Diabaikan keluarga sendiri, disiksa oleh ibunya, diabaikan keberadaannya oleh ayahnya dan adik yang juga membuatnya menderita.
Suatu hari dia menikah dengan lelaki yang sejak awal terlihat mencintainya, dia berharap banyak dengan pernikahan tersebut yang mampu mengakhiri penderitaannya, ternyata suatu ketika Erina tahu bahwa suaminya mencintai adiknya. Dia juga berhadapan dengan Ibu mertua yang otoriter dan adik ipar yang memperlakukan Erina seenaknya. Di rumah tersebut dia menantu tapi nyatanya diperlakukan layaknya seorang babu.
Erina sadar dikemudian hari saat sebuah kecelakaan menimpanya, dia sadar bahwa benar harapan semua orang yang dianggapnya keluarga menginginkan dia mati. Suatu hari dia bertemu dengan pria yang juga memiliki masa lalu dan keluarga yang suram, mereka akhirnya bekerja sama untuk saling membalas apa yang telah mereka dapatkan dimasa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
"Harusnya sejak awal kau harus membuatnya tidur bersamamu, bukan Erina" Timpal Nugroho kembali.
Nugroho tahu bahwa menggunakan trik itu licik, tapi jika itu adalah cara memiliki apa yang diharapkan, tidak ada jalan lain. Nugroho hanya merasa Erina sedikit lebih cerdas dibanding anaknya itu.
Dia tidak sadar bahwa yang Erina lakukan bukan semata karena ingin memiliki Ansel tapi dia ingin menghancurkan perusahaan Nugroho menggunakan kekuasaan Ansel.
"PAPA!" Teriak Sindi.
Widya kemudian berjalan ke arah mereka dengan sangat anggun dan tersenyum, dia menghentikan perdebatan antara ayah dan anak tersebut, dia menjelaskan bahwa percuma mereka seperti itu hanya merugikan saja.
"Hm, sudahlah. Kalian telalu bersemangat untuk pernikahan Erina yang tidak mungkin akan terjadi" Ucap Erina.
Sindi yang mendengar itu mengerutkan alisnya, dia bertanya maksud dari ucapan Widya tentang pernikahan yang tidak akan mungkin terjadi. Widya kemudian tersenyum devil, dia memberi kode dengan menaikkan ponselnya.
Widya menjelaskan bahwa dia baru saja mendapatkan informasi dari ibu-ibu sosialita, jika keluarga Respati tidak menyetujui pernikahan Ansel dengan Erina.
"Sudah kukatakan itu tidak akan mudah, jadi papa berhentilah bermimpi untuk memiliki kerja sama dengan PR Group dengan bantuan Erina, itu tidak akan mungkin" Jelas Widya.
Semua percakapan mereka terdengar jelas oleh Erina yang sedari tadi berada di balik ruangan lain, dia berkunjung untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal di kamarnya. Erina tersenyum tipis, setidaknya dia tahu dengan jelas bahwa saat ini keluarga Nugroho merasa cemas karna seorang Erina.
"Ini baru permulaan dan kalian telah bertengkar hebat" Gumam Erina dengan tersenyum tipis.
"Tunggu langkah selanjutnya" Gumam Erina kembali.
Erina kemudian berjalan untuk menunjukan diri membuat mata Widya dan Sindi membulat sempurna, beberapa detik mereka semua terdiam. Seolah berusaha mengingat siapa yang bertamu di hadapannya kali itu, yang tiba-tiba saja memasuki ruangan tanpa permisi.
"Erina?!" Ucap Nugroho.
Kedatangan Erina tidak hanya membuat Widya dan Sindi kesal karena ulahnya tentang rencana pernikahannya dengan Ansel, tapi kedatangan Erina kali ini yang mengenakan barang mewah mulai dari kepala hingga ujung kaki sangat memukau. Ditambah dengam Erina mulai menggunakan make up, membuat Sindi dan Widya hampir saja mereka tidak bisa mengenali Erina karena telah berubah menjadi wanita berkelas.
Nugroho yang melihat kembali berfokus pada pemikirannya sendiri tentang perusahaan, bukan tentang perunahan Erina. Dia memanggil Erina untuk meminta pengakuan dengan jelas, apakah benar pernikahan itu akan benar-benar terjadi atau hanya sekedar omong kosong belaka.
"Dasar pria ini, di kepalanya hanya ada uang, kekuasaan dan perusahaan" Batin Erina.
"Tentu saja pa, aku tidak main-main untuk itu"Ucap Erina dengan tatapan tajam.
"Hmm jangan terlalu berharap, jika Sindi yang mengatakan hal itu, mungkin saja ada peluang karena dia memiliki identitas yang jelas, sedangkan kau?! apa yang kau akan katakan ketika mereka menanyakan identitasmu, apakah mereka akan menerimanya saja? ingatlah levelmu sendiri Erina" Jelas Widya dengan menatap rendah Erina, begitupun Sindi yang berdecih dan menatap rendah Erina.
Erina yang mendengar ucapan itu hanya bisa mengepalkan tangannya geram, dia berusaha menahan, agar semuanya berjalan sesuai dengan rencana. Bahkan kekerasan bukanlah jalan satu-satunya untuk menghancurkan musuh.
"Hahah mama tenang saja, jangan khawatir berlebihan, aku...."
"Aku rasa otakmu sudah bermasalah hanya karena sudah tidur bersama Ansel, kau sudah merasa diatas awan. Ingat! tidak akan ada pernikahan tanpa pertunangan dan hal utama yang harus kau lakukan adalah pertemuan kedua keluarga, apakah kau bisa melakukan itu?"Tantang Widya.
"Kita akan liat, sejauh mana kau bisa melakukannya" Batin Widya dengan tersenyum devil.
Ucapan Widya memberikan tantangan untuk meremehkan Erina. Dia yakin Erina tidak mampu membuat keluarga Respati bisa melakukan hal itu, karena mereka berada di level atas dan sangat sulit untuk menjangkaunya.
Seorang Widya pun jika harus bergabung dengan kelompok sosialita Nyonya Tiara, dia sangat berusaha keras selama ini, menghabiskan banyak uang tapi tidak menghasilkan apapun.
"Tentu saja, aku akan membuat kalian bertemu dengan mereka, membahas tanggal pertunanganku, pernikahan dan warna dress code keluarga yang akan kalian gunakan di hari pernikahanku, yang ke-dua- ka-linya" Ucap Erina dengan mengeja dan melirik Sindi.
Erina kemudian ingin melangkahkan kakinya untuk meninggalkan ruangan tersebut. tapi langkahnya terhenti dengan menatap Sindi kembali.
"Oh satu lagi, kau harus bersiap sebagai penggiring pengantin, dan menangkap karangan bunganya. Aku yakin dengan begitu kau akan segera bertemu jodohmu" ucap Erina dengan tersenyum devil.
Sindi yang mendengar itu mengepalkan tangannya dan ingin menampar Erina tapi tanpa disangka, tangannya tertangkap dengan Erina.
Dia menggenggam dengan kuat tangan Sindi kemudian menggelengkan kepalanya sebagai isyarat untuk tidak melakukan apapun, karena bisa saja dia akan membalas. Erina tersenyum. Dengan elegan Erina melepaskan tangan Sindi dan mengedipkan matanya.
"2-0" Bisik Erina, kemudian meninggalkan ruangan tersebut.
Sindi berlari menuju kamarnya dengan sesegukan, Widya yang melihat itu dengan geram meraih ponselnya dan merencakan sesuatu, setelah itu dia mengejar langkah Sindi untuk masuk kedalam kamarnya.
Nugroho tidak peduli lagi, dengan apa yang terjadi. Dia segera berangkat menuju perusahaannya.
Nugroho tidak ingin peduli dengan konflik antara istri dan anak-anaknya itu, dia hanya peduli dengan perusahaan dan kekuasaan, keutungan perusahaan.
"Sayang, jangan menangis terus, kau juga belum makan sama sekali. Kau nanti sakit" Ucap Widya lembut saat memasuki kamar Sindi dan melihat anak kesayangannya iru menangis tersedu-sedu.
"Mama tidak menyayangiku".
Widya mendengar itu dengan cepat mendekati Sindi dan memegang tangannya, dia tidak ingin Sindi mengucapkan kalimat itu.
Sindi kemudian menangis lebih keras lagi, dia mengatakan jika benar Widya menyayanginya, kenapa dia tidak melakukan apapun untuk membantunya, membatalkan pernikahan Erina dan Ansel.
"Sayang apakah kau yakin pernikahan mereka akan benar-benar terjadi?"
"Ma, Ansel adalah cucu kesayangan tuan Prama, keinginannya pasti akan di kabulkan" Timpal Sindi.
"Tidak semudah itu sayang, mereka lebih memilih menjaga nama baik mereka yang selama ini mereka jaga selama puluhan tahun, dibanding memberikan restunya kepada wanita seperti Erina. Mama sangat yakin, pernikahan itu tidak akan pernah terjadi" Ucap Widya yang mengusap pucuk kepala anaknya.
Mendengar penjelasan Widya, Sindi merasa lebih baik. Widya akhirnya memberi ide kepada Sindi agar dia bisa bersantai sejenak, harusnya dia shopping saja. Widya yakin jika Sindi akan merasa lebih baik setelah itu. Sindi setuju, dia akhirnya bersiap-siap.
Erina yang telah mengambil semua benda yang dianggapnya penting, dia bersiap untuk meninggalkan rumah tapi sebelum itu langkahnya terhenti di ruang utama dengan melirik foto yang berada di dinding dengan cetakan besar itu. Dia tersenyum karena lagi-lagi, foto keluarga itu tidak ada dirinya.