oke deh. Tapi lo yakin ke sana cuma sama Bara?" tanya Jenny lagi seraya naik ke boncengan motor Kia.

"Nggak mungkin 'kan kita bertiga bolos barengan!?" sahut Kamalla seraya memanaskan mesin motornya. "Yang ada malah ketahuan nanti. Lagian sejauh ini Bara nggak pernah aneh-aneh kok ke gue."

Sebenarnya Kamalla tidak benar-benar yakin akan pergi dengan Bara. Mengingat sebelumnya Bara tidak setuju akan keputusannya. Namun dia juga tidak mungkin bilang kepada kedua sahabatnya kalau dia akan pergi ke Ruyuk Tepus sendirian.

"Bukan itu maksud gue," Jenny diam sejenak sambil menatap sahabatnya itu. "Jawab jujur ya, La. Lo naksir Bara 'kan?"

"Kok arah obrolannya jadi ke sana sih?" tanya Kamalla.

"Terserah kalau lo masih belum mau terus terang ke kita, tapi gue cuma mau ngingetin satu hal," lanjut Jenny. "Lo 'kan udah tahu nih kalau Bara sama Monika kemungkinan ada hubungan khusus, gue cuma nggak mau lo sakit hati aja nantinya."

"Kalian berdua tenang aja ya, gua nggak akan masuk ke lubang yang sama. Lagian lo mikirnya terlalu jauh, Jen."

"Namanya perasaan nggak ada yang tahu, La. Nih contoh nyatanya di depan gue."

"Apaan sih, Jen. Gue 'kan udah ngaku salah, masih aja diungkit," Kia memajukan sedikit bibirnya karena sebal.

"Udah ah, kok jadi bahas itu lagi. Pamali, orangnya udah nggak ada," sahut Kamalla.

"Tapi 'kan gue masih ada, La," kata Kia tak terima.

"Hmmm. Kumat deh," Jenny memutar bola matanya. "Udah yok jalan."

...****************...

Malam harinya setelah sang Ibu mengindahkan izin dari Jenny dan Kia, Kamalla disibukkan dengan berkemas beberapa perlengkapan untuk besok. Sempat terbesit keraguan dalam dirinya untuk benar-benar pergi. Mengingat dia belum pernah ke Ruyuk Tepus sebelumnya, terlebih lagi kepergiannya kali ini hanya seorang diri.

Usai mengepak pakaian, gadis itu meraih ponsel pemberian Bara dari atas meja rias. Dia menghela napas sejenak ketika mengetahui nomor telepon Bara sedang tidak aktif. Dia bukan berniat membujuk Bara untuk menemaninya. Namun apabila dia tak pernah kembali setelah ke Ruyuk Tepus, setidaknya dia dapat bertemu Bara untuk terakhir kalinya.

"Ini sudah malam, kamu mau kemana lagi?" Rukmi menutup buku kecil berisikan catatan belanja dan meletakkannya di atas meja ruang tamu ketika mendapati putrinya keluar dari kamar dengan balutan sweater berwarna putih susu.

"Mau ke mini market sebentar, Bu. Ada yang lupa Kamalla beli."

"Memangnya kamu perlu apa? 'kan kamu tinggal ambil di warung."

"Sabun cuci muka, Bu."

"Loh 'kan sabun cuci muka mu masih ada di kamar mandi, ngapain beli lagi?"

"Mau beli yang lebih kecil, biar nggak terlalu penuh bawaannya," ujar Kamalla berdusta.

"Ada-ada aja kamu ini. Ya sudah, tapi jangan lama-lama."

Semakin lama, Kamalla merasa jadi anak durhaka karena sering berbohong. Namun apa boleh buat, jika dia jujur terkait kepergiannya malam ini hanya untuk bertemu dengan Bara, pasti sang Ibu melarangnya. Meskipun Rukmi sudah mengenal baik sosok Bara, rasanya tetap tidak etis seorang anak perempuan menemui laki-laki di malam hari.

Setibanya di bengkel tempat Bara bekerja, Kamalla disambut dengan rama oleh Diki, rekan Bara.

"Kok Mas bisa tahu kalau saya nyari Bara?"

"Ya tahu lah Mbak, tempo hari juga Mbak ke sini cuma buat nyari Bara 'kan!?" pemuda yang usianya terpaut tujuh tahun di atas Bara itu tengah mendorong mesin kompresor ke dalam toko, tanda bengkel akan segera tutup. "Sebentar ya Mbak. Duduk dulu aja."

Kamalla mengangguk kemudian duduk di kursi antrian menunggu pemuda itu menyelesaikan aktifitasnya.

"Emang Bara nggak cerita kalau dia udah nggak di sini lagi?" tanya Diki setelah kembali dari dalam toko dan menghampiri Kamalla.

"Nggak Mas," gadis itu menautkan kedua alisnya. "Maksud Mas, Bara udah nggak kerja di sini lagi?"

Pemuda itu mengangguk kemudian memasukkan tumpukan botol oli kosong ke dalam sebuah karung. "Bara dipecat sama si Bos, karena sering bolos. Sudah hampir seminggu yang lalu kalau nggak salah. Makanya saya keteteran ini hehe."

"Bukannya Bara tinggal di sini juga ya? Kok bisa bolos?"

"Kata siapa Mbak?"

"Bara yang bilang sendiri."

"Bara nggak pernah tinggal di sini Mbak, dia ngontrak di Gang Damai," pemuda itu reflek menampar bibirnya. "Keceplosan saya."

"Bisa antar saya ke sana Mas?"

"Aduh maaf Mbak, bukannya saya nggak mau bantu," Diki menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Bara yang minta saya buat rahasiakan tempat tinggalnya. Soalnya selain Mbak, ada lagi satu cewek yang sering ke sini nyariin Bara juga."

Tanpa perlu bertanya lebih jauh, Kamalla sudah dapat menebak siapa perempuan yang dimaksud oleh Diki. Perempuan itu sudah dapat dipastikan adalah Monika.

"Saya kasih tahu aja ya lokasinya, tapi jangan bilang kalau saya yang kasih tahu," Diki menyandarkan karung berisi botol oli itu ke dinding pembatas dengan ruko sebelah.

"Beres Mas. Saya bisa jaga rahasia."

"Dari sini Mbak lurus aja, terus belok kiri, nah kalau udah ketemu pos ronda, Mbak ambil kanan ya. Nanti tanya aja kontrakan seribu punya Bu Kokom di mana."

"Makasih ya, Mas Diki," Kamalla bangkit dari duduknya seraya terseyum ke arah pemuda berkaos singlet lusuh itu.

"Mbak tahu nama saya?"

Kamalla tak merespon pertanyaan itu. Gadis itu diam sejenak kemudian menatap ponsel pemberian Bara yang ada di genggamannya. Ada sebuah pertanyaan yang belum dia lontarkan terkait alasan dipecatnya Bara.

"Saya mau tanya satu lagi, Mas."

"Ya. Apa Mbak?"

"Mas Diki yakin alasan Bara dipecat hanya karena bolos? Bukan hal lain?"

"Si Bos sih bilangnya begitu."

"Ya udah, Mas. Makasih banyak ya. Saya pamit dulu."

Malam itu Kamalla melajukan motornya untuk mencari kediaman Bara. Pikirannya kembali dipenuhi tanda tanya. Apa mungkin Bara dipecat karena mencuri dan hasil curiannya dia belikan ponsel yang kini menjadi miliknya?

Bersambung...

1
Diodi
nyesek bgt
Diodi
wkwkwk
Diodi
maraton baca. seru bgt bikin penasaran. tolong lanjut thor!!
birutaro: Makasih ya. Stay tune terus hehe
total 1 replies
Epitangdiampang
seru
birutaro: Makasih ya udah mampir. Ditunggu kelanjutan kisahnya..
total 1 replies
Mata Peña_✒️
jadi pasang 3?!..
Andini Andana: siyap2 disamperin u Thor 🤣🤣🤣
birutaro: Selama orangnya gak kesini, gak bakalan tau dia wkwk
total 10 replies
Rey
gagal modus mu ya Radhit 😁
Rey
manis banget kamu Radhit😊
birutaro: Makasih ya udah mampir. Ditunggu update selanjutnya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!